Premi asuransi kesehatan adalah inti dari kontrak perlindungan finansial. Ini adalah sejumlah uang yang dibayarkan oleh tertanggung (nasabah) kepada penanggung (perusahaan asuransi) secara berkala—biasanya bulanan, triwulanan, atau tahunan—sebagai imbalan atas janji perusahaan untuk menanggung risiko biaya medis di masa depan. Memahami premi bukan sekadar mengetahui berapa yang harus dibayar, tetapi juga memahami apa yang mempengaruhi angka tersebut dan bagaimana angka itu mencerminkan potensi risiko yang ditanggung.
Dalam konteks asuransi kesehatan, premi berfungsi sebagai kontribusi kolektif. Kumpulan dana dari ribuan, bahkan jutaan pemegang polis, digunakan untuk membayar klaim yang diajukan oleh sebagian kecil pemegang polis yang mengalami sakit atau membutuhkan perawatan medis. Fungsi utama premi adalah mendistribusikan risiko kerugian finansial yang besar dari individu ke seluruh kelompok. Tanpa aliran premi yang stabil dan terhitung, model bisnis asuransi tidak akan berkelanjutan.
Secara lebih spesifik, premi mencakup beberapa fungsi krusial:
Seringkali, calon nasabah memandang premi sebagai biaya semata. Namun, jika dilihat dari perspektif jangka panjang, premi merupakan investasi proteksi. Dengan meningkatnya biaya perawatan medis (inflasi medis) secara global—yang seringkali jauh melampaui inflasi ekonomi umum—membayar premi kecil secara berkala jauh lebih ekonomis daripada menanggung biaya operasi besar atau perawatan penyakit kritis yang mungkin mencapai ratusan juta rupiah secara tiba-tiba.
Premi yang dibayarkan saat ini adalah harga dari ketenangan pikiran finansial di masa depan. Meskipun seseorang mungkin tidak pernah mengajukan klaim besar, premi tersebut tetap memainkan peran penting dalam menopang sistem perlindungan bagi seluruh pemegang polis, termasuk dirinya sendiri jika suatu saat risiko tersebut terjadi.
Perhitungan premi asuransi kesehatan adalah proses yang kompleks, didasarkan pada ilmu aktuaria dan statistik probabilitas. Aktuaris adalah profesional yang bertugas menyeimbangkan pendapatan premi dengan potensi pengeluaran klaim di masa depan. Premi bukanlah angka yang ditentukan secara acak; ia adalah hasil dari analisis risiko yang sangat terperinci.
Premi yang dibayarkan oleh nasabah (Premi Kotor) terdiri dari tiga komponen utama:
Ini adalah bagian terbesar dari premi, yang murni didedikasikan untuk menanggung klaim di masa depan. Premi murni dihitung berdasarkan frekuensi yang diharapkan dari kejadian klaim dan rata-rata biaya dari klaim tersebut (tingkat mortalitas dan morbiditas). Aktuaris menggunakan data historis yang luas—baik dari populasi umum, pengalaman internal perusahaan, maupun tabel standar—untuk memproyeksikan:
Komponen ini menutupi semua biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk menjalankan bisnis dan mendapatkan polis baru. Elemen-elemen yang termasuk dalam biaya operasional meliputi:
Setiap perusahaan asuransi bertujuan untuk menghasilkan keuntungan agar tetap berkelanjutan. Margin keuntungan yang wajar dimasukkan ke dalam premi. Selain itu, ada komponen cadangan (solvabilitas) yang diperlukan oleh regulator untuk memastikan bahwa perusahaan memiliki likuiditas yang cukup untuk membayar klaim bahkan dalam skenario bencana atau peningkatan klaim yang tiba-tiba (misalnya, selama pandemi). Margin ini berfungsi sebagai penyangga keuangan.
