Penyebab Ayam Petelur Tidak Mau Bertelur: Panduan Lengkap Mengatasi Masalah Produksi
Memelihara ayam petelur adalah investasi yang membutuhkan perhatian detail. Salah satu masalah paling membuat frustrasi peternak adalah ketika ayam yang seharusnya rutin bertelur tiba-tiba mengalami penurunan drastis, atau bahkan berhenti total. Fenomena ayam petelur tidak mau bertelur bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari nutrisi, lingkungan, hingga kesehatan. Memahami akar masalah adalah langkah pertama untuk mengembalikan produktivitas kandang Anda.
1. Faktor Nutrisi dan Pakan
Kualitas dan komposisi pakan adalah penentu utama kemampuan ayam untuk memproduksi telur. Kekurangan atau ketidakseimbangan nutrisi sering menjadi biang keladi utama.
Kalsium Rendah: Kalsium sangat vital untuk pembentukan cangkang telur. Jika asupan kalsium tidak mencukupi, ayam mungkin berhenti bertelur karena tubuhnya memilih mempertahankan kalsium untuk fungsi vital lainnya. Pastikan grit kalsium selalu tersedia terpisah.
Protein Tidak Cukup: Pembentukan telur membutuhkan energi tinggi dan protein yang memadai. Kekurangan protein, terutama asam amino seperti metionin dan lisin, akan menghambat proses pembentukan kuning telur.
Energi Pakan Kurang: Ayam membutuhkan energi yang cukup untuk metabolisme dan proses reproduksi. Pakan yang terlalu berserat atau rendah kalori akan menyebabkan ayam mengalihkan energi untuk bertahan hidup, bukan bertelur.
Kualitas Pakan Menurun: Pakan yang sudah lama disimpan, berjamur, atau terkontaminasi zat berbahaya dapat menyebabkan ayam enggan makan atau mengalami gangguan pencernaan yang berdampak pada produksi telur.
2. Masalah Lingkungan dan Manajemen
Kondisi kandang memengaruhi tingkat stres ayam. Ayam yang stres cenderung menekan fungsi reproduksi mereka.
Pencahayaan yang Tidak Konsisten: Ayam petelur membutuhkan stimulasi cahaya yang cukup (sekitar 14-16 jam per hari) untuk merangsang hormon reproduksi. Fluktuasi atau kekurangan durasi cahaya dapat memicu ayam untuk berhenti bertelur, terutama saat memasuki periode molting (ganti bulu).
Stres Panas (Heat Stress): Suhu kandang yang terlalu tinggi (di atas 30°C) memaksa ayam untuk mendinginkan diri, sehingga metabolisme dialihkan dari produksi telur. Manajemen ventilasi yang buruk adalah penyebab utama stres panas.
Kepadatan Kandang Berlebihan: Terlalu banyak ayam dalam satu area menciptakan persaingan untuk pakan dan minum serta meningkatkan tingkat amonia, yang semuanya meningkatkan stres.
Gangguan Ketenteraman: Suara bising yang tiba-tiba, kehadiran predator, atau perlakuan kasar dari peternak dapat menyebabkan ayam terkejut dan mengganggu siklus bertelur mereka.
3. Kesehatan dan Tahapan Usia
Kesehatan internal ayam sangat berpengaruh. Penyakit atau perubahan fisiologis alami juga berperan.
Penyakit Tertentu: Infeksi virus (seperti Newcastle Disease atau Gumboro yang menyerang saluran reproduksi), bakteri, atau parasit dapat menghentikan produksi telur secara tiba-tiba. Perhatikan gejala lain seperti lesu atau kotoran abnormal.
Molting (Ganti Bulu): Ini adalah proses alami di mana ayam menghentikan produksi telur untuk memulihkan energi dan menumbuhkan bulu baru. Periode ini bisa berlangsung beberapa minggu.
Ayam Terlalu Tua: Ayam petelur komersial memiliki puncak produksi pada usia 6-18 bulan. Setelah melewati puncak tersebut, penurunan produksi telur adalah hal yang wajar.
Kondisi Fisik Buruk: Ayam yang terlalu kurus atau terlalu gemuk (obesitas) sering mengalami gangguan hormonal yang mengganggu ovulasi.
Langkah Korektif yang Perlu Diambil
Setelah mengidentifikasi potensi penyebab, langkah selanjutnya adalah koreksi terarah. Pertama, evaluasi kembali jadwal pemberian pakan dan pastikan semua nutrisi (terutama kalsium dan protein) terpenuhi sesuai standar. Kedua, perbaiki manajemen lingkungan; pastikan ventilasi optimal dan jaga suhu kandang tetap nyaman. Jika penyebabnya adalah penyakit, isolasi ayam yang sakit dan konsultasikan dengan dokter hewan untuk penanganan medis yang tepat. Jangan terburu-buru mengganti pakan secara total; lakukan perubahan secara bertahap untuk menghindari kejutan pada sistem pencernaan ayam.