Sakit appendicitis, atau radang usus buntu, adalah salah satu kondisi medis darurat yang paling umum memerlukan intervensi bedah. Kondisi ini terjadi ketika apendiks, sebuah kantung kecil yang menempel pada usus besar, mengalami peradangan dan infeksi. Jika tidak ditangani dengan cepat, apendiks yang meradang dapat pecah, menyebabkan peritonitis—infeksi serius di seluruh rongga perut.
Apa Itu Apendisitis?
Apendiks adalah organ kecil yang terletak di perut kanan bawah. Meskipun fungsi pastinya masih diperdebatkan, para ilmuwan menduga ia berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Apendisitis biasanya terjadi ketika lubang apendiks tersumbat, seringkali oleh feses yang mengeras atau pembengkakan jaringan limfoid sebagai respons terhadap infeksi virus atau bakteri.
Penyumbatan ini menyebabkan bakteri berkembang biak dengan cepat di dalam apendiks, memicu peradangan, pembengkakan, dan penumpukan nanah. Tekanan yang meningkat dapat memotong suplai darah ke organ tersebut, yang jika dibiarkan akan menyebabkan nekrosis (kematian jaringan) dan akhirnya pecah.
Gejala Utama yang Tidak Boleh Diabaikan
Mengenali gejala awal sangat krusial untuk mencegah komplikasi serius. Gejala sakit appendicitis seringkali dimulai secara bertahap namun memburuk dalam waktu singkat, biasanya 12 hingga 24 jam.
Gejala paling khas adalah nyeri perut yang berpindah-pindah. Awalnya, nyeri mungkin terasa tumpul dan umum di sekitar pusar (umbilikus). Namun, seiring peradangan meningkat, nyeri akan bergeser dan menjadi sangat tajam di kuadran kanan bawah perut (Titik McBurney). Batuk, berjalan, atau gerakan tiba-tiba dapat memperburuk rasa sakit ini.
Selain nyeri perut hebat, gejala lain yang menyertai seringkali meliputi:
- Mual dan muntah yang sering terjadi.
- Kehilangan nafsu makan (anoreksia).
- Demam ringan hingga sedang (biasanya di bawah 38.5°C).
- Perubahan pola buang air besar, bisa berupa diare atau sembelit.
- Perut terasa kembung atau bengkak.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis appendicitis biasanya didasarkan pada pemeriksaan fisik (dokter akan menekan area perut untuk merasakan nyeri pantulan) dan riwayat gejala. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meminta tes darah untuk melihat peningkatan sel darah putih, atau pencitraan seperti CT scan atau ultrasound untuk mengonfirmasi pembengkakan apendiks.
Satu-satunya pengobatan definitif untuk sakit appendicitis adalah operasi pengangkatan apendiks, yang disebut apendektomi. Prosedur ini dapat dilakukan secara terbuka (sayatan tunggal) atau secara laparoskopi (melalui sayatan kecil menggunakan kamera dan alat bedah). Operasi laparoskopi kini lebih umum karena pemulihan yang lebih cepat.
Prognosis dan Pemulihan
Jika apendektomi dilakukan sebelum apendiks pecah, pemulihan biasanya cepat, seringkali hanya memerlukan beberapa hari rawat inap. Namun, jika terjadi perforasi (pecah), pasien memerlukan operasi yang lebih besar, antibiotik intravena yang lebih lama, dan masa pemulihan yang lebih panjang karena risiko infeksi rongga perut.
Penting untuk mengikuti semua instruksi pasca operasi, termasuk pembatasan aktivitas fisik selama beberapa minggu, untuk memastikan luka operasi sembuh dengan baik dan mencegah komplikasi jangka panjang. Meskipun apendiks telah diangkat, fungsi pencernaan akan tetap berjalan normal karena usus besar akan mengambil alih fungsi yang tersisa.
Kesadaran akan gejala sakit appendicitis adalah langkah pertama untuk menyelamatkan nyawa. Jangan pernah menganggap nyeri perut yang parah sebagai masalah sepele yang bisa hilang dengan sendirinya.