Ilustrasi visualisasi ayam ras yang telah mencapai akhir masa produktifnya.
Dalam industri peternakan unggas modern, terutama pada budidaya ayam ras pedaging (broiler) dan petelur (layer), manajemen pemeliharaan hingga akhir siklus produksi adalah kunci profitabilitas. Salah satu tahapan krusial yang sering menjadi fokus adalah penanganan **ayam ras afkir**. Afkir merujuk pada pemisahan atau pengeluaran ayam yang dianggap tidak lagi produktif secara ekonomi, baik karena usia tua, penurunan performa produksi (misalnya, produksi telur menurun drastis), atau karena masalah kesehatan kronis.
Ayam ras afkir, khususnya dari jenis petelur, biasanya dipanen ketika mencapai usia antara 72 hingga 90 minggu, tergantung pada program perusahaan pembibitan dan tujuan pasar. Pada usia ini, efisiensi konversi pakan menurun signifikan dibandingkan dengan ayam muda. Meskipun demikian, ayam afkir ini masih memiliki nilai jual, meskipun harganya jauh lebih rendah dibandingkan harga ayam hidup muda.
Di sisi lain, ayam pedaging yang afkir umumnya adalah ayam yang gagal mencapai bobot standar dalam periode pemeliharaan yang ditentukan, sering disebut sebagai ayam 'sisa' atau 'kremes'. Pengelolaan ayam afkir ini membutuhkan strategi yang berbeda agar tidak menjadi beban biaya operasional peternakan.
Manajemen ayam ras afkir menghadapi beberapa tantangan signifikan. Tantangan pertama adalah logistik. Pengeluaran ribuan ekor ayam dari kandang dalam satu waktu memerlukan koordinasi yang baik dengan pembeli atau rumah pemotongan hewan (RPH). Kesejahteraan hewan selama proses pengangkutan juga menjadi perhatian utama, terutama untuk memenuhi standar etika peternakan.
Tantangan kedua adalah fluktuasi harga pasar. Harga jual ayam afkir sangat sensitif terhadap permintaan pasar lokal. Ketika pasokan ayam afkir melimpah dari banyak peternakan secara bersamaan, harga cenderung jatuh. Hal ini menuntut peternak untuk menjalin kontrak atau kerjasama jangka panjang dengan pihak pembeli yang bersedia menyerap hasil afkir secara konsisten.
Meskipun sering dianggap sebagai akhir dari siklus pendapatan utama, ayam ras afkir membuka peluang ekonomi di sektor hilir. Ayam petelur afkir memiliki bobot yang relatif besar dan daging yang lebih keras, sehingga sangat diminati untuk industri olahan daging beku atau produk non-premium, seperti bahan baku bakso atau sosis.
Selain daging, tulang, kulit, dan organ dalam ayam afkir juga dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Salah satu pemanfaatan paling umum adalah pengolahannya menjadi produk sampingan bernilai tambah tinggi, misalnya tepung tulang (untuk pakan ternak lain) atau bahan baku untuk industri makanan hewan peliharaan. Optimalisasi pemanfaatan produk sampingan ini sangat penting untuk meningkatkan pendapatan bersih dari satu siklus produksi.
Keberhasilan penjualan ayam ras afkir sangat bergantung pada persiapan pra-afkir. Peternak perlu memastikan bahwa ayam dalam kondisi sehat saat dijual, meskipun performa produksinya menurun. Pemberian vaksinasi rutin harus tetap dijalankan hingga mendekati masa afkir. Beberapa hari sebelum pengiriman, pemberian pakan biasanya dikurangi atau dihentikan sementara untuk mengurangi isi saluran pencernaan, yang bertujuan mengurangi berat kotoran selama pengangkutan dan meminimalkan risiko kontaminasi selama pemindahan.
Perencanaan waktu afkir harus terintegrasi dengan jadwal masuknya DOC (Day Old Chick) ayam generasi berikutnya. Penundaan afkir hanya akan meningkatkan biaya pemeliharaan tanpa menghasilkan peningkatan pendapatan yang sepadan. Manajemen yang efisien pada fase akhir ini memastikan transisi yang mulus ke siklus produksi selanjutnya, menjaga keberlanjutan dan efisiensi operasional peternakan secara keseluruhan.