Angkutan massal, atau transportasi publik, merupakan tulang punggung mobilitas di wilayah perkotaan padat penduduk. Konsep dasarnya adalah memindahkan sejumlah besar orang secara efisien menggunakan kendaraan yang berbagi rute dan jadwal. Keberadaan sistem angkutan massal yang andal sangat krusial untuk mengurangi kemacetan lalu lintas, meminimalkan polusi udara, dan memastikan aksesibilitas yang setara bagi seluruh lapisan masyarakat.
Secara umum, jenis-jenis angkutan massal dapat diklasifikasikan berdasarkan infrastruktur yang digunakan, kapasitas penumpang, dan kecepatan operasionalnya. Pemilihan jenis moda transportasi sering kali bergantung pada kepadatan penduduk di koridor yang dilayani, kondisi geografis, serta ketersediaan anggaran pemerintah daerah.
Ini adalah kategori yang paling umum dan fleksibel karena memanfaatkan jaringan jalan yang sudah ada. Meskipun sering kali terpengaruh oleh kemacetan, inovasi dalam sistem operasional telah meningkatkan efisiensinya.
Angkutan berbasis rel dikenal karena kapasitasnya yang sangat besar dan kecepatannya yang tinggi karena tidak terpengaruh oleh kemacetan lalu lintas jalan raya. Namun, investasi infrastrukturnya sangat mahal dan membutuhkan perencanaan jangka panjang.
Di kota-kota yang dilewati sungai besar, danau, atau memiliki kepulauan, transportasi air memainkan peran penting sebagai alternatif dari kemacetan darat.
Integrasi antar berbagai jenis angkutan massal adalah kunci keberhasilan mobilitas kota modern. Sebagai contoh, seorang komuter mungkin menggunakan sepeda untuk mencapai stasiun LRT (angkutan rel), kemudian melanjutkan perjalanan dengan BRT (angkutan jalan raya) untuk mencapai kantornya.
Pengembangan sistem angkutan massal yang terintegrasi tidak hanya berfokus pada pemindahan orang, tetapi juga pada tata ruang kota. Ketika masyarakat memiliki pilihan transportasi publik yang nyaman, kepemilikan kendaraan pribadi cenderung menurun. Hal ini memberikan ruang publik yang lebih baik, mengurangi kebutuhan akan lahan parkir yang luas, dan secara signifikan menurunkan jejak karbon kota tersebut. Oleh karena itu, investasi dalam beragam jenis angkutan massal bukan sekadar belanja infrastruktur, melainkan investasi strategis untuk masa depan perkotaan yang lebih layak huni.