Dalam institusi pernikahan, suami memegang peranan sebagai pemimpin dan pelindung. Namun, ketika peran mulia ini disalahgunakan menjadi bentuk kezaliman, dampaknya tidak hanya menghancurkan kebahagiaan istri, tetapi juga mengundang murka Ilahi. Konsep "azab" bukanlah sekadar dongeng, melainkan peringatan serius berdasarkan ajaran moral dan spiritual bahwa setiap perbuatan akan menuai hasilnya.
Definisi Kezaliman dalam Rumah Tangga
Kezaliman suami terhadap istri mencakup spektrum yang luas, bukan hanya kekerasan fisik. Ini bisa berupa pengabaian hak nafkah lahir dan batin, penghinaan terus-menerus, pengkhianatan kepercayaan, hingga menahan hak istri untuk mendapatkan perlakuan baik. Seorang suami yang terus-menerus merendahkan martabat pasangannya, menuduh tanpa dasar, atau menjadikan istri sebagai pelampiasan emosi negatifnya, sejatinya sedang menanam benih kehancuran bagi dirinya sendiri.
Doa orang yang teraniaya, terutama seorang istri yang ditindas dalam ruang privatnya, memiliki kekuatan besar yang diyakini tidak terhalang untuk mencapai Tuhan. Ketika seorang istri menangis dalam kesunyian akibat perlakuan suaminya, ia sedang membangun sebuah 'tuntutan' yang kelak akan diperhitungkan di hari pertanggungjawaban.
Bentuk-Bentuk Azab di Dunia dan Akhirat
Peringatan mengenai azab suami zalim seringkali digambarkan dalam dua dimensi: di dunia dan di akhirat. Di dunia, azab bisa datang dalam bentuk kehancuran rezeki, munculnya penyakit yang tak kunjung sembuh, hilangnya keberkahan dalam keluarga, atau bahkan kehancuran rumah tangga itu sendiri melalui perceraian yang menyakitkan. Kehidupan suami yang tadinya nyaman bisa berubah menjadi penuh kegelisahan dan ketakutan.
Namun, azab yang paling ditakuti adalah pertanggungjawaban di akhirat. Dalam banyak keyakinan, kezaliman terhadap orang di bawah tanggungan, seperti istri dan anak, termasuk dosa besar. Suami yang zalim akan diminta pertanggungjawabannya atas setiap tetes air mata dan setiap rasa sakit yang ditimpakan. Janji surga yang seharusnya bisa diraih melalui pernikahan yang sakinah justru akan tertutup rapat akibat perbuatannya.
Pentingnya Rasa Takut dan Introspeksi
Artikel ini bertujuan sebagai seruan introspeksi bagi para suami. Jangan biarkan ego atau rasa superioritas membutakan hati nurani. Perlakuan kasar, ucapan pedas, dan penelantaran adalah racun yang perlahan merusak fondasi ikatan suci pernikahan. Ingatlah bahwa istri adalah amanah, bukan budak atau objek pelampiasan kekuasaan.
Jika seorang suami merasa tindakannya telah melampaui batas, pintu taubat selalu terbuka. Meminta maaf yang tulus kepada istri yang telah disakiti dan berjanji untuk berubah adalah langkah awal untuk mencegah datangnya azab yang dijanjikan. Kesejahteraan rumah tangga sangat bergantung pada bagaimana suami memperlakukan mahkota dalam hidupnya: istrinya.
Ketika seorang suami menyadari bahwa kebahagiaan sejatinya justru datang dari kerelaan dan ketenangan hati istrinya, maka ia telah selangkah lebih dekat untuk hidup dalam lindungan-Nya. Menghindari kezaliman bukanlah beban, melainkan investasi terbaik untuk kebahagiaan abadi, baik di dunia maupun setelah kehidupan ini berakhir. Jauhilah sifat zalim, dan peliharalah amanah dengan penuh kasih sayang.