Interaksi antara anjing dan kucing telah menjadi subjek perdebatan dan tontonan selama berabad-abad. Salah satu fenomena yang paling sering kita saksikan adalah ketika seekor anjing menggonggong kucing. Fenomena ini bukan sekadar kebisingan acak; ia mencerminkan sejarah panjang evolusi, naluri teritorial, dan komunikasi antarspesies yang kompleks. Meskipun sering digambarkan sebagai musuh bebuyutan, dinamika ini jauh lebih bernuansa daripada sekadar kejar-kejaran.
Gonggongan adalah bentuk komunikasi primer bagi anjing. Gonggongan yang diarahkan pada kucing biasanya didorong oleh beberapa faktor utama. Faktor pertama adalah naluri teritorial. Anjing sering melihat kucing yang bergerak cepat di wilayahnya sebagai penyusup atau objek yang perlu diwaspadai. Gonggongan ini berfungsi sebagai peringatan: "Ini adalah wilayahku, menjauhlah."
Selain teritorial, rasa ingin tahu dan dorongan bermain juga berperan. Beberapa anjing, terutama ras yang memiliki energi tinggi atau sifat pemburu (prey drive), mungkin melihat kucing sebagai "mangsa yang bergerak cepat." Dalam konteks ini, gonggongan bisa berupa ajakan bermain yang kasar atau, lebih sering, ekspresi kegembiraan yang salah arah. Kucing yang lari sering kali memicu respons kejar yang secara otomatis disertai dengan gonggongan.
Ketika anjing menggonggong kucing, reaksi kucing adalah kunci dalam menentukan eskalasi situasi. Kucing memiliki respons bawaan yang sangat berbeda dari anjing. Jika kucing merasa terancam, respons pertamanya adalah menakut-nakuti penyerang dengan membuat dirinya terlihat lebih besar dan agresif.
Kucing akan menampilkan perilaku yang dikenal sebagai 'piloerection' (bulu berdiri), punggung melengkung seperti busur, dan mengeluarkan suara desisan tajam atau geraman rendah. Ini adalah sinyal non-verbal yang sangat jelas: "Mundur, atau aku akan menyerang." Tujuan utamanya adalah menghentikan anjing sebelum kontak fisik terjadi. Jika gonggongan anjing terlalu intens atau anjing terlalu mendekat, kucing mungkin memilih opsi kedua: melarikan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
Tingkat keparahan interaksi sangat bergantung pada riwayat sosialisasi kedua hewan. Anjing yang dibesarkan sejak kecil bersama kucing cenderung memiliki tingkat agresi yang jauh lebih rendah atau bahkan menunjukkan rasa ingin tahu yang lebih tenang daripada gonggongan ancaman. Sebaliknya, anjing yang tidak pernah terpapar kucing mungkin bereaksi berdasarkan insting murni, memperlakukan kucing seperti ancaman baru atau objek yang perlu dikejar.
Ras juga memainkan peran. Anjing gembala atau anjing pekerja (seperti Border Collie atau Jerman Shepherd) mungkin menunjukkan dorongan untuk "menggiring" kucing (herding behavior), yang diterjemahkan menjadi pengejaran berenergi tinggi yang disertai gonggongan. Sementara itu, beberapa ras kecil mungkin menggonggong karena rasa gugup atau defensif.
Bagi pemilik rumah tangga dengan kedua hewan ini, manajemen yang cerdas sangat penting. Langkah pertama adalah memastikan adanya zona aman bagi kucingātempat tinggi atau ruangan tertutup di mana anjing tidak bisa menjangkau mereka. Ini mengurangi tekanan pada kucing dan mencegah kucing merasa terpojok.
Kedua, pelatihan harus difokuskan pada anjing. Ketika anjing menggonggong kucing, pemilik harus segera mengintervensi dengan perintah penenangan seperti "Duduk" atau "Diam" sambil memberi hadiah (reward) jika anjing berhasil tenang. Tujuannya adalah mengubah asosiasi anjing dari "Kucing = Alasan untuk Gonggong" menjadi "Kucing Muncul = Waktu untuk Mendapat Hadiah karena Tenang."
Memahami bahwa gonggongan adalah bentuk komunikasi, meskipun sering kali salah dipahami oleh kucing, membantu pemilik untuk merespons dengan tepat. Dengan kesabaran dan konsistensi, banyak rumah tangga mampu menciptakan koeksistensi damai di mana gonggongan menjadi jarang terjadi, digantikan oleh rasa hormat bersama antarspesies.