Ketika berbicara mengenai pasukan elit di Indonesia, nama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat sering kali menjadi sorotan utama. Namun, dalam struktur pertahanan maritim Indonesia yang luas, terdapat unit setara yang mengemban tugas serupa namun beroperasi di lingkungan laut: pasukan khusus TNI Angkatan Laut. Meskipun seringkali penyebutan "Kopassus Angkatan Laut" digunakan secara umum oleh masyarakat awam, secara institusional, unit-unit ini memiliki nama dan struktur yang spesifik di bawah komando Armada dan Korps Marinir TNI AL.
Penting untuk dicatat bahwa secara resmi, TNI Angkatan Laut tidak memiliki unit bernama "Kopassus Angkatan Laut". Sebutan tersebut merupakan eufemisme atau analogi yang merujuk pada unit-unit spesialisasi tinggi dalam TNI AL. Unit inti yang paling mendekati definisi pasukan khusus laut adalah **Satuan Penanggulangan Teror (Sat-Gultor) Denjaka (Detasemen Jala Mangkara)**. Denjaka adalah ujung tombak operasi khusus di matra laut. Mereka dibentuk dari personel-personel terbaik yang diseleksi secara ketat dari Batalyon Intai Amfibi (Taifib) Korps Marinir dan Kopaska (Komando Pasukan Katak).
Selain Denjaka, unit lain yang memiliki kemampuan khusus dan sering dikaitkan dengan operasi khusus laut adalah **Taifib (Batalyon Intai Amfibi) Korps Marinir**. Taifib adalah pasukan amfibi yang memiliki kemampuan infiltrasi, pengintaian, dan penyerangan mendalam di wilayah pantai dan daratan musuh, seringkali menggunakan teknik infiltrasi melalui laut. Meskipun Taifib beroperasi di bawah struktur Marinir (yang merupakan bagian integral dari AL), Denjaka secara spesifik merupakan unit anti-teror dan operasi khusus yang langsung berada di bawah Markas Besar TNI AL.
Pasukan khusus Angkatan Laut, khususnya Denjaka, dibekali dengan kemampuan yang sangat beragam, disesuaikan dengan medan operasi mereka: perairan terbuka, bawah laut, hingga pantai dan wilayah darat musuh. Keahlian utama mereka mencakup perang maritim khusus (Maritime Special Warfare), sabotase instalasi laut, pembebasan sandera di kapal atau instalasi lepas pantai, dan pengintaian jarak jauh (reconnaissance).
Proses seleksi dan pelatihannya terkenal sangat keras, sering kali melebihi standar pelatihan pasukan khusus lainnya. Mereka harus mampu beradaptasi cepat dari lingkungan laut yang basah dan bertekanan tinggi ke lingkungan darat yang memerlukan kecepatan dan presisi tinggi. Kemampuan menyelam tempur, teknik infiltrasi senyap, dan penguasaan berbagai jenis persenjataan berat maupun ringan menjadi standar minimum bagi setiap prajurit yang mengenakan baret hitam Denjaka.
Keberadaan "Kopassus Angkatan Laut" (Denjaka dan Taifib) memiliki peran strategis yang tidak tergantikan. Dalam konteks geopolitik Indonesia yang merupakan negara kepulauan, kemampuan untuk melakukan operasi di laut dalam menjadi kunci pertahanan kedaulatan. Mereka adalah garda terdepan dalam menghadapi ancaman asimetris seperti pembajakan, terorisme maritim, dan sabotase infrastruktur vital di laut, seperti anjungan lepas pantai atau kapal tanker.
Latihan bersama dengan unit khusus negara sahabat seringkali melibatkan Denjaka atau Taifib, menunjukkan pengakuan internasional terhadap kualitas dan profesionalisme mereka. Mereka mewakili puncak dari kemampuan tempur TNI AL, memastikan bahwa Indonesia selalu siap menghadapi segala bentuk ancaman yang muncul dari atau menuju perairan Nusantara. Latihan simulasi yang mereka jalani menuntut stamina fisik dan mental yang luar biasa, mencerminkan dedikasi mereka sebagai garda terdepan dalam menjaga keamanan laut Indonesia.