Ayam buras, atau yang lebih sering dikenal sebagai ayam kampung, memegang peranan penting dalam sektor peternakan rakyat di Indonesia. Daging dan telurnya dikenal memiliki kualitas rasa yang superior dibandingkan ayam ras komersial, menjadikannya komoditas favorit di pasar tradisional maupun restoran premium. Namun, fluktuasi pasar selalu membuat para peternak dan konsumen penasaran mengenai **harga ayam buras** terkini.
Harga jual ayam buras dipengaruhi oleh banyak variabel, mulai dari jenis (DOC, siap potong, indukan), bobot, biaya pakan (terutama jika menggunakan sistem umbaran), hingga tingkat permintaan regional. Berbeda dengan ayam broiler yang harganya relatif stabil karena masa panen yang pendek, ayam buras memiliki siklus yang lebih panjang, sehingga dampaknya terhadap harga jual di lapangan bisa lebih signifikan.
Memahami dinamika harga adalah kunci bagi peternak untuk menentukan kapan waktu terbaik untuk menjual. Berikut adalah beberapa faktor dominan yang menentukan **harga ayam buras** saat ini:
Secara umum, harga ayam buras diukur per kilogram bobot hidup (live weight) atau karkas. Ayam buras yang dipelihara secara intensif dengan pakan komersial cenderung memiliki harga yang sedikit lebih rendah dibandingkan ayam yang benar-benar dilepaskan di alam bebas (free-range) karena perbedaan rasa dan tekstur daging yang ditawarkan. Konsumen cenderung bersedia membayar premi lebih untuk kualitas ayam kampung murni.
Saat ini, di beberapa wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat, pantauan menunjukkan bahwa harga ayam buras siap potong dengan bobot ideal (sekitar 0,8 kg hingga 1,2 kg) berada di kisaran Rp 65.000 hingga Rp 85.000 per ekor, tergantung dari rantai distribusi. Harga ini bisa jauh lebih tinggi jika dijual di pasar ritel premium sebagai produk organik atau *free-range* premium.
Selalu ada perbandingan antara ayam buras dan ayam broiler. Ayam broiler menawarkan efisiensi biaya yang sangat tinggi karena siklus panennya hanya 30-40 hari, membuatnya lebih murah di tingkat konsumen. Namun, keunikan rasa dan persepsi kesehatan membuat **harga ayam buras** selalu berada di level yang lebih premium, seringkali 1,5 hingga 2 kali lipat dari harga ayam ras. Perbedaan ini adalah cerminan dari selera pasar Indonesia yang menghargai kualitas rasa di atas segalanya untuk hidangan tertentu.
Bagi peternak, tantangan utama adalah menjaga konsistensi kualitas dan memangkas biaya operasional agar margin keuntungan tetap optimal di tengah fluktuasi harga pakan yang sering tidak terduga. Optimalisasi kandang dan manajemen kesehatan sangat krusial untuk memastikan panen berjalan sukses tanpa kerugian akibat mortalitas tinggi.
Untuk mendapatkan informasi **harga ayam buras** yang paling akurat, disarankan untuk melakukan pemantauan langsung ke beberapa titik: pasar induk, pasar tradisional lokal, dan menghubungi pengepul besar. Informasi yang didapat dari website atau aplikasi seringkali merupakan rata-rata, sementara harga di tingkat pedagang eceran bisa bervariasi hingga 10% tergantung lokasi. Membangun relasi yang baik dengan pembeli langsung juga bisa memberikan kepastian harga jual yang lebih baik dibandingkan harus bergantung pada pasar yang bergejolak.
Secara keseluruhan, prospek bisnis ayam buras tetap cerah karena permintaan untuk produk lokal berkualitas tidak pernah surut. Meskipun tantangan pemeliharaan lebih kompleks, potensi keuntungan yang ditawarkan oleh harga jual yang premium membuat usaha ini tetap menjanjikan di masa depan.