Sampah anorganik adalah jenis sampah yang berasal dari bahan-bahan yang tidak dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaca, logam, dan karet. Jika tidak dikelola dengan benar, akumulasi sampah anorganik dapat menimbulkan masalah lingkungan serius, mulai dari pencemaran tanah, air, hingga udara. Oleh karena itu, pengolahan sampah anorganik menjadi krusial untuk menciptakan lingkungan yang lebih lestari.
Pengolahan sampah anorganik harus dimulai dari prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan secara konsisten di tingkat rumah tangga maupun industri. Fokus utama dalam konteks ini adalah bagaimana memproses material yang sudah terlanjur menjadi sampah agar memiliki nilai guna kembali.
Langkah paling dasar namun paling menentukan keberhasilan pengolahan adalah pemilahan. Sampah anorganik tidak boleh tercampur dengan sampah organik (sisa makanan) atau sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Setelah dipilah, material anorganik siap untuk proses daur ulang, yang biasanya dilakukan oleh pihak pengepul atau fasilitas daur ulang.
Plastik membutuhkan proses yang cukup intensif. Secara umum, prosesnya meliputi:
Logam (terutama besi, aluminium, dan tembaga) sangat bernilai tinggi dalam daur ulang karena dapat diolah berulang kali tanpa banyak penurunan kualitas.
Kaca adalah material yang ideal untuk didaur ulang. Kaca tidak mengalami penurunan kualitas meski didaur ulang berkali-kali.
Kaca yang terkumpul dicuci, dihancurkan, dan dipilah berdasarkan warnanya. Pecahan kaca yang sudah bersih ini kemudian dilebur dan dicetak kembali menjadi botol atau wadah kaca baru. Penggunaan pecahan kaca (disebut cullet) dalam proses peleburan dapat menghemat energi hingga 25% dibandingkan membuat kaca dari pasir silika mentah.
Tidak semua sampah anorganik harus melalui proses industri yang rumit. Banyak material yang bisa dimanfaatkan kembali secara langsung atau melalui kerajinan tangan.
Meskipun penting, pengolahan sampah anorganik menghadapi tantangan. Salah satu hambatan terbesar adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah secara disiplin. Selain itu, beberapa jenis plastik multi-lapis (multilayer) masih sangat sulit atau mahal untuk didaur ulang secara ekonomis.
Pengembangan teknologi seperti chemical recycling (daur ulang kimia) menjadi harapan baru, di mana plastik dipecah kembali menjadi senyawa kimia dasarnya, sehingga dapat menghasilkan plastik baru dengan kualitas setara plastik primer. Investasi dalam infrastruktur pengumpulan dan pengolahan terpusat juga sangat vital untuk meningkatkan volume sampah anorganik yang berhasil diselamatkan dari TPA.
Secara keseluruhan, cara pengolahan sampah anorganik yang paling efektif adalah kombinasi dari disiplin pemilahan di rumah, dukungan sistem pengumpulan yang efisien, dan penerapan teknologi daur ulang yang berkelanjutan.