Sistem imun adaptif kita bergantung pada molekul protein spesifik yang disebut antibodi, atau imunoglobulin (Ig). Antibodi adalah garis pertahanan krusial yang diproduksi oleh sel plasma (turunan dari limfosit B) untuk mengenali dan menetralisir patogen seperti bakteri, virus, dan toksin asing. Setiap antibodi memiliki struktur berbentuk 'Y' yang unik, namun keberagaman fungsinya dimungkinkan oleh perbedaan kelas atau jenisnya.
Secara umum, ada lima kelas utama antibodi yang memainkan peran berbeda dalam respons imun. Pemahaman mengenai jenis jenis antibodi ini sangat penting untuk mengerti bagaimana tubuh kita mengatasi infeksi akut maupun kronis, serta dalam pengembangan vaksin dan terapi imunologis.
Lima kelas imunoglobulin (Ig) utama dibedakan berdasarkan rantai berat (heavy chain) yang mereka miliki, yang menentukan fungsi, lokasi, dan kemampuan mereka dalam memicu respons imun:
IgG adalah antibodi yang paling melimpah dalam serum darah dan cairan tubuh lainnya, menyumbang sekitar 75-80% total antibodi. Keunikan IgG adalah kemampuannya untuk menembus plasenta, memberikan imunitas pasif dari ibu kepada janin selama kehamilan. IgG sangat penting dalam fase sekunder respons imun (setelah paparan kedua terhadap antigen), karena memiliki afinitas tinggi dan dapat mengaktivasi sistem komplemen serta memfasilitasi fagositosis.
IgA adalah antibodi utama yang ditemukan pada permukaan mukosa, termasuk saluran pernapasan, saluran pencernaan, dan air mata, serta dalam air susu ibu (kolostrum). IgA biasanya hadir dalam bentuk dimer (dua unit Y yang terhubung). Fungsi utamanya adalah proteksi sekresi, yakni mencegah patogen menempel dan menembus lapisan epitel sebelum infeksi terjadi secara sistemik.
IgM adalah antibodi pertama yang diproduksi sebagai respons terhadap paparan antigen baru (respons primer). IgM biasanya terdapat dalam bentuk pentamer (lima unit Y yang terhubung oleh rantai J), menjadikannya molekul antibodi terbesar. Ukurannya yang besar membuat IgM sangat efektif dalam aglutinasi (penggumpalan) patogen dan aktivasi jalur komplemen klasik, meskipun tidak mampu melewati plasenta.
Meskipun konsentrasinya paling rendah dalam darah, IgE memegang peran vital dalam pertahanan terhadap parasit besar (seperti cacing) dan dalam mekanisme alergi. Ketika IgE terikat pada sel mast dan basofil, ia akan memicu pelepasan mediator inflamasi seperti histamin ketika bertemu dengan alergen yang sesuai. Ini adalah dasar dari reaksi hipersensitivitas tipe I.
IgD umumnya hanya ditemukan dalam jumlah kecil di permukaan sel B yang belum teraktivasi, seringkali bersama dengan IgM. Fungsi utama IgD diperkirakan adalah sebagai reseptor antigen pada sel B, membantu dalam tahap awal aktivasi sel B dan memicu proses peralihan kelas (class switching) antibodi yang akan diproduksi selanjutnya.
Fungsi antibodi tidak hanya terbatas pada identifikasi. Setelah antibodi mengikat antigen (proses yang disebut netralisasi), beberapa mekanisme efektor diaktifkan:
Pergeseran produksi dari IgM (respons cepat dan besar) ke IgG (respons spesifik dan bertahan lama) selama infeksi menunjukkan maturasi dan spesifisitas respons imun adaptif. Dengan memahami keragaman jenis jenis antibodi ini, para ilmuwan dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk melawan berbagai tantangan penyakit imunologis.