Buah aprikot, dengan warna oranye kemerahannya yang menggoda dan rasa manis asam yang khas, telah menjadi favorit manusia selama ribuan tahun. Namun, untuk mengetahui asal buah aprikot yang sebenarnya, kita harus melakukan perjalanan kembali ke masa lampau dan melintasi benua, menuju jantung Asia Tengah.
Konsensus ilmiah dan bukti historis menunjuk ke wilayah yang kini mencakup Tiongkok Barat Laut dan wilayah perbatasan Asia Tengah, khususnya daerah sekitar pegunungan Tian Shan, sebagai tempat kelahiran (pusat domestikasi) buah Prunus armeniaca—nama ilmiah untuk aprikot. Di kawasan inilah para petani purba pertama kali mulai membudidayakan aprikot dari kerabat liarnya.
Aprikot liar (Prunus armeniaca var. armeniaca) masih dapat ditemukan tumbuh di wilayah tersebut. Proses domestikasi ini kemungkinan terjadi jauh sebelum catatan tertulis dibuat, tetapi jejak DNA dan perbandingan spesies menunjukkan akar kuatnya di wilayah ini, menjadikannya salah satu buah tertua yang dibudidayakan oleh peradaban manusia. Dari basis ini, aprikot memulai ekspansinya yang megah.
Penyebaran aprikot dari Asia Tengah ke bagian dunia lain sebagian besar difasilitasi oleh jaringan perdagangan kuno yang paling terkenal: Jalur Sutra. Saat para pedagang, penjelajah, dan bahkan pasukan bergerak melintasi Asia, mereka membawa serta benih dan bibit tanaman berharga.
Aprikot tiba di Persia (Iran) sekitar abad ke-4 SM. Bangsa Persia sangat menghargai buah ini sehingga mereka memainkan peran penting dalam memperkenalkan aprikot ke dunia Barat. Faktanya, nama ilmiahnya, armeniaca, berasal dari wilayah Armenia, yang pada masa itu merupakan jalur perdagangan penting. Orang Romawi kemudian mengadopsi dan menyukai aprikot ini, menyebutnya sebagai 'persik Armenia' karena mereka pertama kali mengenalinya dibawa dari wilayah tersebut.
Dari Persia, aprikot menyebar ke Yunani dan kemudian ke seluruh Kekaisaran Romawi. Karena kemampuannya beradaptasi dengan iklim Mediterania yang lebih kering dan hangat, aprikot berkembang pesat di sepanjang pantai selatan Eropa.
Di Eropa, terutama di Italia dan Spanyol, aprikot ditanam secara luas. Penyebarannya ke seluruh Eropa berlanjut secara bertahap. Pada abad ke-18, para misionaris Spanyol membawa bibit aprikot ke benua Amerika, menanamnya di misi-misi awal mereka, terutama di California. Meskipun aprikot tidak tumbuh sebaik di iklim asal Asia Tengah yang memiliki musim dingin yang cukup dingin dan musim panas yang panas, varietas tertentu mulai beradaptasi dengan baik di wilayah yang memiliki karakteristik serupa.
Sejarah asal buah aprikot tidak hanya tentang botani; ini juga tentang budaya pangan. Di banyak budaya Asia Tengah dan Timur Tengah, aprikot, baik segar maupun dikeringkan, adalah sumber nutrisi penting selama bulan-bulan musim dingin. Buah kering lebih mudah disimpan dan diangkut, menjadikannya komoditas dagang yang sangat berharga di sepanjang Jalur Sutra.
Saat ini, produsen aprikot terbesar di dunia masih mencakup negara-negara yang dekat dengan wilayah asalnya, seperti Turki, Iran, Uzbekistan, dan Pakistan, meskipun Amerika Serikat (khususnya California) dan beberapa negara Mediterania juga merupakan pemain utama dalam produksi global. Meskipun telah menyebar ke seluruh dunia, menghargai asal-usulnya membantu kita memahami mengapa buah ini sangat serbaguna dalam berbagai masakan, mulai dari hidangan gurih di Maroko hingga selai manis di Eropa.
Kesimpulannya, jejak manis buah aprikot dimulai dari dataran tinggi Asia Tengah, menyebar melalui pedagang pemberani di Jalur Sutra, diadaptasi oleh Romawi, dan akhirnya menemukan rumah baru di seluruh dunia. Ia adalah bukti nyata bagaimana pertukaran budaya dan perdagangan dapat memperkaya keragaman pangan kita.