Kehamilan adalah masa yang penuh perubahan fisiologis signifikan pada tubuh wanita. Salah satu perubahan yang terjadi adalah peningkatan kecenderungan darah untuk membeku, sebuah mekanisme alami yang berfungsi untuk mencegah perdarahan berlebihan saat persalinan. Namun, bagi ibu hamil yang memiliki kondisi medis tertentu, seperti riwayat trombosis (gumpalan darah) sebelumnya, penyakit autoimun, atau kelainan pembekuan darah genetik, peningkatan risiko ini bisa menjadi bahaya serius.
Dalam kondisi tersebut, dokter mungkin perlu meresepkan obat antikoagulan untuk ibu hamil guna menjaga aliran darah tetap lancar dan mencegah pembentukan gumpalan berbahaya yang bisa menyebabkan komplikasi serius seperti emboli paru atau stroke.
Ilustrasi: Sirkulasi yang aman dan terkontrol selama kehamilan.
Tidak semua obat pengencer darah aman digunakan selama kehamilan. Beberapa obat dapat menembus plasenta dan memengaruhi pembekuan darah janin, yang berpotensi menyebabkan perdarahan atau komplikasi serius lainnya. Oleh karena itu, pemilihan jenis obat sangat kritis.
Ini adalah pilihan antikoagulan yang paling sering direkomendasikan dan dianggap paling aman untuk digunakan selama kehamilan. Contoh umum termasuk enoxaparin.
Meskipun jarang digunakan sebagai lini pertama dibandingkan LMWH, UFH dapat dipertimbangkan dalam situasi tertentu, terutama jika dibutuhkan efek yang cepat reversibel (dapat dibatalkan) atau pada ibu hamil dengan gagal ginjal berat.
Warfarin secara luas dikenal sebagai antikoagulan oral. Namun, **Warfarin sangat dikontraindikasikan (tidak boleh digunakan) selama trimester pertama kehamilan** karena bersifat teratogenik (dapat menyebabkan cacat lahir), khususnya mempengaruhi perkembangan tulang dan sistem saraf janin (warfarin embryopathy).
Penggunaannya mungkin dipertimbangkan hanya pada trimester kedua atau ketiga jika risiko perdarahan dari heparin terlalu tinggi, namun ini memerlukan pemantauan ketat oleh tim medis spesialis.
Penggunaan obat antikoagulan untuk ibu hamil bukanlah proses sekali jalan. Kondisi pembekuan darah dan kebutuhan volume plasma darah berubah drastis sepanjang sembilan bulan kehamilan. Oleh karena itu, pemantauan rutin sangat penting.
Dokter akan menggunakan tes darah, seperti Partial Thromboplastin Time (aPTT) untuk UFH atau pengujian anti-Faktor Xa untuk LMWH, untuk memastikan bahwa dosis yang diberikan cukup untuk mencegah pembekuan tanpa menimbulkan risiko perdarahan berlebihan bagi ibu dan bayi.
Keputusan mengenai jenis dan dosis antikoagulan akan dimodifikasi mendekati waktu persalinan. Seringkali, dokter akan meminta pasien untuk menghentikan suntikan heparin beberapa jam sebelum waktu persalinan yang diperkirakan (atau segera setelah pecah ketuban), karena risiko perdarahan selama proses kelahiran meningkat ketika pasien menggunakan obat pengencer darah.
PENTING: Informasi ini bersifat edukatif. Penggunaan obat antikoagulan selama kehamilan HARUS selalu di bawah pengawasan ketat dokter spesialis kandungan atau hematologi. Jangan pernah memulai, menghentikan, atau mengubah dosis obat tanpa instruksi medis profesional.