Gambar: Representasi visual ide universalitas yang mendahului benda spesifik.
Dalam peta besar filsafat metafisika, konsep universalia ante rem memegang peranan sentral dan sering kali menjadi titik perdebatan paling sengit. Istilah Latin ini secara harfiah berarti "universal sebelum hal-hal" atau "universal sebelum realitasnya." Ini adalah pandangan yang menyatakan bahwa ide-ide umum—seperti 'Kemanusiaan', 'Kebenaran', atau 'Keindahan'—eksisten secara independen dan mendahului segala sesuatu yang partikular atau individual yang ada di dunia indrawi kita.
Gagasan fundamental yang mendukung universalia ante rem paling jelas tertuang dalam Filsafat Plato, khususnya dalam Teorinya tentang Idea (atau Bentuk/Form). Bagi Plato, dunia yang kita lihat sehari-hari hanyalah bayangan atau salinan yang tidak sempurna dari realitas sejati. Realitas sejati itu adalah dunia Idea yang abadi, tak berubah, dan non-materi.
Para penganut pandangan ini berargumen bahwa tanpa adanya eksistensi independen dari universalia, mustahillah untuk menjelaskan kesamaan antara benda-benda partikular. Mengapa semua kucing memiliki 'ke-kucingan' yang sama? Mengapa semua segitiga memiliki sifat geometris yang sama? Jawaban yang ditawarkan adalah bahwa mereka semua merujuk pada satu cetakan atau model yang sudah ada sebelumnya di alam ide.
Perdebatan mengenai universalia, atau yang dikenal sebagai 'Masalah Universal', telah mendominasi pemikiran filosofis selama berabad-abad. Secara umum, ada tiga posisi utama terkait waktu eksistensi universal:
Posisi universalia ante rem menuntut komitmen ontologis yang besar. Ia memerlukan keyakinan pada eksistensi alam lain—sebuah alam ide yang lebih nyata daripada alam fisik yang kita sentuh. Ini adalah posisi yang sering kali sulit diterima oleh filsuf empiris modern yang menekankan pengamatan indrawi sebagai sumber utama pengetahuan.
Meskipun menghadapi tantangan, pandangan ante rem tetap relevan, terutama ketika menganalisis fondasi logika dan matematika. Sebuah proposisi matematika, misalnya, "2 + 2 = 4", dianggap benar terlepas dari apakah ada orang yang memikirkannya atau apakah ada dua benda yang digabungkan di alam semesta. Kebenaran universal ini mengindikasikan adanya struktur yang eksis melampaui realitas fisik yang fluktuatif.
Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa jika semua kebenaran bergantung pada keberadaan benda partikular, maka kebenaran tersebut akan lenyap jika benda-benda itu musnah. Namun, kebenaran filosofis dan matematis tampaknya memiliki ketahanan yang melampaui waktu dan ruang fisik. Eksistensi independen universal adalah jaminan stabilitas dan objektivitas pengetahuan kita.
Memahami universalia ante rem adalah memahami bahwa realitas mungkin memiliki lapisan yang lebih dalam daripada sekadar yang teramati. Ini adalah pengakuan bahwa konsep-konsep fundamental yang membentuk kerangka pemahaman kita—seperti kesatuan, sebab-akibat, dan kebenaran itu sendiri—mungkin memiliki pijakan yang kokoh di luar keberadaan temporal benda-benda yang kita alami sehari-hari. Meskipun sering diperdebatkan, pandangan ini terus mendorong filsuf untuk menyelidiki sifat sejati dari realitas di balik penampakan.