Visualisasi sederhana konsep oposisi biner Lévi-Strauss.
Claude Lévi-Strauss adalah nama yang tak terpisahkan dari revolusi pemikiran abad ke-20, khususnya dalam bidang antropologi. Dikenal sebagai bapak strukturalisme, kontribusinya melampaui sekadar deskripsi budaya; ia berusaha menemukan struktur universal yang mendasari semua pemikiran dan perilaku manusia, terlepas dari latar belakang geografis atau sejarah mereka. Berbeda dengan antropolog sebelumnya yang fokus pada sejarah evolusioner budaya (evolusionisme), Lévi-Strauss mengalihkan perhatiannya ke aspek kognitif pikiran manusia.
Perjalanan Lévi-Strauss dimulai dari latar belakang filsafat dan sosiologi, namun panggilan untuk penelitian lapangan membawanya ke Brasil pada tahun 1930-an. Pengalaman langsungnya dengan suku-suku pribumi, seperti Bororo dan Nambikwara, menjadi fondasi empiris yang krusial. Ia menemukan bahwa meskipun adat istiadat masyarakat "primitif" tampak kacau bagi pengamat luar, terdapat logika internal dan keteraturan yang tersembunyi. Tugas antropolog, menurutnya, bukanlah mengklasifikasikan budaya berdasarkan tingkat "kemajuannya," melainkan mengungkap kerangka mental yang digunakan masyarakat tersebut untuk mengatur dunia.
Inti dari teori Lévi-Strauss adalah konsep oposisi biner (binary opposition). Ia berpendapat bahwa pikiran manusia secara inheren bekerja melalui pasangan-pasangan yang saling bertentangan dan komplementer, seperti mentah/matang, alam/budaya, laki-laki/perempuan, atau hidup/mati. Struktur ini bukan sekadar kategori linguistik, melainkan representasi dari cara alam bawah sadar manusia mengatur realitas.
Dalam karyanya yang monumental, The Elementary Structures of Kinship, ia menganalisis sistem perkawinan dan kekerabatan. Ia melihat pertukaran wanita antar kelompok sebagai bentuk komunikasi sosial yang diatur oleh aturan tersembunyi—sebuah sistem simbolik. Pertukaran ini menciptakan hubungan dan solidaritas sosial. Sementara itu, dalam Mythologiques, ia menunjukkan bahwa mitos, dari berbagai budaya di dunia, berfungsi sebagai alat untuk mendamaikan atau memediasi oposisi biner yang tidak dapat diselesaikan dalam kehidupan nyata. Mitos adalah cara masyarakat "berpikir" mengenai kontradiksi fundamental mereka.
Pengaruh levi strauss antropolog ini tidak terbatas pada studi tentang suku-suku terpencil. Pemikirannya merasuk kuat ke berbagai disiplin ilmu humaniora dan sosial. Strukturalisme, yang dipopulerkan olehnya, menjadi lensa analisis untuk memahami segala sesuatu mulai dari fashion, arsitektur, hingga kritik sastra. Misalnya, dalam analisis sastra, struktur naratif dianggap merefleksikan oposisi biner yang sama. Kritikus sastra mencari pola hubungan yang tersembunyi dalam teks, bukan hanya makna eksplisitnya.
Salah satu warisan terpentingnya adalah penekanannya pada kesetaraan intelektual semua budaya. Dengan membongkar ilusi superioritas Barat, Lévi-Strauss menunjukkan bahwa pikiran "barbar" sama kompleks dan logisnya dengan pikiran "beradab." Ia menegaskan bahwa semua manusia, terlepas dari teknologi atau organisasi politik mereka, memiliki kapasitas kognitif yang sama untuk menciptakan sistem simbolik yang kompleks. Ini merupakan pukulan telak terhadap pandangan etnosentris yang mendominasi pemikiran kolonial.
Meskipun strukturalisme menghadapi kritik tajam di akhir abad ke-20—terutama dari teori post-strukturalisme yang menuduhnya mengabaikan agensi individu dan perubahan sejarah—karya Lévi-Strauss tetap menjadi tonggak sejarah. Ia berhasil mengubah antropologi dari studi deskriptif menjadi ilmu yang berusaha mengungkap arsitektur universal pikiran manusia. Pemahamannya tentang bagaimana struktur mengatur budaya menjadikannya salah satu pemikir paling berpengaruh yang pernah ada. Strukturalisme adalah warisan abadi dari pemikiran analitis Claude Lévi-Strauss.