Sebuah simbol kemuliaan dan pemberian tak terduga.
Kata "anugerah" sering kita dengar dalam berbagai konteks, mulai dari diskusi spiritual, sastra, hingga ungkapan terima kasih sehari-hari. Namun, untuk memastikan komunikasi kita tepat sasaran, penting untuk memahami ejaan dan makna yang paling benar dari kata ini dalam Bahasa Indonesia.
Pertanyaan mendasar yang sering muncul adalah bagaimana penulisan baku dari kata yang merujuk pada pemberian yang datang dari atas atau sesuatu yang diberikan secara cuma-cuma dan penuh kemurahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi terbaru, ejaan yang diakui dan dianggap benar adalah ANUGERAH.
Penulisan "Anugrah" (dengan 'h' di akhir) seringkali merupakan pengaruh dari bahasa daerah atau serapan langsung yang belum sepenuhnya terstandardisasi. Dalam konteks bahasa Indonesia baku yang diatur oleh Badan Bahasa, huruf 'h' pada akhir kata tersebut harus dihilangkan. Jadi, jika Anda menulis esai, laporan resmi, atau karya ilmiah, selalu gunakan ANUGERAH.
Secara etimologi, kata "anugerah" berasal dari bahasa Sansekerta, 'anugraha'. Kata ini mengandung makna yang jauh lebih dalam daripada sekadar 'hadiah' atau 'pemberian'.
Definisi utama dari anugerah adalah: karunia atau rahmat yang diberikan oleh Tuhan atau pihak yang memiliki kedudukan lebih tinggi, seringkali tanpa syarat atau balasan yang setimpal. Dalam konteks keagamaan, anugerah sering dikaitkan dengan kasih sayang Ilahi yang tidak terbatas.
Menggunakan kata anugerah menekankan bahwa sesuatu yang diterima tersebut adalah murni kebaikan yang datang dari sumber kemurahan, bukan hasil dari usaha semata. Ini membedakan anugerah dari 'hadiah' (yang mungkin diberikan karena prestasi) atau 'upah' (yang diberikan karena pekerjaan).
Pemahaman tentang tulisan anugerah yang benar juga meluas pada bagaimana kata tersebut diterapkan dalam konteks yang berbeda:
Ini adalah konteks paling umum. Orang sering bersyukur atas anugerah kehidupan, kesehatan, atau keselamatan. Misalnya: "Kesehatan yang saya miliki saat ini adalah murni anugerah dari Tuhan Yang Maha Pengasih." Penggunaan kata ini menegaskan kerendahan hati dan pengakuan bahwa sumber segala kebaikan adalah Yang Maha Kuasa.
Dalam konteks historis atau seremonial, anugerah bisa merujuk pada penghargaan atau mandat resmi yang diberikan oleh raja, presiden, atau pejabat tinggi kepada seseorang. Ini adalah bentuk pengakuan kehormatan tertinggi. Contoh: "Beliau menerima anugerah gelar kehormatan tertinggi dari Kerajaan."
Meskipun cenderung menggunakan kata yang lebih ringan, "anugerah" masih bisa digunakan untuk sesuatu yang sangat berharga dan tidak terduga. Misalnya, bertemu dengan jodoh yang sangat cocok bisa disebut sebagai anugerah terindah dalam hidup. Ini menunjukkan betapa tingginya nilai pemberian tersebut di mata penerimanya.
Konsistensi dalam penggunaan bahasa baku sangat penting untuk kredibilitas. Ketika kita menulis kata "anugerah" sesuai kaidah KBBI, kita menunjukkan bahwa kita menghargai kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan ejaan, meskipun kecil seperti penambahan huruf 'h' yang tidak perlu, dapat mengganggu fokus pembaca dan memberikan kesan kurang profesional dalam tulisan formal.
Ingatlah, kata anugerah membawa bobot makna yang besar—ia berbicara tentang kemurahan, rahmat, dan kebaikan yang diterima. Oleh karena itu, memastikan tulisan anugerah yang benar adalah langkah pertama dalam menyampaikan rasa syukur dan penghormatan yang selayaknya diterima oleh konsep tersebut.
Sebagai kesimpulan, selalu ingatlah: jika Anda merujuk pada karunia atau rahmat dalam bahasa Indonesia baku, gunakanlah bentuk ANUGERAH tanpa 'h' di akhir. Ini adalah bentuk yang telah disepakati dan diakui secara resmi oleh lembaga bahasa negara kita. Dengan demikian, makna luhur yang terkandung di dalamnya dapat tersampaikan dengan jelas dan tepat kepada siapa pun yang membacanya.