Dalam industri peternakan unggas, perhatian utama sering tertuju pada ayam pedaging (broiler) murni yang fokus pada kecepatan pembentukan daging, atau ayam petelur murni yang fokus pada produksi telur harian yang tinggi. Namun, kini muncul tren menarik yang menggabungkan efisiensi pertumbuhan broiler dengan kemampuan bertelur yang cukup baik: ayam broiler petelur.
Konsep ini tidak merujuk pada persilangan yang tidak stabil, melainkan pengembangan galur (strain) ayam yang telah dimodifikasi atau diseleksi secara genetik untuk menawarkan kinerja yang seimbang. Bagi peternak skala menengah, ini bisa menjadi solusi diversifikasi pendapatan yang sangat menjanjikan, mengurangi ketergantungan pada satu jenis hasil panen saja.
Ayam broiler petelur adalah hasil rekayasa genetik yang dirancang untuk mencapai berat badan yang layak dalam waktu relatif singkat, sambil tetap mempertahankan kemampuan bertelur yang lebih baik daripada ayam broiler komersial tradisional. Mereka bukan ayam petelur tipe Leghorn yang ramping, juga bukan broiler tipe Cornish yang sangat besar. Mereka berada di titik tengah yang efisien.
Tujuan utama dari pengembangan galur ini adalah untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin menginginkan produk telur dari ayam yang sehat, tumbuh cepat, namun memiliki potensi reproduksi yang lebih baik jika diperlukan untuk pembentukan induk ayam ras petelur (DOC). Berikut adalah beberapa karakteristik utamanya:
Tantangan terbesar dalam beternak ayam broiler petelur adalah mengelola fase transisi dari fase pertumbuhan cepat ke fase produksi telur. Kebutuhan nutrisi sangat dinamis. Pakan yang terlalu tinggi protein dan energi akan mendorong pertumbuhan badan yang berlebihan, yang dapat menghambat perkembangan organ reproduksi, sementara pakan yang terlalu rendah kalsium akan mengorbankan kualitas cangkang telur.
Peternak harus menerapkan skema pakan bertahap dengan cermat:
Kandang ayam broiler petelur memerlukan perhatian khusus pada kepadatan dan ventilasi. Karena mereka dipelihara lebih lama daripada broiler biasa (bisa mencapai 16-20 minggu untuk mulai bertelur optimal), manajemen kandang harus mencegah stres panas dan amonia yang dapat menyebabkan luka pada kaki atau penurunan produksi telur.
Sistem pencahayaan juga krusial. Untuk memicu produksi telur, ayam membutuhkan durasi pencahayaan yang sesuai, biasanya lebih panjang daripada yang dibutuhkan oleh ayam pedaging. Paparan cahaya yang teratur sangat mempengaruhi hormon reproduksi mereka.
Potensi keuntungan ganda menjadi daya tarik utama. Jika harga daging sedang turun, peternak masih memiliki opsi untuk menjual telur. Sebaliknya, jika pasar telur jenuh, mereka dapat memanen ayam sebagai sumber pendapatan daging. Fleksibilitas ini menjadikan model bisnis ini tahan banting terhadap fluktuasi harga komoditas tunggal.
Namun, keberhasilan bergantung pada pemilihan galur bibit yang memang teruji secara komersial. Tidak semua perusahaan pembibitan menawarkan galur yang benar-benar seimbang. Investasi pada DOC dari sumber terpercaya adalah langkah awal yang tidak boleh dikompromikan.