Perdarahan ante partum (PAP) didefinisikan sebagai perdarahan jalan lahir yang terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan sebelum bayi lahir. Kondisi ini merupakan salah satu kegawatdaruratan obstetri yang memerlukan perhatian serius karena dapat mengancam nyawa ibu maupun janin. Meskipun seringkali membuat ibu hamil cemas, penting untuk diketahui bahwa penyebabnya sangat beragam, mulai dari kondisi yang relatif ringan hingga yang sangat mengancam jiwa.
Penyebab Utama Perdarahan Ante Partum
Penyebab PAP diklasifikasikan menjadi dua kategori besar: penyebab obstetri (terkait dengan kehamilan itu sendiri) dan penyebab non-obstetri (bukan karena komplikasi kehamilan).
1. Penyebab Obstetri
Ini adalah penyebab yang paling umum dan seringkali paling serius:
Plasenta Previa
Kondisi di mana plasenta menutupi seluruh atau sebagian dari pintu keluar serviks. Perdarahan biasanya tidak disertai nyeri dan cenderung berulang. Ini adalah penyebab umum perdarahan yang memerlukan pemantauan ketat.
Solusio Plasenta (Abruptio Placentae)
Ini adalah kondisi serius di mana plasenta terlepas sebagian atau seluruhnya dari dinding rahim sebelum waktunya (sebelum bayi lahir). Solusio plasenta hampir selalu disertai nyeri perut hebat, tegang (uterus teraba keras), dan seringkali menyebabkan syok pada ibu.
Vasa Previa
Keadaan di mana pembuluh darah janin (bukan tali pusat) berada di depan presentasi janin, melewati selaput ketuban di atas pembukaan serviks. Pecahnya selaput ketuban dapat menyebabkan perdarahan hebat dari sisi janin, yang sangat berbahaya bagi bayi.
Ruptur Uteri
Robeknya dinding rahim. Walaupun jarang terjadi, ini adalah kondisi yang sangat mengancam jiwa. Risiko meningkat pada ibu yang sebelumnya pernah menjalani operasi caesar atau memiliki riwayat trauma perut berat.
2. Penyebab Non-Obstetri
Penyebab ini berasal dari area serviks atau vagina dan bukan dari dalam rahim itu sendiri, seperti infeksi serviks, polip, atau trauma ringan pada vagina saat berhubungan seksual.
Diagnosis dan Penanganan
Ketika seorang ibu hamil mengalami perdarahan, evaluasi cepat sangat penting. Tim medis akan melakukan anamnesis menyeluruh mengenai jumlah darah, ada atau tidaknya nyeri, dan apakah ada riwayat trauma. Pemeriksaan fisik akan mencakup evaluasi tanda-tanda vital ibu (tekanan darah, denyut nadi) untuk mendeteksi syok.
Pemeriksaan penunjang meliputi:
- Ultrasonografi (USG): Alat paling penting untuk menentukan letak plasenta dan kondisi janin.
- Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher): Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, setelah dipastikan tidak ada kondisi seperti plasenta previa dengan USG, karena pemeriksaan dalam dapat memicu perdarahan hebat.
- Pemantauan Janin (Kardiotokografi/CTG): Untuk menilai apakah janin mengalami gawat janin akibat kekurangan oksigen.
Penanganan sangat bergantung pada penyebab dan usia kehamilan. Jika perdarahan disebabkan oleh solusio plasenta, induksi persalinan atau operasi caesar darurat mungkin diperlukan. Sementara jika penyebabnya adalah plasenta previa yang stabil, dokter mungkin akan menyarankan rawat inap untuk pemantauan ketat atau menunggu hingga usia kehamilan cukup matang untuk dilahirkan secara terencana melalui caesar.
Pencegahan dan Tindak Lanjut
Meskipun banyak penyebab PAP tidak dapat dicegah secara langsung, kunjungan rutin ke dokter kandungan atau bidan sangat krusial. Pemeriksaan USG rutin pada trimester pertama dan kedua membantu mengidentifikasi faktor risiko seperti riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya atau adanya kelainan struktur rahim.
Setelah episode perdarahan, ibu hamil harus membatasi aktivitas fisik berat dan menghindari berhubungan seksual hingga diizinkan oleh dokter. Pemahaman yang baik mengenai tanda bahaya dan kecepatan respons adalah kunci utama dalam meminimalkan risiko komplikasi serius akibat perdarahan ante partum.