Perhitungan premi sangat bergantung pada Prinsip Hukum Bilangan Besar (Law of Large Numbers). Prinsip ini menyatakan bahwa semakin besar kelompok risiko yang dipertanggungkan (semakin banyak pemegang polis), semakin akurat prediksi aktuaria mengenai frekuensi dan besaran klaim di masa depan. Akibatnya, risiko kerugian yang tidak terduga (volatilitas) dapat diminimalisir. Premi asuransi yang efisien hanya mungkin terjadi jika perusahaan dapat mengumpulkan data dari kelompok tertanggung yang sangat besar.
Premi asuransi kesehatan sangat bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya, dan dari satu perusahaan ke perusahaan lain. Perbedaan ini disebabkan oleh serangkaian faktor risiko yang digunakan oleh aktuari untuk menilai probabilitas nasabah mengajukan klaim besar.
Usia adalah faktor penentu premi yang paling signifikan. Secara statistik, risiko morbiditas (sakit) meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun. Biaya klaim rata-rata yang diajukan oleh nasabah berusia 50 tahun jauh lebih tinggi dibandingkan nasabah berusia 25 tahun. Premi biasanya akan meningkat setiap kali nasabah memasuki kelompok usia baru (misalnya, peningkatan premi yang signifikan saat transisi dari usia 30-an ke 40-an).
Jenis kelamin juga berperan, meskipun dampaknya semakin berkurang di beberapa pasar asuransi modern. Namun, secara historis, wanita mungkin dikenakan premi sedikit lebih tinggi pada usia subur karena risiko kehamilan dan persalinan, kecuali jika paket asuransi tersebut tidak mencakup maternitas.
Ketika seseorang mengajukan permohonan asuransi, mereka wajib melalui proses underwriting. Proses ini menilai riwayat kesehatan mereka. Jika nasabah memiliki kondisi pra-eksisting (Penyakit yang sudah didiagnosis sebelum polis disetujui), perusahaan asuransi memiliki beberapa opsi yang akan berdampak langsung pada premi:
Faktor gaya hidup seperti status merokok (nikotin) atau konsumsi alkohol berlebihan juga dianggap sebagai risiko kesehatan yang meningkatkan Premi Murni (risk premium).
Premi di Jakarta, Surabaya, atau kota besar lainnya hampir selalu lebih tinggi daripada di kota kecil atau daerah pedesaan. Alasannya meliputi:
Penting untuk dicatat bahwa Premi Asuransi Kesehatan umumnya disesuaikan setiap tahun untuk mencerminkan inflasi medis, bahkan jika risiko individu nasabah tidak berubah.
Pilihan produk asuransi memiliki pengaruh dominan terhadap besaran premi. Semakin luas cakupan, semakin tinggi premi.
Polis dengan batas manfaat tahunan (misalnya, Rp 500 juta per tahun) akan memiliki premi yang jauh lebih rendah daripada polis dengan batas manfaat tak terbatas atau batas yang sangat tinggi (misalnya, Rp 5 miliar per tahun). Batas manfaat menentukan jumlah maksimum yang bersedia dibayarkan perusahaan asuransi untuk klaim nasabah dalam satu periode polis.
Premi sangat bergantung pada tipe kamar rawat inap yang dijamin. Polis yang menjamin kamar kelas I atau kamar VIP (setara biaya kamar tunggal) akan jauh lebih mahal dibandingkan polis yang hanya menanggung kamar kelas III (berbagi dengan pasien lain).
Selain itu, jaringan rumah sakit (provider network) juga mempengaruhi. Polis yang mencakup rumah sakit mewah atau internasional (skema full reimbursement) biasanya memiliki premi tertinggi karena biaya yang ditagihkan oleh fasilitas tersebut jauh di atas rata-rata.
Untuk mengurangi premi, nasabah dapat memilih untuk menanggung sebagian risiko klaim melalui mekanisme berbagi biaya:
Secara umum, semakin tinggi elemen berbagi biaya (misalnya, deductible tinggi), semakin rendah premi bulanan yang dibayarkan, karena risiko finansial awal dialihkan kembali kepada nasabah.
