Di tengah gemerlap dunia seni rupa Indonesia, nama Apang Paranggi seringkali disebut dengan penuh hormat, terutama dalam ranah seni tekstil tradisional, khususnya batik. Meskipun dunia batik didominasi oleh guratan-guratan klasik, Apang Paranggi hadir sebagai angin segar, seorang seniman yang berani memadukan kearifan lokal dengan interpretasi modern yang memukau. Ia bukan sekadar pembatik; ia adalah seorang inovator yang membawa batik melampaui batas-batas konvensional.
Perjalanan Seni yang Unik
Kisah Apang Paranggi adalah cerminan dedikasi yang mendalam terhadap medium kain. Berasal dari lingkungan yang mungkin tidak secara langsung membuatnya bersentuhan dengan batik sejak kecil, semangatnya untuk melestarikan dan memajukan warisan budaya ini tumbuh subur melalui eksplorasi tanpa henti. Hal yang membedakannya dari seniman batik lainnya adalah pendekatannya yang filosofis terhadap setiap coretan malam. Baginya, batik adalah kanvas tiga dimensi, tempat ia menuangkan pergulatan batin, pengamatan alam, dan kritik sosial.
Karya-karyanya seringkali menampilkan dekonstruksi motif tradisional seperti parang atau kawung, yang kemudian disusun ulang dengan komposisi warna dan ruang yang radikal. Ia tidak takut menggunakan palet warna yang jarang terlihat dalam batik klasik, seperti ungu terang, biru elektrik, dan merah menyala, menjadikannya sangat relevan bagi audiens muda dan pasar seni internasional.
Filosofi di Balik Malam dan Isen-Isen
Bagi Apang Paranggi, proses membatik adalah sebuah meditasi aktif. Ia percaya bahwa energi seniman harus meresap ke dalam malam cair sebelum ia menyentuh kain mori. Ketika membahas teknik, ia dikenal sangat menguasai teknik isen-isen (pengisian detail motif) dengan presisi yang luar biasa, namun ia juga mahir dalam teknik 'cabut' atau 'lorod' yang menghasilkan tekstur tak terduga.
Inovasi utamanya terletak pada bagaimana ia menyikapi batasan antara membatik dan melukis. Beberapa kritikus seni menyebut karyanya berada di persimpangan antara seni rupa murni dan seni tekstil terapan. Ia berhasil membuktikan bahwa batik bisa menjadi subjek pameran tunggal di galeri seni kelas atas, bukan hanya sebagai busana pelengkap. Keberaniannya mendorong batasan formal ini yang membuat nama Apang Paranggi terus bergema.
Dampak dan Warisan
Kehadiran Apang Paranggi telah memberikan dampak signifikan pada regenerasi seniman batik. Ia memberikan contoh nyata bahwa tradisi dapat bertransformasi tanpa kehilangan jiwanya. Melalui workshop dan mentoring, ia telah menginspirasi generasi baru untuk tidak terpaku pada cetakan lama. Mereka didorong untuk mencari 'suara' pribadi mereka sendiri dalam medium batik, sama seperti yang ia lakukan dengan gigih.
Seninya kini diperbincangkan tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di forum-forum desain internasional. Apang Paranggi telah membantu memposisikan batik Indonesia sebagai bentuk seni global yang dinamis, fleksibel, dan selalu siap berevolusi. Ia adalah bukti hidup bahwa akar budaya yang kuat adalah fondasi terbaik untuk melompat jauh ke masa depan. Setiap helai kain batik yang keluar dari tangannya adalah narasi visual tentang masa lalu yang disuntikkan dengan denyut nadi masa kini.