Dalam industri peternakan unggas, kita sering mendengar istilah ayam petelur dan ayam potong (broiler). Meskipun keduanya berasal dari spesies yang sama, yaitu Gallus gallus domesticus, mereka telah melalui proses seleksi genetik yang sangat berbeda untuk mengoptimalkan tujuan produksi yang spesifik. Memahami perbedaan mendasar antara kedua jenis ayam ini sangat penting, baik bagi peternak maupun konsumen.
Perbedaan paling signifikan terletak pada fokus produksi. Ayam petelur dikembangbiakkan secara khusus untuk memaksimalkan produksi telur yang dapat dikonsumsi atau ditetaskan. Fokus genetik mereka tertuju pada efisiensi konversi pakan menjadi telur. Sebaliknya, ayam potong atau broiler dikembangbiakkan untuk mencapai bobot badan optimal secepat mungkin dengan rasio konversi pakan yang efisien untuk daging.
Ayam petelur, seperti Leghorn, ditandai dengan tubuh yang ramping dan ringan, karena bobot tubuh yang besar akan menguras energi yang seharusnya digunakan untuk bertelur. Sementara itu, ayam potong dikenal memiliki dada dan paha yang besar, merupakan ciri khas dari seleksi untuk pertumbuhan massa otot (daging).
Secara fisik, perbedaannya sangat mencolok. Ayam petelur biasanya memiliki postur tubuh yang lebih kecil dan lebih panjang. Mereka mencapai kematangan seksual lebih awal, namun pertumbuhan bobot badannya lambat setelah mencapai usia produksi. Durasi hidup ekonomis ayam petelur bisa mencapai lebih dari satu tahun, selama mereka masih produktif menghasilkan telur.
Di sisi lain, ayam potong mengalami percepatan pertumbuhan yang luar biasa. Mereka dirancang untuk mencapai bobot panen (biasanya antara 1,5 hingga 2,5 kg) dalam waktu yang sangat singkat, seringkali kurang dari 40 hari. Hal ini membuat sistem pencernaan dan kerangka mereka harus mendukung penambahan biomassa yang masif dalam waktu singkat.
| Aspek | Ayam Petelur | Ayam Potong (Broiler) |
|---|---|---|
| Fokus Produksi | Produksi telur dalam jumlah tinggi | Produksi daging (massa otot) |
| Pertumbuhan Bobot | Lambat dan ringan | Sangat cepat (Growth Rate Tinggi) |
| Waktu Panen | Tidak dipanen daging, digunakan untuk produksi telur (lama) | Sekitar 30 - 40 hari |
| Bentuk Tubuh | Ramping, ringan, tulang lebih kecil | Padat, dada lebar, kaki pendek dan kokoh |
| Performa Kandang | Membutuhkan lebih banyak ruang per ekor karena umur panjang | Membutuhkan kepadatan tinggi untuk efisiensi ruang |
| Asal Bibit Umum | Strain seperti Leghorn Putih | Strain komersial hasil persilangan (misalnya Cobb, Ross) |
Manajemen pakan menjadi faktor krusial yang membedakan kedua jenis ayam ini. Ayam petelur memerlukan ransum pakan yang sangat kaya akan kalsium dan mineral esensial lainnya untuk pembentukan cangkang telur yang kuat. Keseimbangan protein juga penting, namun prioritas utama adalah mineralisasi.
Sebaliknya, ayam potong memerlukan ransum yang sangat tinggi protein dan energi (lemak/karbohidrat) untuk mendukung perkembangan otot. Kebutuhan nutrisi mereka berubah drastis seiring usia, menuntut formulasi pakan starter, grower, dan finisher yang spesifik.
Kesimpulannya, meskipun keduanya adalah unggas yang dimanfaatkan manusia, ayam petelur dan ayam potong mewakili puncak rekayasa genetika dalam peternakan. Satu berfokus pada output reproduktif (telur), sementara yang lain berfokus pada efisiensi pembentukan biomassa (daging). Pemahaman akan perbedaan ini memastikan bahwa setiap ayam ditempatkan dalam sistem pemeliharaan yang mendukung potensi genetik maksimalnya.