Seragam tentara AD (Angkatan Darat) bukan sekadar pakaian pelindung atau penanda identitas visual semata. Ia adalah simbol historis, representasi disiplin tinggi, dan cerminan dari profesionalisme prajurit yang mengabdi pada negara. Setiap helai kain, warna, hingga atribut yang melekat padanya menyimpan makna mendalam terkait perjuangan bangsa dan tugas yang diemban.
Ilustrasi lambang dan identitas visual seragam tentara AD
Sejarah pembentukan seragam tentara AD Indonesia mencerminkan perjalanan bangsa. Pada masa awal kemerdekaan, seragam seringkali bersifat improvisasi, menggunakan warna-warna sederhana yang tersedia. Seiring berjalannya waktu dan profesionalisme yang meningkat, standar warna dan corak pun ditetapkan secara baku. Warna hijau zaitun (olive drab) dan cokelat tanah telah lama menjadi warna ikonik yang diasosiasikan dengan kesiapan tempur dan kemampuan adaptasi di berbagai medan.
Perubahan paling signifikan terlihat pada adopsi pola kamuflase modern. Pola loreng yang digunakan saat ini dirancang untuk memecah siluet prajurit di lingkungan operasional yang spesifik, baik hutan, perkotaan, maupun daerah pegunungan. Setiap pola memiliki filosofi teknisnya sendiri, menunjukkan betapa seriusnya Angkatan Darat dalam memastikan efektivitas perlindungan dan penyamaran di medan perang.
Prajurit TNI Angkatan Darat tidak hanya memiliki satu jenis seragam. Variasi ini penting karena setiap situasi menuntut jenis pakaian yang berbeda. Terdapat beberapa kategori utama seragam, masing-masing memiliki aturan pemakaian yang ketat:
Pada seragam tentara AD, terdapat banyak atribut kecil yang memiliki bobot signifikan. Mulai dari tanda pangkat yang menunjukkan jenjang kepemimpinan, pita nama yang mengidentifikasi prajurit, hingga lambang kesatuan yang menunjukkan loyalitas korps. Lebih dari itu, terdapat brevet atau lencana kualifikasi khusus. Lencana ini tidak diperoleh dengan mudah; mereka adalah hasil dari pelatihan berat dan pengujian ketahanan fisik serta mental yang ketat.
Penggunaan atribut ini harus sesuai dengan standar yang berlaku. Pelanggaran sekecil apa pun terhadap aturan pemakaian seragam dianggap sebagai pelanggaran disiplin, sebab seragam adalah representasi kehormatan institusi. Keseragaman dalam penampilan mencerminkan keseragaman dalam berpikir dan bertindak—prinsip dasar dalam organisasi militer.
Disiplin dalam mengenakan seragam tentara AD merupakan manifestasi dari disiplin prajurit secara keseluruhan. Ketika seorang prajurit mengenakan seragamnya dengan rapi—kancing terpasang sempurna, sepatu mengkilap, dan lipatan celana tajam—ini mengirimkan pesan kepada masyarakat bahwa ia siap menjalankan tugasnya dengan integritas dan ketelitian. Seragam tersebut adalah janji diam antara prajurit dan rakyat bahwa mereka akan selalu bertindak sesuai dengan sumpah jabatan mereka.
Oleh karena itu, pemeliharaan dan penghormatan terhadap seragam adalah bagian integral dari pembentukan karakter seorang prajurit TNI Angkatan Darat. Seragam ini adalah martabat yang harus dijaga di mana pun ia berada, baik di barak, di tengah hutan operasi, maupun saat berinteraksi sipil.