Sholat adalah tiang agama Islam. Kewajiban ini ditetapkan langsung oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW di malam Isra' Mi'raj, menjadikannya ibadah yang paling fundamental setelah syahadat. Mengingat kedudukannya yang agung, meninggalkan sholat dengan sengaja memiliki konsekuensi yang sangat berat, baik di dunia maupun di akhirat. Memahami konsekuensi ini bukan bertujuan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai bentuk peringatan dan motivasi untuk selalu menjaga hubungan dengan Sang Pencipta.
Bagi seorang Muslim, meninggalkan sholat lima waktu bukan sekadar melalaikan tugas; ini adalah bentuk pengabaian terhadap perintah utama. Dalam perspektif syariat, ada perbedaan pandangan mengenai hukumannya, namun kesepakatan umum menunjukkan bahwa hal ini termasuk dosa besar.
Di dunia, azab yang dirasakan sering kali berupa hilangnya keberkahan dalam hidup. Kehidupan terasa hampa, rezeki terasa tidak cukup, dan hati menjadi keras serta sulit menerima petunjuk kebaikan. Orang yang meninggalkan sholat cenderung mudah terjerumus dalam perbuatan maksiat lainnya karena telah memutuskan tali komunikasi spiritual utamanya dengan Allah. Mereka kehilangan pelindung dan penuntun Ilahi dalam setiap langkah mereka.
Ancaman terbesar dari meninggalkan sholat terletak pada kehidupan setelah kematian. Banyak ayat Al-Qur'an dan hadits shahih yang secara eksplisit menyebutkan siksaan pedih bagi mereka yang lalai atau sengaja meninggalkan sholat fardhu.
Ketika ditanya di Padang Mahsyar, amalan pertama yang akan dihisab adalah sholat. Jika sholatnya baik, maka amal lainnya akan mudah diperiksa. Namun, jika sholatnya rusak, maka semua amalannya akan menjadi sia-sia. Para ulama menafsirkan bahwa azab bagi orang yang meninggalkan sholat adalah kemurkaan Allah SWT yang luar biasa.
Dalam riwayat yang sering dikutip, disebutkan bahwa mereka yang meninggalkan sholat akan dimasukkan ke dalam neraka Saqar. Saqar digambarkan sebagai api yang sangat panas yang membakar hingga ke hati. Mereka akan merasakan penyesalan yang tak terhingga, menyesali setiap detik yang mereka gunakan untuk bermalas-malasan saat waktu sholat tiba. Kenyataan ini jauh lebih mengerikan daripada kesulitan duniawi mana pun.
Meskipun ancamannya berat, pintu rahmat Allah SWT selalu terbuka lebar bagi hamba-Nya yang mau bertaubat. Jika seseorang menyadari kesalahannya karena meninggalkan sholat, langkah pertama yang harus diambil adalah segera bertaubat secara sungguh-sungguh (tawbatun nasuha).
Bertaubat dari meninggalkan sholat mencakup tiga hal: menyesali perbuatan yang lalu, berhenti melakukannya saat ini, dan berjanji kuat untuk tidak mengulanginya di masa depan. Selain itu, wajib bagi mereka untuk mengganti (qadha) sholat-sholat yang telah ditinggalkan. Mengganti sholat yang tertinggal adalah bentuk pertanggungjawaban nyata atas kelalaian spiritual tersebut. Mengakhirinya dengan memperbanyak amalan sunnah menjadi upaya untuk menutupi kekurangan.
Setiap Muslim harus menjadikan sholat sebagai prioritas tertinggi, bukan sekadar kewajiban rutin, melainkan sebagai sumber ketenangan dan perisai dari segala keburukan. Menjaga sholat adalah kunci utama untuk mendapatkan rahmat dan menjauhkan diri dari potensi azab yang dijanjikan bagi mereka yang meninggalkannya.