Transportasi ternak memerlukan penanganan khusus untuk menjaga kesejahteraan hewan.
Angkutan sapi merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam industri peternakan, terutama untuk distribusi ternak hidup dari peternakan menuju pasar, rumah potong hewan (RPH), atau sentra penggemukan. Efisiensi dan keamanan dalam proses ini sangat menentukan kualitas daging serta kesejahteraan hewan itu sendiri. Mengabaikan prosedur standar dalam angkutan sapi dapat berujung pada kerugian finansial karena stres, cedera, bahkan kematian ternak selama perjalanan.
Kebutuhan akan angkutan yang terstruktur semakin meningkat seiring dengan perkembangan rantai pasok modern. Jarak tempuh yang jauh menuntut kendaraan yang layak dan penanganan yang meminimalkan rasa takut dan kelelahan pada sapi. Di Indonesia, di mana mobilitas ternak antara pulau atau antarprovinsi sering terjadi, profesionalisme dalam logistik menjadi kunci keberhasilan bisnis peternakan skala besar.
Kendaraan untuk mengangkut sapi harus dirancang khusus. Standar minimum meliputi lantai yang anti-slip untuk mencegah sapi terpeleset saat kendaraan bergerak atau berhenti mendadak. Ventilasi udara harus memadai; ini krusial, terutama saat perjalanan panjang di cuaca panas. Kandang (atau bak) harus memiliki pagar pembatas yang kuat dan tinggi yang cukup untuk mencegah sapi melompat keluar. Pembagian kompartemen juga penting untuk mencegah sapi saling melukai akibat pergesekan.
Sebelum dimuat, sapi harus diperiksa kesehatannya. Sapi yang sakit atau lemah tidak disarankan untuk diangkut jarak jauh. Pemberian pakan dan air harus diatur dengan cermat. Umumnya, peternak dianjurkan untuk mengurangi pakan beberapa jam sebelum pemuatan untuk mengurangi risiko muntah atau diare di dalam kendaraan, yang dapat meningkatkan risiko penularan penyakit atau membuat kondisi lantai menjadi licin. Proses pemuatan (loading) harus dilakukan perlahan dan tenang, menggunakan ramp atau jembatan yang aman.
Salah satu kesalahan fatal dalam angkutan sapi adalah over-loading atau memuat melebihi kapasitas aman. Kepadatan yang terlalu tinggi menyebabkan sapi mengalami stres panas (heat stress), kesulitan bernapas, dan saling injak. Pedoman umum menyarankan ruang yang cukup agar setiap sapi dapat berdiri tegak dengan posisi alami. Kepadatan yang berlebihan jelas melanggar prinsip kesejahteraan hewan (animal welfare) dan akan menurunkan kualitas karkas setibanya di tujuan.
Pengemudi memegang peranan vital. Mereka harus mengemudikan kendaraan dengan halus, menghindari rem mendadak atau akselerasi ekstrem. Jika perjalanan melebihi durasi tertentu (misalnya lebih dari 6-8 jam), wajib disediakan waktu istirahat yang cukup untuk memberikan air minum dan memantau kondisi hewan. Pengecekan rutin di setiap persinggahan memastikan tidak ada hewan yang terluka parah atau terjebak dalam posisi yang tidak wajar.
Di banyak negara, termasuk Indonesia, regulasi mengenai pengangkutan ternak semakin diperketat. Regulasi ini bertujuan melindungi standar kesejahteraan hewan. Transportasi yang tidak manusiawi dapat dikenakan sanksi hukum. Oleh karena itu, pelaku usaha angkutan sapi harus memastikan bahwa semua dokumen kesehatan ternak (surat keterangan kesehatan hewan) lengkap dan sesuai dengan regulasi lintas daerah yang berlaku. Kepatuhan terhadap aturan ini tidak hanya menghindari denda tetapi juga membangun reputasi bisnis yang baik.
Angkutan sapi yang sukses adalah kombinasi dari persiapan logistik yang matang, penggunaan armada yang sesuai standar, dan pengemudi yang terlatih dalam menangani hewan hidup. Dengan memperhatikan aspek kesejahteraan hewan dan efisiensi operasional, rantai pasok daging sapi dapat berjalan lebih lancar, mendukung ketahanan pangan nasional, dan memastikan produk yang sampai ke konsumen adalah hasil dari sistem yang bertanggung jawab.