Dua konsep ini adalah tantangan besar bagi aktuari dan seringkali dimasukkan sebagai faktor penyesuaian dalam perhitungan premi:
Struktur premi asuransi kesehatan swasta dapat dikategorikan berdasarkan jenis manfaat dan metode pembayaran yang digunakan oleh polis tersebut. Variasi struktur ini menghasilkan perbedaan harga yang substansial.
Ini adalah bentuk asuransi kesehatan paling dasar dan biasanya memiliki premi terendah. Polis ini fokus menanggung biaya yang timbul hanya ketika nasabah dirawat inap di rumah sakit. Karena rawat inap umumnya merupakan peristiwa berbiaya tinggi dan kurang sering terjadi dibandingkan rawat jalan, fokus ini membuat premi lebih terjangkau.
Namun, jika nasabah menambahkan manfaat Rawat Jalan (Outpatient) ke dalam polis, premi akan meningkat signifikan. Rawat jalan (kunjungan dokter, obat-obatan rutin) terjadi jauh lebih sering, sehingga risiko klaim tahunan meningkat drastis. Polis gabungan Rawat Inap dan Rawat Jalan selalu membebankan premi yang lebih tinggi.
Di Indonesia, premi asuransi kesehatan sering dipasarkan dalam dua struktur produk utama:
Premi yang dibayarkan sepenuhnya digunakan untuk menutupi biaya risiko dan operasional (murni proteksi). Premi ini biasanya lebih transparan dan cenderung lebih stabil selama beberapa tahun pertama, meskipun tetap akan naik seiring bertambahnya usia.
Premi dibagi menjadi dua bagian: Premi Dasar (untuk perlindungan asuransi) dan Premi Top-Up (diinvestasikan dalam reksa dana). Meskipun sekilas terlihat menarik karena adanya potensi hasil investasi, premi unit-link memiliki kompleksitas terkait biaya:
Secara total, uang yang dikeluarkan nasabah untuk produk unit-link mungkin lebih besar daripada premi murni tradisional, karena adanya biaya pengelolaan investasi dan biaya akuisisi yang tinggi di awal.
Mekanisme pembayaran klaim juga mempengaruhi struktur biaya operasional perusahaan, yang pada gilirannya mempengaruhi premi:
Salah satu pertanyaan paling umum dari pemegang polis adalah: Mengapa premi asuransi kesehatan saya naik setiap tahun? Kenaikan premi (renewal premium) bukanlah bentuk hukuman, melainkan penyesuaian matematis yang diperlukan untuk menjaga solvabilitas perusahaan dan menyesuaikan dengan perubahan kondisi pasar dan risiko individu.
Ini adalah penyebab kenaikan yang paling dapat diprediksi. Premi dihitung berdasarkan kelompok usia. Setiap kali nasabah pindah ke kelompok usia yang lebih tua, risiko morbiditas statistik mereka meningkat, dan secara otomatis premi murni akan disesuaikan naik.
Inflasi medis hampir selalu lebih tinggi daripada inflasi ekonomi umum. Kenaikan biaya obat, alat kesehatan, teknologi baru, dan gaji tenaga medis di rumah sakit memaksa perusahaan asuransi untuk menaikkan premi secara kolektif. Jika inflasi medis mencapai 10-15% di Indonesia dalam setahun, premi asuransi harus dinaikkan setidaknya untuk menutupi peningkatan biaya tersebut, terlepas dari usia pemegang polis.
Perusahaan asuransi memantau Rasio Klaim (total klaim yang dibayarkan dibagi total premi yang diterima) untuk seluruh kelompok polis tertentu. Jika rasio klaim kelompok tersebut tinggi (misalnya, banyak klaim besar terjadi dalam satu tahun), perusahaan mungkin perlu menaikkan premi pada tahun berikutnya untuk menyeimbangkan kembali kumpulan risiko (risk pool). Ini dikenal sebagai Community Rating Adjustment atau penyesuaian premi berdasarkan pengalaman kelompok.
