Representasi visual dari gestur Anjali.
Kata Anjali, meskipun terdengar sederhana, membawa bobot budaya dan spiritualitas yang mendalam, terutama dalam tradisi Asia Selatan, seperti India dan Nepal. Secara harfiah, 'Anjali' berasal dari bahasa Sanskerta yang merujuk pada tindakan menggabungkan kedua telapak tangan di depan dada. Gestur ini dikenal secara universal sebagai 'Namaste' atau 'Pranam', namun Anjali sendiri adalah akar dari praktik tersebut. Ini bukan sekadar salam; ia adalah sebuah ritual, sebuah penegasan filosofis tentang kesetaraan dan penghormatan.
Dalam konteks etimologis, Anjali diyakini berasal dari prefiks 'Anj' yang berarti 'memuja' atau 'menghormati'. Ketika seseorang melakukan Anjali, mereka secara simbolis menempatkan kesadaran ilahi yang ada di dalam diri mereka (Tuhan/Atman) untuk bertemu dan menghormati kesadaran ilahi yang sama pada orang lain. Gerakan menyatukan tangan kanan dan kiri menandakan penyatuan dualitas—rasa egoistik yang terpisah (kiri) dengan realitas spiritual yang menyatu (kanan).
Praktek Anjali memiliki lapisan makna yang kaya. Posisi tangan yang bertemu di area jantung (Anahata Chakra) sangat signifikan. Area ini dianggap sebagai pusat kasih sayang, empati, dan koneksi spiritual. Dengan meletakkan tangan di sini, seseorang memproyeksikan niat baik dan ketulusan langsung dari pusat energinya. Bagi penganut Hindu, Buddha, dan Jain, Anjali adalah penegasan bahwa 'yang ilahi di dalam saya menyambut yang ilahi di dalam diri Anda'. Ini menghilangkan hierarki sosial sesaat; saat Anjali dilakukan, baik raja maupun pengemis dihormati dengan derajat yang sama.
Lebih jauh, dalam beberapa interpretasi yoga, ibu jari (yang mewakili kesadaran diri) ditekan lembut ke dada, sementara empat jari lainnya (mewakili empat elemen atau empat fungsi pikiran) menyatu, menekankan pentingnya pengendalian diri dalam menerima atau memberi salam. Hal ini menjadikan Anjali sebagai latihan kesadaran yang terjadi secara otomatis sebelum kata-kata diucapkan.
Meskipun fondasinya kuno, penggunaan Anjali tetap relevan di dunia modern. Di India, gestur ini berfungsi sebagai pengganti jabat tangan, yang dianggap kurang higienis dan kurang mengandung rasa hormat yang mendalam. Anjali digunakan untuk menyambut tamu, mengucapkan terima kasih, meminta maaf, dan bahkan saat berdoa atau bermeditasi. Dalam konteks global, popularitas yoga dan praktik kesadaran telah memperkenalkan Anjali ke audiens yang lebih luas. Banyak praktisi Barat mengadopsi gestur ini sebagai penutup sesi yoga mereka, melambangkan rasa syukur atas pengetahuan yang dibagikan dan energi yang tercipta bersama.
Perbedaan tipis dalam pelaksanaan Anjali juga mencerminkan keragaman regional. Di beberapa daerah, dahi sedikit ditundukkan saat melakukan Anjali penuh hormat. Di Nepal, gestur ini lebih sering dikaitkan dengan ucapan 'Namaskar' atau 'Namaste'. Namun, inti dari gerakan tersebut tetap sama: pengakuan universal atas kesucian dalam diri setiap makhluk hidup.
Intensitas penghormatan yang disampaikan melalui Anjali dapat bervariasi. Anjali yang dilakukan setinggi dada umumnya digunakan untuk menyambut teman sebaya atau sebagai salam sehari-hari. Namun, ketika seseorang melakukan Anjali dengan tangan diangkat tinggi di atas kepala (sebagai gestur 'Pranam' yang lebih intens), ini menunjukkan penghormatan tertinggi, biasanya ditujukan kepada dewa-dewi, orang tua yang sangat dihormati, atau guru spiritual yang diagungkan. Gestur ini menunjukkan penyerahan diri sepenuhnya dari ego kepada otoritas yang lebih tinggi atau entitas yang dipuja.
Memahami Anjali adalah memahami bahwa komunikasi non-verbal sering kali melampaui batasan bahasa. Ini adalah bahasa universal yang berbicara tentang kerendahan hati, koneksi, dan pengakuan bahwa di balik setiap penampilan luar, terdapat percikan jiwa yang sama berharganya. Oleh karena itu, ketika kita melihat atau mempraktikkan Anjali, kita berpartisipasi dalam tradisi ribuan tahun yang menegaskan persatuan seluruh umat manusia.
Kesimpulannya, Anjali jauh melampaui sekadar menyatukan tangan. Ini adalah filosofi hidup yang terkompresi dalam satu gerakan sederhana—sebuah cara untuk membawa kedamaian batin ke dalam interaksi luar, memastikan bahwa setiap pertemuan dimulai dan diakhiri dengan rasa hormat tertinggi terhadap esensi kehidupan itu sendiri.