Ilustrasi visual Anis Kembang.
Anis Kembang, atau yang memiliki nama ilmiah Zebra Finch dalam konteks umum di beberapa daerah, seringkali merujuk pada burung kicau spesifik yang sangat diminati di Indonesia, terutama yang dikaitkan dengan daerah geografis tertentu. Di konteks Nusantara, "Anis Kembang Muria" menunjuk pada varian atau populasi burung Anis Kembang yang dipercaya memiliki kualitas suara dan adaptasi unik karena habitatnya di lereng Gunung Muria, Jawa Tengah.
Gunung Muria dikenal sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati yang kaya. Lingkungan pegunungan ini memberikan kondisi ideal bagi burung-burung kicau untuk mengembangkan kicauan yang khas. Kicauan burung Anis Kembang dari daerah ini sering dicari karena dianggap memiliki cengkok (variasi nada) yang lebih merdu, ritmis, dan memiliki durasi yang panjang dibandingkan dengan hasil tangkapan dari dataran rendah.
Secara fisik, Anis Kembang memiliki corak yang elegan. Burung ini biasanya didominasi warna hitam pekat pada kepala dan punggung, kontras dengan bagian dada dan perut yang berwarna putih bersih. Ciri khas lain yang membedakannya adalah lingkaran putih di sekitar mata (seperti kacamata) dan warna jingga cerah pada bagian pipi (tergantung jenis kelamin). Namun, daya tarik utamanya tetap terletak pada kemampuannya berkicau.
Bagi para penghobi burung, Anis Kembang Muria bukan sekadar peliharaan, melainkan representasi dari kualitas suara alam liar pegunungan yang sulit ditiru.
Kualitas "Muria" sering diidentikkan dengan kemampuan burung tersebut meniru suara alam sekitarnya dengan akurasi tinggi, seperti suara gemericik air, atau bahkan suara burung lain yang lebih besar. Adaptasi di ketinggian cenderung membentuk burung menjadi lebih tangguh dan memiliki stamina kicau yang lebih baik saat dimastering (dilatih suaranya). Fenomena ini mendorong harga jual Anis Kembang dari kawasan ini seringkali lebih tinggi di pasaran burung.
Permintaan yang tinggi terhadap Anis Kembang Muria telah membawa konsekuensi signifikan terhadap populasi liarnya. Pengambilan burung dari alam liar secara masif, meskipun kini banyak upaya untuk membatasinya, menjadi ancaman serius. Oleh karena itu, upaya penangkaran (breeding) menjadi solusi krusial untuk menjaga kelestarian jenis ini tanpa merusak ekosistem lereng Muria.
Penangkaran Anis Kembang tidaklah mudah. Burung ini tergolong cukup sensitif terhadap perubahan pakan dan lingkungan. Para peternak profesional harus mampu mereplikasi kondisi ideal yang mereka dapatkan di alam liar—mulai dari kelembaban udara, kualitas fermentasi pakan serangga, hingga pola pemberian pakan yang tepat. Jika berhasil, anakan hasil penangkaran ini dapat mengurangi tekanan terhadap populasi liar Muria.
Memelihara Anis Kembang, terutama yang berasal dari habitat pegunungan, memerlukan perhatian khusus. Burung ini sangat menyukai mandi embun pagi. Pemberian embun secara alami, misalnya dengan menggantung sangkar di luar saat dini hari, dipercaya dapat menjaga kondisi fisik dan mental burung agar tetap prima dan rajin berkicau.
Selain itu, dietnya harus seimbang. Anis Kembang adalah pemakan serangga dan buah. Jangkrik, ulat hongkong, kroto, dan buah-buahan manis seperti pepaya atau pisang menjadi menu wajib. Kekurangan nutrisi dapat menyebabkan bulu kusam, kurangnya semangat berkicau, atau yang paling ditakuti, mengalami "mabuk" suara (kicauan menjadi tidak jelas atau monoton).
Mengatasi stress akibat pemindahan lokasi atau perubahan lingkungan adalah kunci sukses. Anis Kembang Muria, yang terbiasa dengan udara sejuk pegunungan, memerlukan adaptasi perlahan jika ditempatkan di lingkungan perkotaan yang lebih panas. Proses adaptasi yang gagal dapat membuat burung mogok bunyi selama berminggu-minggu, sebuah kerugian besar bagi penggemar kicau mania.
Kesimpulannya, Anis Kembang Muria tetap menjadi primadona di dunia burung kicau Indonesia. Keindahan fisiknya dilengkapi dengan suara yang memukau, warisan dari lingkungan alaminya yang kaya. Menjaga kelestarian burung ini, baik di habitat aslinya maupun melalui penangkaran yang bertanggung jawab, adalah tugas bersama untuk memastikan generasi mendatang masih dapat menikmati "lagu alam" dari lereng Muria ini.