Pada saat perpanjangan (renewal), beberapa polis mungkin menjalani underwriting ulang, meskipun sebagian besar polis murni kesehatan menjamin perpanjangan. Dalam skema perpanjangan terjamin (Guaranteed Renewable), kenaikan premi hanya boleh disebabkan oleh faktor usia dan penyesuaian massal (inflasi medis) untuk seluruh kelompok, bukan karena riwayat klaim individu.
Namun, jika nasabah menambahkan manfaat baru, meningkatkan batas manfaat, atau berganti profesi menjadi profesi berisiko tinggi saat perpanjangan, premi akan disesuaikan kembali berdasarkan risiko baru tersebut (penambahan loading pekerjaan).
Aktuaris menggunakan model data yang sangat detail. Mereka tidak hanya melihat klaim individu, tetapi juga tren makro seperti peningkatan penyakit non-menular (Penyakit Jantung, Diabetes), dampak dari perubahan pola makan masyarakat, dan peningkatan penggunaan layanan kesehatan preventif. Semua tren ini memengaruhi proyeksi biaya klaim di masa depan dan menjadi dasar untuk menetapkan kenaikan premi yang berkelanjutan dan adil.
Stabilitas premi adalah ilusi dalam asuransi kesehatan. Premi akan selalu naik. Tantangannya adalah memastikan kenaikan tersebut wajar, transparan, dan sesuai dengan inflasi medis serta risiko yang ditanggung.
Mengingat bahwa premi cenderung meningkat dari waktu ke waktu, penting bagi konsumen untuk memahami cara mengelola biaya asuransi tanpa mengorbankan perlindungan yang esensial.
Cara paling efektif untuk menurunkan premi awal adalah dengan meningkatkan elemen berbagi biaya (cost-sharing). Nasabah harus menilai toleransi risiko finansial mereka.
Banyak nasabah membeli polis dengan cakupan "terbaik" (kamar VIP, batas manfaat tak terbatas) padahal kebutuhan riil mereka lebih sederhana. Optimasi dapat dilakukan dengan:
Beberapa perusahaan asuransi modern mulai menerapkan model premi berbasis perilaku (Behavioral-Based Premium). Jika nasabah berpartisipasi dalam program kesehatan (wellness program), seperti mencapai target langkah harian, berhenti merokok, atau menjalani pemeriksaan kesehatan rutin, mereka mungkin mendapatkan insentif berupa diskon premi. Mekanisme ini bertujuan untuk mengurangi risiko morbiditas secara keseluruhan dalam kumpulan risiko, yang pada akhirnya bermanfaat bagi semua pemegang polis.
Perbedaan premi untuk cakupan yang serupa antara perusahaan A dan perusahaan B bisa mencapai 15-30%. Hal ini disebabkan oleh perbedaan dalam:
Oleh karena itu, membandingkan minimal tiga penawaran dari perusahaan yang kredibel dan memiliki rekam jejak keuangan yang kuat (solvabilitas terjamin) adalah langkah kritis dalam optimasi biaya.
Di Indonesia, perbincangan mengenai premi asuransi kesehatan tidak dapat dilepaskan dari peran ganda yang dimainkan oleh asuransi swasta dan program jaminan kesehatan sosial pemerintah, BPJS Kesehatan.
Premi BPJS, yang dikenal sebagai Iuran Jaminan Kesehatan (IJK), memiliki struktur yang sangat berbeda dari premi swasta. IJK bersifat wajib, menggunakan sistem Community Rating murni, di mana premi ditentukan berdasarkan kelas layanan yang dipilih (Kelas I, II, atau III) dan tidak mempertimbangkan risiko individu seperti usia, riwayat kesehatan, atau kondisi pra-eksisting (tidak ada underwriting individu).
