Ilustrasi ayam petelur di masa produktif.
Bagi peternak, memahami siklus hidup ayam petelur adalah kunci utama untuk mencapai efisiensi maksimal dan keuntungan optimal. Salah satu pertanyaan paling mendasar yang sering muncul adalah: sampai umur berapa ayam petelur akan terus menghasilkan telur? Jawabannya tidak tunggal, karena sangat dipengaruhi oleh genetik, manajemen pakan, kondisi lingkungan, serta tujuan akhir dari pemeliharaan.
Secara umum, ayam petelur komersial (seperti galur Leghorn putih atau ISA Brown) didesain secara genetik untuk mencapai puncak produksi dalam waktu yang relatif singkat. Siklus hidup produktif ini dapat dibagi menjadi beberapa fase penting:
Fase ini berlangsung sejak menetas hingga ayam siap bertelur pertama kali, biasanya berkisar antara 0 hingga 16-18 minggu. Kualitas nutrisi pada fase ini sangat menentukan potensi produksi di masa depan.
Ayam biasanya mencapai puncak produksi telur, di mana persentase bertelur mencapai 90-95% atau lebih, pada usia sekitar 22 hingga 30 minggu. Dalam periode ini, setiap ayam bisa menghasilkan hampir satu telur setiap hari.
Setelah puncak, laju produksi akan mulai menurun secara bertahap. Ayam masih dianggap sangat produktif hingga usia sekitar 50 hingga 60 minggu (sekitar 1 tahun hingga 1 tahun 2 bulan). Pada usia ini, penurunan produksi sekitar 0,5% hingga 1% per minggu masih dianggap normal.
Batas akhir ayam petelur sangat bergantung pada standar industri. Umumnya, ada dua skenario utama:
Secara ringkas, umur produktif utama ayam petelur komersial adalah hingga sekitar 18 bulan. Setelah melewati batas ini, biaya pemeliharaan (terutama pakan) seringkali melebihi nilai ekonomi dari telur yang dihasilkan.
Keputusan untuk mempertahankan ayam melewati batas usia produktif standar seringkali didasarkan pada evaluasi beberapa faktor lingkungan dan manajemen:
Pakan yang seimbang, khususnya asupan kalsium dan Vitamin D3, sangat vital. Kekurangan kalsium tidak hanya menurunkan produksi tetapi juga menyebabkan cangkang telur tipis, yang meningkatkan kerugian akibat telur pecah. Kebutuhan kalsium meningkat seiring bertambahnya usia ayam.
Program vaksinasi yang ketat dan biosekuriti yang baik mencegah penyakit seperti Newcastle Disease (ND) atau Infectious Bronchitis (IB) yang dapat menghentikan produksi secara tiba-tiba atau permanen merusak organ reproduksi ayam.
Ayam membutuhkan lingkungan yang stabil. Fluktuasi suhu ekstrem, kelembaban tinggi, atau gangguan kebisingan dapat memicu stres. Stres kronis akan mengalihkan energi dari produksi telur menjadi pemeliharaan tubuh, yang mempercepat penurunan performa.
Beberapa peternak sengaja memprogram ayam untuk mengalami molting (kerontokan bulu) buatan pada usia tertentu (misalnya 60-70 minggu) dengan membatasi pakan dan cahaya. Setelah molting, ayam akan meremajakan organ reproduksinya dan memulai siklus produksi kedua, meskipun biasanya dengan intensitas yang lebih rendah daripada siklus pertama.
Kesimpulannya, sementara ayam petelur secara biologis mampu menghasilkan telur lebih lama, batas umur 72 hingga 80 minggu adalah batas ekonomi yang paling umum ditetapkan dalam industri perunggasan modern untuk menjaga kualitas dan efisiensi.