Dalam dunia desain furnitur, terutama untuk ruang kerja, pendidikan, dan rekreasi, kursi bukan sekadar tempat duduk. Kursi adalah antarmuka kritis antara pengguna dan aktivitas yang mereka lakukan. Fondasi dari desain kursi yang baik terletak pada pemahaman mendalam mengenai antropometri kursi. Antropometri, studi tentang dimensi tubuh manusia, menjadi data fundamental yang memastikan kursi yang dirancang dapat mengakomodasi variasi ukuran tubuh populasi pengguna secara aman, nyaman, dan efisien.
Ketika sebuah kursi tidak dirancang berdasarkan data antropometri yang relevan, konsekuensinya bisa sangat serius, mulai dari ketidaknyamanan ringan hingga masalah kesehatan jangka panjang seperti nyeri punggung kronis, sindrom carpal tunnel, atau gangguan sirkulasi darah.
Desain kursi yang adaptif memerlukan pengukuran spesifik yang dikumpulkan dari sampel populasi yang beragam. Data ini kemudian digunakan untuk menentukan dimensi kritis yang harus dimiliki oleh kursi agar sesuai dengan persentil pengguna (misalnya, untuk mengakomodasi 5% hingga 95% dari populasi).
Ini adalah jarak vertikal dari lantai ke permukaan tempat duduk. Tinggi yang ideal memungkinkan kaki pengguna menapak rata di lantai dengan lutut membentuk sudut sekitar 90 derajat (atau sedikit lebih besar). Jika terlalu tinggi, tekanan akan terpusat pada bagian belakang paha, menghambat sirkulasi. Jika terlalu rendah, tekanan akan bertumpu pada paha bagian depan.
Diukur dari tepi depan hingga sandaran punggung. Kedalaman yang tepat harus mendukung paha secara penuh tanpa menekan bagian belakang lutut (popliteal fossa). Umumnya, harus ada jarak sekitar dua hingga tiga jari antara tepi depan kursi dan bagian belakang lutut saat pengguna bersandar penuh.
Lebar ini harus memadai untuk menampung dimensi pinggul terbesar dari populasi sasaran, ditambah sedikit ruang gerak. Kursi yang terlalu sempit akan menyebabkan tekanan berlebihan pada tulang pinggul.
Sandaran punggung harus mendukung lengkungan alami tulang belakang (lordosis lumbar). Untuk kursi kerja modern, penyangga pinggang (lumbar support) yang dapat disesuaikan adalah komponen krusial yang ditentukan oleh data antropometri tinggi batang tubuh dan tinggi pinggang.
Antropometri bukan sekadar mengukur manusia; ini adalah tentang memprediksi interaksi manusia dengan lingkungan buatan mereka. Dalam konteks kursi, penerapannya memastikan:
Perlu dicatat bahwa antropometri yang digunakan untuk merancang kursi kantor berbeda dengan kursi bar atau kursi tunggu. Desainer harus selalu merujuk pada standar antropometri spesifik untuk populasi target mereka (misalnya, antropometri pekerja di Asia Tenggara versus Eropa Utara).
Kursi ergonomis kontemporer sering kali mengadopsi prinsip "satu ukuran cocok untuk banyak orang" (one-size-fits-most) melalui mekanisme penyesuaian. Penyesuaian ini—seperti ketinggian gas lift, kemiringan sandaran, dan kedalaman geser—adalah cara praktis untuk mengintegrasikan keragaman data antropometri ke dalam produk tunggal. Pengguna dapat memodifikasi dimensi statis kursi agar sesuai dengan dimensi dinamis tubuh mereka saat melakukan berbagai tugas.
Kesimpulannya, desain kursi yang unggul adalah hasil dari sintesis antara ilmu material, estetika, dan yang paling utama, data antropometri yang akurat. Mengabaikan dimensi tubuh manusia dalam perancangan kursi sama saja dengan mengabaikan gravitasi dalam arsitektur; hasilnya pasti akan bermasalah.