Tujuan utama IJK adalah pemerataan akses kesehatan dasar, bukan proteksi komprehensif atau fasilitas mewah. Premi diatur oleh pemerintah dan berlaku sama untuk semua individu dalam kategori kepesertaan yang sama (misalnya, semua peserta Mandiri Kelas I membayar jumlah yang sama, tua maupun muda, sehat maupun sakit).
Banyak warga negara Indonesia memilih asuransi swasta bukan sebagai pengganti, melainkan sebagai pelengkap BPJS. Premi asuransi swasta dalam skema ini sering disebut asuransi rider atau top-up. Fungsi utamanya adalah:
Dalam kasus asuransi murni swasta, premi harus menanggung seluruh risiko yang ada. Jika nasabah memilih polis swasta yang tidak terintegrasi dengan BPJS, premi yang dibayarkan akan mencerminkan keseluruhan risiko dan biaya rawat inap/rawat jalan penuh.
Premi asuransi kesehatan swasta diatur ketat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Regulator memastikan bahwa premi yang ditawarkan tidak terlalu rendah (sehingga perusahaan tetap solvent dan mampu membayar klaim) dan tidak terlalu tinggi (memastikan keadilan bagi konsumen).
OJK juga menetapkan standar minimal rasio solvabilitas, yang memengaruhi bagaimana perusahaan harus menghitung cadangan dana risiko. Premi harus selalu mencukupi agar perusahaan dapat memenuhi kewajiban finansial ini, menjamin keamanan finansial bagi pemegang polis.
Premi asuransi kesehatan adalah cerminan harga risiko finansial yang dialihkan dari individu ke perusahaan. Angka ini adalah hasil dari perhitungan aktuaria yang ketat, mempertimbangkan usia, riwayat kesehatan, lokasi, inflasi medis, dan desain produk yang dipilih.
Ketika memilih polis, fokuskan analisis tidak hanya pada premi termurah, tetapi pada nilai yang ditawarkan. Premi yang sangat murah mungkin menyembunyikan keterbatasan besar dalam manfaat, batas klaim yang rendah, atau deductible yang sangat tinggi.
Mengelola premi asuransi kesehatan adalah tindakan menyeimbangkan antara proteksi maksimal dan keterjangkauan finansial. Dengan pemahaman mendalam tentang komponen dan faktor penentunya, konsumen dapat membuat keputusan yang terinformasi dan memastikan perlindungan finansial yang solid di masa depan.
Proses underwriting adalah tahap krusial yang menentukan secara spesifik berapa premi yang akan dibayar oleh calon nasabah di luar premi standar. Proses ini berfungsi sebagai filter bagi perusahaan asuransi untuk menghindari kerugian akibat adverse selection.
Setiap calon nasabah diklasifikasikan ke dalam kategori risiko. Klasifikasi ini sangat mempengaruhi risk premium atau Premi Murni. Secara umum, klasifikasi risiko meliputi:
Dalam kasus loading, perusahaan asuransi menggunakan sistem persentase. Misalnya, nasabah dengan riwayat diabetes yang terkontrol dengan baik mungkin dikenakan loading 50%. Jika premi standarnya adalah Rp 5 juta per tahun, premi yang harus dibayar nasabah adalah Rp 7,5 juta. Kenaikan loading ini akan terus berlaku selama risiko tersebut masih ada.
Selain kesehatan, jenis pekerjaan sangat mempengaruhi premi. Pekerjaan diklasifikasikan berdasarkan risiko cedera atau kecelakaan kerja:
Penyesuaian ini terjadi karena premi kesehatan seringkali mencakup manfaat kecelakaan yang terkait dengan profesi. Perubahan pekerjaan wajib dilaporkan kepada perusahaan asuransi saat perpanjangan polis, karena dapat mengubah loading pekerjaan dan total premi.
Aktuaris modern kini sangat bergantung pada data epidemiologi global dan regional. Misalnya, peningkatan kasus Polusi Udara di kota besar dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Data ini dimasukkan ke dalam model proyeksi untuk kelompok risiko yang tinggal di area tersebut, yang secara kolektif meningkatkan risk premium untuk kelompok geografis tersebut.
