Seiring dengan perkembangan pandemi dan kebutuhan untuk skrining cepat, tes antigen telah menjadi salah satu alat diagnostik yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Kemudahannya, kecepatan hasilnya, dan biaya yang relatif lebih murah dibandingkan tes molekuler (PCR) membuatnya sangat populer. Namun, pertanyaan krusial yang selalu muncul adalah: antigen berapa persen akurat? Memahami akurasi ini penting untuk interpretasi hasil yang tepat, baik hasil positif maupun negatif.
Apa Itu Tes Antigen dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Tes antigen adalah jenis tes diagnostik cepat yang dirancang untuk mendeteksi keberadaan protein spesifik (antigen) dari virus penyebab penyakit. Dalam konteks SARS-CoV-2, tes ini mencari protein yang berada di permukaan virus. Sampel biasanya diambil melalui usapan hidung atau tenggorokan. Hasilnya dapat diperoleh dalam waktu 15 hingga 30 menit. Tes ini sangat berguna untuk mengetahui apakah seseorang saat ini terinfeksi dan menularkan virus.
Rentang Akurasi Tes Antigen
Tidak ada satu angka tunggal yang mutlak untuk menjawab pertanyaan mengenai akurasi tes antigen. Akurasi tes ini bervariasi tergantung pada beberapa faktor, termasuk kualitas alat tes itu sendiri (varian alat), waktu pengambilan sampel, dan tingkat viral load (jumlah virus) dalam tubuh orang yang diuji. Secara umum, akurasi tes antigen diukur menggunakan dua parameter utama: sensitivitas dan spesifisitas.
Sensitivitas: Kemampuan Mendeteksi Positif
Sensitivitas mengacu pada kemampuan tes untuk mengidentifikasi kasus positif secara benar. Jika seseorang benar-benar terinfeksi, seberapa besar kemungkinan tes antigen akan menunjukkan hasil positif? Berdasarkan studi klinis dan data dari berbagai badan kesehatan, sensitivitas tes antigen biasanya berkisar antara 70% hingga 85%. Angka ini lebih rendah dibandingkan PCR yang sensitivitasnya mendekati 95% atau lebih.
Sensitivitas yang lebih rendah berarti ada kemungkinan tes antigen menghasilkan hasil negatif palsu (False Negative), terutama jika viral load seseorang masih rendah. Ini sering terjadi pada fase awal atau akhir infeksi.
Spesifisitas: Kemampuan Mendeteksi Negatif
Spesifisitas adalah kemampuan tes untuk mengidentifikasi kasus negatif secara benar. Dalam istilah praktis, ini berarti seberapa kecil kemungkinan tes menunjukkan hasil positif jika orang tersebut sebenarnya tidak terinfeksi. Tes antigen umumnya memiliki spesifisitas yang sangat tinggi, seringkali mencapai 97% hingga 99%. Ini berarti ketika tes antigen menunjukkan hasil positif, kemungkinan besar hasil tersebut memang benar-benar positif.
Faktor yang Mempengaruhi Akurasi di Lapangan
Akurasi 70-85% yang sering dikutip adalah angka rata-rata dalam kondisi laboratorium atau uji klinis terkontrol. Dalam penggunaan sehari-hari, akurasi ini dapat dipengaruhi oleh:
- Waktu Pengambilan Sampel: Tes antigen paling akurat ketika dilakukan mendekati puncak replikasi virus (biasanya 1-5 hari setelah gejala muncul). Melakukan tes terlalu dini (sebelum virus berkembang) atau terlalu larut akan menurunkan sensitivitas.
- Teknik Pengambilan Sampel: Pengambilan usap yang tidak memadai (kurang dalam atau kurang lama) dapat menyebabkan gagal mendeteksi virus meskipun ada, menghasilkan negatif palsu.
- Kualitas Reagen dan Varian Virus: Beberapa varian virus mungkin memiliki perubahan pada protein target antigen, yang dapat mengurangi efektivitas beberapa jenis alat tes yang lama.
- Keterbatasan Viral Load: Tes antigen membutuhkan konsentrasi virus (viral load) yang lebih tinggi untuk menghasilkan sinyal positif dibandingkan PCR.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Tes Antigen?
Meskipun akurasinya sedikit di bawah PCR, tes antigen tetap memegang peran vital. Tes ini sangat efektif untuk:
- Skrining Massal Cepat: Untuk mengidentifikasi individu yang berpotensi menularkan di lingkungan komunitas atau tempat kerja.
- Konfirmasi Gejala Akut: Jika seseorang mengalami gejala khas infeksi, hasil positif antigen sangat dapat dipercaya.
- Pemantauan Pasca-Paparan: Untuk memastikan seseorang telah bebas dari infeksi setelah masa isolasi.
Apa Arti Hasil Negatif dari Tes Antigen?
Inilah bagian yang paling membutuhkan kehati-hatian. Jika hasil tes antigen Anda negatif, namun Anda mengalami gejala, atau baru saja terpapar kontak erat, risiko hasil negatif palsu itu ada. Dalam situasi ini, para ahli kesehatan sering merekomendasikan konfirmasi dengan tes PCR, atau pengulangan tes antigen 24 hingga 48 jam kemudian. Tes PCR tetap menjadi standar emas karena sensitivitasnya yang lebih tinggi dalam mendeteksi materi genetik virus, bahkan pada viral load yang sangat rendah.
Kesimpulan
Secara ringkas, tes antigen memiliki spesifisitas yang sangat tinggi (membuat hasil positif sangat bisa dipercaya) tetapi sensitivitas yang moderat, berkisar antara 70% hingga 85%. Artinya, meskipun tes ini sangat cepat dan membantu mengendalikan penyebaran dengan mengisolasi yang positif, tes ini kurang unggul dalam menjaring semua kasus positif, terutama yang viral load-nya baru mulai meningkat. Oleh karena itu, interpretasi hasil tes antigen harus selalu dikombinasikan dengan kondisi klinis dan riwayat paparan seseorang.