Ilustrasi perbandingan antara produksi telur dan daging.
Memulai usaha ternak ayam adalah salah satu pilihan bisnis agribisnis yang sangat populer di Indonesia. Namun, bagi pemula, sering muncul pertanyaan mendasar: manakah yang lebih menguntungkan, beternak ayam petelur atau ayam pedaging? Jawabannya tidak tunggal, karena keberhasilan sangat bergantung pada modal, manajemen risiko, skala usaha, dan kondisi pasar lokal. Kedua jenis ayam ini memiliki siklus bisnis dan tantangan yang sangat berbeda.
Ayam pedaging memiliki daya tarik utama berupa siklus produksi yang sangat cepat. Dalam kurun waktu 30 hingga 40 hari, ayam sudah siap dipanen dan dijual sebagai daging. Kecepatan ini memungkinkan pembalikan modal (turnover) yang relatif cepat.
Berbeda dengan pedaging, ayam petelur membutuhkan waktu investasi awal yang lebih lama. Ayam baru akan mulai berproduksi optimal setelah usia sekitar 4-5 bulan dan terus berproduksi hingga 1,5 hingga 2 tahun. Meskipun investasi awalnya lebih besar dan risiko kerugian di awal lebih tinggi, potensi keuntungan jangka panjangnya lebih stabil.
Pendapatan dari ayam petelur bersifat rutin harian atau mingguan. Ini menciptakan arus kas yang lebih terprediksi, yang sangat baik untuk perencanaan keuangan jangka menengah.
Keputusan antara petelur dan pedaging harus didasarkan pada kesiapan finansial dan toleransi risiko Anda.
Jika Anda memiliki modal terbatas dan ingin segera melihat hasil, ayam pedaging mungkin lebih menarik, namun bersiaplah menghadapi volatilitas harga pasar yang tajam. Kesalahan penanganan sedikit saja bisa berarti kerugian total karena siklusnya yang pendek.
Sebaliknya, jika Anda memiliki modal yang cukup, kesabaran, dan ingin membangun bisnis yang memberikan penghasilan pasif rutin, investasi pada ayam petelur jangka panjang sangat direkomendasikan. Tantangan terbesar di sini adalah bertahan melewati fase "blank period" sebelum ayam mulai bertelur secara signifikan.
Faktor lokasi juga memengaruhi. Daerah dengan permintaan pasar daging yang sangat tinggi (dekat pusat kota besar) lebih cocok untuk pedaging, sementara daerah yang memiliki jalur distribusi telur yang kuat ke pasar tradisional atau industri mungkin lebih ideal untuk petelur.
Pada akhirnya, tidak ada jawaban baku mana yang "paling" menguntungkan. Keduanya bisa sangat menguntungkan jika dijalankan dengan profesionalisme, manajemen kesehatan ternak yang ketat, dan pemahaman mendalam tentang dinamika harga komoditas pertanian saat ini. Studi kelayakan yang detail sebelum investasi adalah langkah paling krusial yang harus dilakukan.