Demikian pula, pandemi global memaksa semua perusahaan asuransi untuk menilai ulang premi, dengan mempertimbangkan biaya potensial yang terkait dengan penyakit menular berskala besar yang mungkin memerlukan perawatan intensif atau bahkan rawat inap jangka panjang. Meskipun asuransi swasta mungkin mengecualikan pandemi dari cakupan klaim awalnya, risiko yang lebih luas (seperti penundaan perawatan rutin yang mengakibatkan komplikasi) tetap harus diperhitungkan dalam premi masa depan.
Pengaturan deductible adalah alat paling ampuh yang dapat digunakan konsumen untuk mengendalikan premi awal. Ada berbagai jenis deductible yang harus dipahami karena dampaknya terhadap arus kas (cash flow) nasabah.
Ini adalah jenis yang paling umum. Premi sangat rendah karena nasabah menanggung sendiri semua biaya medis hingga mencapai batas tertentu (misalnya Rp 20 juta) dalam satu tahun polis. Hanya setelah batas ini terpenuhi, asuransi mulai membayar 100% atau persentase tertentu dari klaim berikutnya.
Contoh Dampak Premi: Jika Premi standar tanpa deductible adalah Rp 20 juta/tahun, dengan deductible Rp 20 juta, premi bisa turun menjadi Rp 8 juta/tahun. Nasabah menghemat Rp 12 juta per tahun, tetapi harus siap membayar Rp 20 juta secara mandiri jika terjadi klaim besar.
Dalam skema ini, nasabah harus membayar deductible setiap kali mengajukan klaim, terlepas dari apakah mereka sudah mengajukan klaim sebelumnya dalam tahun yang sama. Meskipun jarang dalam asuransi kesehatan murni, model ini sering diterapkan pada manfaat tambahan (rider) tertentu. Premi cenderung lebih tinggi dibandingkan skema annual deductible yang sangat tinggi, karena risiko kecil dan berulang tetap ditanggung nasabah.
Ko-asuransi adalah persentase biaya yang harus ditanggung nasabah bahkan setelah deductible terpenuhi. Misalnya, polis dengan Co-insurance 10% berarti asuransi membayar 90% dan nasabah membayar 10% dari sisa tagihan. Premi yang menyertakan Ko-asuransi biasanya lebih rendah daripada polis yang menjamin pembayaran 100% setelah deductible. Namun, nasabah harus berhati-hati, karena 10% dari tagihan Ratusan Juta tetap merupakan jumlah yang besar.
Seringkali ada batas maksimal Co-insurance yang harus dibayar nasabah dalam satu tahun (Out-of-Pocket Maximum). Setelah batas ini terpenuhi, asuransi akan membayar 100% dari biaya medis yang ditanggung hingga batas manfaat tahunan tercapai.
Beberapa produk yang memiliki premi sangat rendah bukanlah asuransi kesehatan murni, melainkan Hospital Cash Plan. Produk ini hanya memberikan santunan tunai harian (misalnya Rp 500 ribu per hari) ketika nasabah dirawat inap, terlepas dari total biaya rumah sakit yang sebenarnya. Premi untuk produk ini sangat murah, tetapi tidak memberikan perlindungan dari biaya medis yang melonjak tinggi. Penting bagi konsumen untuk tidak salah mengira Hospital Cash Plan yang murah dengan polis asuransi kesehatan komprehensif.
Inflasi medis adalah kekuatan pendorong utama di balik kenaikan premi secara kolektif. Indonesia, sebagai negara berkembang, menghadapi tantangan inflasi medis yang unik dan seringkali lebih tinggi daripada negara maju.
