Ketika berbicara mengenai kuliner khas Kalimantan Selatan, nama daerah Banjar seringkali diasosiasikan dengan hidangan bercita rasa kaya rempah dan manis. Salah satu primadona jajanan tradisional yang wajib dicicipi adalah Apam Khas Banjar. Makanan ini bukan sekadar kue biasa; ia adalah representasi dari kehangatan keramahan dan kekayaan warisan kuliner suku Banjar yang diwariskan dari generasi ke generasi. Berbeda dari apam-apam daerah lain, Apam Banjar memiliki tekstur dan karakteristik unik yang membuatnya mudah dikenali.
Secara umum, apam adalah kue tradisional Indonesia yang dibuat dari adonan tepung beras, gula, dan ragi atau bahan pengembang lainnya, kemudian dimasak dengan cara dikukus atau dipanggang dalam cetakan khusus. Namun, Apam Banjar memiliki ciri khas utama: teksturnya yang sangat lembut, kenyal, dan sedikit ‘berongga’—seperti spons namun lebih padat. Warna putih alami dari tepung beras seringkali menjadi dasar, namun variasi modern seringkali menambahkan pewarna alami seperti daun pandan atau kunyit.
Proses pembuatan Apam Banjar memerlukan kesabaran, terutama dalam proses fermentasi adonan. Adonan yang tepat akan menghasilkan kue yang mengembang sempurna setelah dikukus. Dalam tradisi Banjar, apam sering disajikan dalam acara-acara penting seperti syukuran, peringatan hari besar agama, atau sebagai teman minum teh di sore hari. Kehadirannya selalu identik dengan suasana komunal dan kebersamaan.
Daya tarik utama Apam Banjar terletak pada kesederhanaan rasanya yang otentik. Kue ini memiliki rasa manis yang pas, tidak berlebihan, sehingga sangat cocok dipadukan dengan beragam pelengkap. Penyajian tradisional Apam Banjar jarang sekali disajikan tanpa pendamping. Pelengkap wajib yang harus ada adalah tapai (fermentasi nasi ketan) dan siraman kuah gula merah yang kental, sering disebut *gula hanyar* di beberapa daerah.
Kuah gula merah ini biasanya dimasak bersama sedikit santan dan daun pandan untuk menambah aroma. Kombinasi antara tekstur apam yang kenyal, sedikit rasa asam dari tapai, dan manis legit dari siraman gula menciptakan harmoni rasa yang sulit dilupakan. Banyak penikmat kuliner mengatakan bahwa keunikan Apam Banjar terletak pada sinergi antara tiga komponen ini: kue, tapai, dan gula. Jika salah satunya hilang, pengalaman menikmati apam menjadi kurang lengkap.
Rahasia kelembutan Apam Banjar sering kali berkaitan erat dengan kualitas ragi atau bahan pengembang yang digunakan, serta teknik pengadukan adonan. Tidak seperti beberapa kue tradisional yang mengandalkan santan dalam jumlah besar, Apam Banjar lebih mengutamakan keseimbangan antara tepung beras dan air.
Adonan harus didiamkan dalam waktu yang cukup lama (bisa mencapai 4 hingga 8 jam, tergantung suhu ruangan) agar ragi bekerja maksimal menghasilkan gelembung udara kecil. Gelembung udara inilah yang nantinya akan menjadi pori-pori lembut saat kue matang. Setelah mengembang, adonan tidak boleh diaduk terlalu kencang agar udara di dalamnya tidak hilang. Kemudian, adonan dituangkan ke dalam cetakan kecil (biasanya cetakan aluminium atau cetakan lumpang) dan dikukus hingga matang sempurna. Proses mengukus juga harus dilakukan dengan api sedang dan tutup dandang yang rapat agar uap panas terdistribusi merata.
Meskipun Apam Banjar yang otentik disukai banyak orang, dunia kuliner selalu berevolusi. Saat ini, banyak penjual modern mencoba memberikan sentuhan baru pada kue legendaris ini. Beberapa variasi populer termasuk penambahan perisa seperti cokelat, vanila, atau bahkan isian seperti keju atau selai srikaya.
Namun, bagi para puritan rasa, Apam Banjar yang sesungguhnya adalah yang disajikan polos dengan pelengkap tradisional. Keaslian rasa dan tekstur yang lembut inilah yang membuat Apam Khas Banjar tetap relevan dan dicintai, baik sebagai pengobat rindu bagi diaspora Banjar maupun sebagai penemuan rasa baru bagi siapa pun yang menjelajahi kekayaan kuliner Nusantara. Menikmati Apam Banjar adalah menikmati sepotong sejarah manis dari jantung Kalimantan Selatan.