Ilustrasi: Fokus pada masalah produksi telur.
Ayam Bangkok, yang terkenal karena kegagahan dan kualitas genetiknya sebagai ayam petarung, seringkali diharapkan mampu menghasilkan keturunan yang tangguh. Namun, banyak penghobi yang menghadapi frustrasi ketika ayam Bangkok betina kesayangan mereka tiba-tiba berhenti bertelur, atau bahkan tidak pernah menunjukkan produktivitas telur yang memadai. Kegagalan ini jarang disebabkan oleh satu faktor tunggal; biasanya ini adalah hasil interaksi kompleks antara lingkungan, nutrisi, dan kondisi fisiologis ayam.
Nutrisi adalah fondasi utama dalam siklus reproduksi unggas. Jika seekor ayam bangkok tidak bertelur, seringkali masalahnya berakar pada dietnya. Ayam petelur membutuhkan komposisi makro dan mikro nutrien yang sangat spesifik untuk membentuk kuning telur, putih telur, dan cangkang yang kuat.
Ayam Bangkok, meskipun kuat, sangat sensitif terhadap stres lingkungan yang dapat menghambat siklus hormonal mereka. Stres adalah pembunuh diam bagi produksi telur.
Tekanan Cahaya (Fotoperiode): Ayam memerlukan durasi cahaya yang cukup (sekitar 14-16 jam sehari) agar hormon reproduksi terstimulasi. Kandang yang terlalu gelap, atau perubahan drastis dalam jam penyinaran, akan membuat ayam mengira bahwa musim kawin sudah berakhir, sehingga produksi telur menurun atau berhenti total.
Stres Panas dan Suhu Ekstrem: Ayam Bangkok cenderung kurang tahan terhadap suhu yang sangat panas dibandingkan ras lokal. Ketika suhu lingkungan melebihi batas toleransi mereka, ayam akan fokus pada termoregulasi (menjaga suhu tubuh) daripada produksi telur. Di sisi lain, cuaca dingin yang ekstrem juga dapat memperlambat metabolisme reproduksi.
Gangguan dan Kebisingan: Ayam yang sering diganggu, dipindahkan kandang secara tiba-tiba, atau berada di lingkungan yang bising (misalnya dekat suara keras atau lalu lintas padat) akan mengalami lonjakan hormon stres (kortikosteron), yang secara langsung menekan hormon reproduksi.
Jika nutrisi dan lingkungan sudah optimal, fokus harus beralih pada kondisi fisik internal ayam bangkok tersebut.
Masa Ganti Bulu (Moulting): Ayam yang sedang mengalami periode mabung atau ganti bulu akan mengalihkan seluruh energi dan nutrisi tubuhnya untuk menumbuhkan bulu baru yang sehat. Selama proses ini, produksi telur hampir pasti akan berhenti. Ini adalah proses alami dan biasanya akan kembali normal setelah bulu baru tumbuh sempurna.
Obesitas atau Terlalu Kurus: Berat badan yang tidak ideal mengganggu keseimbangan hormon. Ayam bangkok yang terlalu gemuk seringkali memiliki penumpukan lemak di sekitar ovarium (lemak viseral), yang dapat menghambat pelepasan sel telur. Sebaliknya, ayam yang terlalu kurus tidak memiliki cadangan energi yang cukup untuk menghasilkan telur.
Penyakit dan Parasit: Infeksi seperti Marek’s Disease (walaupun lebih sering menyerang ayam muda), atau serangan parasit internal (cacing) dan eksternal (kutu) dapat membuat ayam merasa sakit dan mengurangi nafsu makan, yang berujung pada terhentinya produksi telur.
Usia dan Genetik: Ayam bangkok yang sudah terlalu tua secara alami akan mengalami penurunan produksi telur seiring bertambahnya usia. Selain itu, beberapa galur (strain) ayam bangkok memang dikembangkan murni untuk kekuatan fisik, bukan untuk tujuan petelur, sehingga produksi alaminya memang rendah.
Untuk memancing kembali ayam bangkok Anda agar produktif, lakukan evaluasi menyeluruh. Pastikan pakan mengandung sumber kalsium terpisah seperti tepung tulang atau cangkang tiram. Periksa pencahayaan di kandang, pastikan ayam mendapatkan ketenangan, dan lindungi dari perubahan suhu ekstrem. Jika semua faktor eksternal telah diperbaiki namun ayam tetap tidak bertelur selama beberapa minggu, pertimbangkan pemeriksaan kesehatan untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit kronis atau masalah organ reproduksi.