Representasi visual dari energi seorang penyerang.
Ante Rebić. Nama ini identik dengan energi tanpa henti, kegigihan, dan terkadang ledakan emosi di lapangan hijau. Bagi para pendukung AC Milan, kedatangan Rebić dari Eintracht Frankfurt pada tahun 2019, awalnya sebagai kesepakatan pertukaran pemain dengan Hakan Çalhanoğlu, terasa seperti menyuntikkan adrenalin baru ke dalam skuad Rossoneri yang saat itu sedang dalam masa pembangunan kembali.
Awal yang Tidak Mudah
Musim pertama Rebić di San Siro bukanlah musim yang gemilang. Ia kesulitan menemukan ritme terbaiknya di bawah arahan Marco Giampaolo. Meskipun bakatnya sebagai penyerang sayap yang mampu bermain di tengah sudah terlihat jelas, inkonsistensi menjadi momok yang menghantui. Namun, segalanya berubah drastis ketika Stefano Pioli mengambil alih kursi kepelatihan.
Di bawah asuhan Pioli, Rebić menemukan kembali percikan performanya. Ditempatkan bersama Zlatan Ibrahimović dan Rafael Leão, kombinasi trio menyerang ini menjadi salah satu yang paling mematikan di Serie A pada paruh kedua musim tersebut. Rebić dikenal sebagai pemain yang sangat adaptif, mampu mengisi posisi sayap kiri dengan agresifitasnya, atau bertindak sebagai striker kedua yang mengganggu pertahanan lawan dengan pressing tingginya. Energi yang ia bawa membuat lini serang Milan menjadi lebih cair dan tak terduga.
Puncak Performa Bersama Rossoneri
Periode emas Ante Rebić di AC Milan dapat dikatakan terjadi pada kampanye 2020/2021, ketika Milan berhasil finis di posisi kedua Serie A dan kembali berlaga di Liga Champions UEFA. Kontribusinya bukan hanya soal gol, meskipun torehannya cukup signifikan, tetapi lebih kepada etos kerjanya. Rebić adalah pemain yang siap bertarung dari menit pertama hingga peluit akhir. Ia sering menjadi pemain pembeda dalam laga-laga krusial berkat kecepatannya yang eksplosif dan kemampuannya melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti.
Hubungan eratnya dengan Leão di sisi sayap seringkali menciptakan peluang emas. Mereka berdua mewakili perpaduan kecepatan atletis modern yang sangat dibutuhkan oleh tim papan atas Eropa. Bahkan ketika performa tim sedikit menurun, Rebić selalu menjadi jangkar semangat juang. Ia bukan pemain yang paling teknis, namun intensitas permainannya seringkali menutupi kekurangan teknis tersebut, menuntut rekan setimnya untuk selalu berada dalam level intensitas yang sama.
Warisan dan Transisi
Meskipun periode terbaiknya bersama Milan sudah berlalu, warisan Ante Rebić tetap dikenang sebagai simbol kebangkitan Rossoneri dari periode kelam mereka. Ia adalah representasi dari pembelian pemain yang awalnya diragukan namun berhasil membuktikan nilainya melalui kerja keras dan dedikasi di bawah sistem yang tepat.
Kepindahannya dari AC Milan ke Besiktas menandai akhir dari sebuah era energik di San Siro. Namun, setiap kali Milan membutuhkan dorongan moral atau ketika dibutuhkan seorang pemain yang rela berlari tanpa henti mengejar bola hingga menit akhir, nama Ante Rebić pasti akan terlintas di benak para tifosi. Kehadirannya membuktikan bahwa di sepak bola modern, gairah dan determinasi seringkali sama pentingnya dengan bakat murni. Karirnya di Milan akan selalu diingat sebagai kisah transformasi seorang penyerang yang menemukan rumah keduanya di Italia utara.