Anis merah, atau sering disebut Murai Batu Jawa, adalah salah satu burung kicau favorit di Indonesia. Keistimewaan utamanya terletak pada suara yang nyaring, variatif, dan kemampuan mempertahankan irama lagu dengan stabil. Namun, untuk mencapai kondisi "ngesit"—yaitu kondisi puncak performa di mana burung mengeluarkan semua materi lagunya tanpa jeda berarti—membutuhkan pemahaman mendalam tentang perawatan hariannya.
Istilah "ngesit" dalam dunia kicau mania merujuk pada kondisi prima seekor anis merah yang mampu berkicau secara terus menerus, rapat, dan volume maksimal. Ini adalah impian setiap pemilik. Mencapai tahap ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari ketelatenan menerapkan berbagai aspek perawatan.
Anis merah (Zoothera citrina) dikenal sebagai burung petarung yang sensitif terhadap lingkungan. Mereka mudah stres, namun jika merasa nyaman, mereka akan tampil memukau. Perbedaan mendasar antara anis merah yang hanya gacor biasa dengan yang "ngesit" terletak pada mentalitas dan fisiknya. Burung yang ngesit menunjukkan kepercayaan diri tinggi dan kondisi fisik yang benar-benar fit.
Diet adalah fondasi dari semua perawatan burung. Anis merah adalah pemakan serangga dan buah. Untuk mendukung performa ngesit, kebutuhan protein harus dijaga seimbang. Jangkrik dan ulat hongkong sering dijadikan menu utama, namun porsinya harus dikontrol ketat. Pemberian jangkrik yang terlalu banyak dapat menyebabkan kegemukan atau overbirahi (OB), yang justru membuat burung kurang fokus saat digantang.
Selain pakan hidup, buah-buahan segar seperti pepaya, pisang, atau sawo sangat penting untuk menjaga kelembaban dan memberikan vitamin alami. Di masa persiapan lomba, beberapa kicaumania menambahkan kroto (larva semut) sebagai "booster" stamina dan volume suara, namun ini hanya boleh diberikan secara sporadis, tidak setiap hari, agar kondisi tidak cepat panas.
Matahari pagi adalah vitamin alami terbaik. Penjemuran yang teratur membantu pembentukan vitamin D, meningkatkan metabolisme, dan yang paling penting, membentuk mental burung menjadi lebih berani. Anis merah yang terbiasa dijemur biasanya lebih mudah "bongkar isian" saat bertemu burung lain.
Durasi penjemuran harus disesuaikan. Burung yang sedang dipersiapkan untuk ngesit idealnya dijemur di bawah sinar matahari langsung selama minimal dua jam di pagi hari. Setelah itu, suhu tubuh harus diturunkan melalui proses pengembunan atau pengumbaran ringan sebelum sesi pemasteran.
Mandi, baik mandi semprot maupun mandi di bak mandi keramba, penting untuk menjaga kebersihan bulu dan meredakan birahi yang berlebihan. Jadwal mandi yang konsisten membantu menjaga kondisi bulu tetap halus, yang sering dikaitkan dengan daya tarik suara.
Kunci utama agar anis merah bisa ngesit adalah memiliki materi lagu yang banyak dan mampu mengaplikasikannya secara berkelanjutan. Ini dicapai melalui pemasteran yang cerdas. Jangan hanya memutar rekaman suara burung juara secara terus menerus. Anis merah membutuhkan variasi.
Masteran harus diberikan secara berkala. Idealnya, setelah sesi jemur atau saat burung sedang santai di sore hari. Pemasteran yang sukses adalah ketika burung mampu meniru dan menggabungkan berbagai irama lagu, menciptakan komposisi uniknya sendiri. Jangan memaksakan masteran jika burung terlihat stres atau terlalu birahi; ini justru bisa mematikan inisiatifnya untuk berkicau.
Seringkali, anis merah mengalami fase macet bunyi atau hanya bunyi pelan (ngalas saja). Ini biasanya disebabkan oleh tiga hal: Over Birahi (OB), Kurang Jemur/Vitamin, atau Gangguan Stres Lingkungan.
Mengejar momen anis merah ngesit memerlukan kesabaran layaknya memelihara burung jenis predator lainnya. Konsistensi dalam rutinitas harian adalah pembeda antara kicauan biasa dengan penampilan kelas atas yang didambakan oleh setiap penggemar anis merah.