Ketika menghitung Premi Murni, aktuaris tidak menggunakan biaya medis saat ini, melainkan biaya medis yang diproyeksikan di masa depan, yaitu pada saat nasabah berusia lebih tua dan lebih mungkin sakit. Misalnya, jika biaya operasi saat ini Rp 100 juta, dan aktuaris memproyeksikan inflasi medis 12% per tahun, maka biaya operasi yang sama 10 tahun dari sekarang akan mencapai Rp 310 juta. Premi yang dibayarkan nasabah saat ini harus mencakup potensi biaya Rp 310 juta tersebut di masa depan.
Cadangan inflasi ini adalah alasan mengapa premi individu yang masih muda dan sehat pun harus membayar premi yang tidak terkesan "sangat murah." Mereka membayar untuk menutupi risiko inflasi yang tinggi dalam jangka panjang, memastikan premi mereka tidak melonjak secara eksponensial di masa tua.
Penambahan manfaat khusus (rider) ke dalam polis kesehatan akan berdampak signifikan pada premi karena manfaat tersebut memperkenalkan risiko yang spesifik dan sering terjadi.
Manfaat maternitas (kehamilan dan persalinan) adalah salah satu rider termahal. Kehamilan adalah peristiwa yang terencana dan hampir pasti akan terjadi jika pasangan menginginkannya. Karena tingkat kepastian klaim yang tinggi, premi harus mahal agar risiko tersebut tertutup.
Perawatan gigi, terutama perawatan pencegahan dan pemeriksaan rutin, memiliki frekuensi klaim yang tinggi. Premi untuk dental rider biasanya relatif tinggi dibandingkan dengan manfaatnya, karena hampir setiap pemegang polis akan mengajukan klaim setidaknya untuk pemeriksaan tahunan dan pembersihan karang gigi.
Premi dental rider umumnya menutupi biaya yang sering terjadi (tambal gigi, cabut) tetapi membatasi manfaat untuk prosedur kosmetik atau ortodontik yang sangat mahal.
Meskipun secara teknis terpisah, asuransi penyakit kritis sering dijual sebagai rider terlampir pada asuransi kesehatan. Premi untuk penyakit kritis dihitung berdasarkan risiko morbiditas spesifik untuk penyakit seperti kanker, stroke, dan serangan jantung.
Premi penyakit kritis cenderung lebih mahal untuk pria daripada wanita (untuk risiko jantung) dan sangat sensitif terhadap usia. Premi ini menyediakan dana tunai lump sum saat diagnosis penyakit kritis, yang berbeda dari asuransi kesehatan yang membayar tagihan rumah sakit (reimbursement).
Transparansi mengenai bagaimana premi dihitung adalah hak fundamental konsumen. Perusahaan asuransi yang baik harus mampu menjelaskan komponen-komponen premi secara jelas.
Setiap proposal asuransi harus mencantumkan ilustrasi premi, yang menunjukkan kenaikan premi yang diproyeksikan berdasarkan tabel usia (Age Banded Premium). Konsumen harus meminta dan memahami tabel ini sebelum menandatangani kontrak. Tabel ini menunjukkan berapa premi yang harus dibayar pada usia 35, 45, dan 55 tahun untuk manfaat yang sama. Jika premi meningkat terlalu drastis di usia tua, nasabah mungkin tidak mampu mempertahankannya.
Polis asuransi kesehatan menerapkan masa tunggu untuk klaim tertentu (misalnya 30 hari untuk penyakit umum, 12 bulan untuk penyakit spesifik). Selama masa tunggu, nasabah tetap wajib membayar premi. Premi yang dibayarkan selama masa tunggu ini berfungsi sebagai kontribusi awal nasabah ke dalam kumpulan risiko sebelum mereka diizinkan mengajukan klaim, membantu mencegah adverse selection.
Meskipun artikel ini telah mengupas tuntas segala aspek yang membentuk premi asuransi kesehatan, keputusan akhir tetap berada di tangan konsumen untuk menyesuaikan kebutuhan proteksi mereka dengan kemampuan membayar premi yang berkelanjutan.