Anyang-anyangan, atau sering disebut juga disuria, adalah kondisi medis yang ditandai dengan rasa nyeri, perih, atau tidak nyaman saat buang air kecil. Sensasi ini sering disertai dengan keinginan untuk sering berkemih meskipun jumlah urin yang dikeluarkan hanya sedikit. Kondisi ini sangat umum dialami oleh wanita dibandingkan pria, yang menimbulkan pertanyaan besar: apa sebenarnya penyebab utama wanita lebih rentan mengalami anyang-anyangan?
Meskipun anyang-anyangan seringkali merupakan gejala dari Infeksi Saluran Kemih (ISK), penting untuk diketahui bahwa ada berbagai faktor lain, baik yang berhubungan dengan anatomi maupun gaya hidup, yang turut berperan. Memahami akar permasalahannya adalah langkah pertama menuju pengobatan yang efektif.
Faktor Anatomi: Mengapa Wanita Lebih Rentan?
Penyebab utama perbedaan kerentanan antara wanita dan pria terletak pada struktur sistem saluran kemih wanita. Jarak antara uretra (saluran keluarnya urin dari kandung kemih) dengan anus yang relatif pendek menjadi kunci utama. Jarak yang dekat ini mempermudah bakteri—terutama jenis Escherichia coli (E. coli) yang sering berasal dari saluran pencernaan—untuk bermigrasi naik menuju uretra dan akhirnya mencapai kandung kemih. Sekali bakteri masuk ke kandung kemih, terjadilah infeksi yang memicu peradangan dan gejala nyeri saat berkemih.
Penyebab Paling Umum: Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK adalah diagnosis paling sering ketika wanita mengeluhkan gejala anyang-anyangan. Bakteri menginfeksi lapisan kandung kemih (disebut sistitis) atau bahkan saluran kemih bagian bawah. Gejala khas ISK meliputi:
- Nyeri atau rasa terbakar saat buang air kecil.
- Sering ingin berkemih (frekuensi tinggi).
- Urin keruh atau berbau menyengat.
- Rasa tidak tuntas setelah berkemih.
- Terkadang disertai demam ringan atau nyeri perut bagian bawah.
Faktor Gaya Hidup dan Kebersihan
Selain infeksi langsung, kebiasaan sehari-hari juga sangat memengaruhi kesehatan saluran kemih:
- Kebersihan Saat Membersihkan Diri: Wanita harus selalu membersihkan diri dari arah depan ke belakang setelah buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK). Membersihkan dari belakang ke depan secara tidak sengaja akan memindahkan bakteri E. coli ke area uretra.
- Kurangnya Cairan Tubuh: Tidak minum cukup air menyebabkan urin menjadi sangat pekat. Urin pekat memiliki pH yang lebih asam dan konsentrasi bakteri yang lebih tinggi, sehingga meningkatkan iritasi pada dinding kandung kemih saat dikeluarkan.
- Menahan Kencing: Menahan urin terlalu lama memberikan waktu bagi bakteri yang sudah masuk untuk berkembang biak di dalam kandung kemih sebelum sempat dikeluarkan.
- Pakaian Ketat: Penggunaan celana ketat atau pakaian dalam non-katun dapat menciptakan lingkungan yang hangat dan lembap, yang ideal bagi pertumbuhan bakteri.
Perubahan Hormonal dan Kesehatan Reproduksi
Fluktuasi hormon, terutama pada wanita, memiliki dampak signifikan pada kesehatan saluran kemih:
- Menopause: Penurunan kadar estrogen setelah menopause menyebabkan penipisan jaringan uretra dan vagina (atrofi). Perubahan ini mengubah keseimbangan pH alami, membuat dinding saluran kemih lebih rentan terhadap iritasi dan infeksi.
- Kehamilan: Selama kehamilan, rahim yang membesar dapat menekan kandung kemih dan menghambat aliran urin sepenuhnya, meningkatkan risiko stagnasi urin dan infeksi sekunder.
Iritasi Non-Infeksius
Tidak semua kasus anyang-anyangan disebabkan oleh bakteri. Iritasi kimiawi juga sering menjadi biang keladinya:
Penggunaan produk kebersihan kewanitaan seperti sabun beraroma kuat, douche, atau bahkan deterjen pakaian tertentu dapat mengiritasi uretra. Iritasi ini menimbulkan gejala yang sangat mirip dengan ISK, meskipun tidak ada infeksi bakteri aktif. Kondisi ini disebut sebagai sistitis interstisial atau kandung kemih sensitif.
Kapan Harus Konsultasi ke Dokter?
Jika anyang-anyangan berlangsung lebih dari dua hari, disertai demam tinggi, nyeri pinggang hebat, atau terdapat darah dalam urin (hematuria), penanganan medis segera sangat diperlukan. Dokter akan melakukan tes urin untuk memastikan apakah penyebabnya adalah infeksi bakteri atau kondisi lainnya. Penanganan yang tepat, seperti antibiotik untuk ISK atau perubahan gaya hidup untuk iritasi, akan membantu meredakan ketidaknyamanan yang mengganggu aktivitas sehari-hari.