Memahami Antigen, Antibodi, dan Penentuan Golongan Darah

Sistem golongan darah manusia, terutama sistem ABO, adalah salah satu konsep fundamental dalam ilmu transfusi darah. Keakuratan dalam menentukan golongan darah sangat krusial karena kesalahan sedikit saja dapat memicu reaksi transfusi yang fatal. Pemahaman mendalam mengenai komponen kunci seperti antigen dan antibodi adalah prasyarat mutlak dalam proses ini.

Antigen adalah zat (biasanya protein atau karbohidrat kompleks) yang berada di permukaan sel darah merah (eritrosit). Zat ini bertindak sebagai penanda identitas unik sel darah tersebut. Dalam konteks sistem ABO, terdapat dua jenis antigen utama yang menentukan golongan darah: antigen A dan antigen B. Jika permukaan sel darah merah memiliki antigen A, golongan darahnya adalah A. Jika memiliki antigen B, golongannya adalah B. Jika memiliki keduanya (A dan B), maka golongannya AB. Sementara itu, jika tidak memiliki antigen A maupun B, golongannya adalah O.

Peran Krusial Antibodi

Di sisi lain, terdapat antibodi yang beredar bebas dalam plasma darah. Antibodi adalah protein imunoglobulin yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap kehadiran antigen asing. Dalam sistem ABO, antibodi yang terbentuk bersifat alami dan selalu berlawanan dengan antigen yang dimiliki individu tersebut.

Sebagai contoh, seseorang dengan golongan darah A memiliki antigen A pada sel darah merahnya, sehingga dalam plasmanya akan terbentuk antibodi anti-B. Jika darah golongan A ini dicampur dengan darah B (yang memiliki antigen B), maka antibodi anti-B akan mengenali dan menggumpalkan (aglutinasi) sel darah merah donor tersebut. Hal serupa terjadi pada golongan darah B, yang memiliki antibodi anti-A. Golongan darah O tidak memiliki antigen A maupun B, sehingga memiliki kedua jenis antibodi (anti-A dan anti-B) dalam plasmanya. Menariknya, golongan darah AB tidak memiliki antibodi sama sekali karena sistem imun telah "mempelajari" bahwa antigen A dan B adalah bagian dari diri sendiri.

Representasi Sederhana Antigen dan Antibodi Sel A Antigen A Plasma Antibodi Anti-B Sel B Antigen B

Ilustrasi: Interaksi antigen pada sel darah merah dengan antibodi dalam plasma.

Sistem Rhesus dan Kompatibilitas Transfusi

Selain sistem ABO, faktor Rh (Rhesus) juga sangat penting. Faktor Rh ditentukan oleh keberadaan antigen D pada permukaan sel darah merah. Jika antigen D ada, seseorang bergolongan darah Rh positif (misalnya A+ atau O+); jika tidak ada, ia Rh negatif (misalnya A- atau O-).

Perbedaan mendasar dengan sistem ABO adalah bahwa antibodi anti-Rh (anti-D) tidak terbentuk secara alami dalam plasma. Antibodi anti-D baru akan diproduksi jika seseorang Rh negatif terpapar darah Rh positif, misalnya melalui transfusi yang tidak sesuai atau selama kehamilan. Inilah mengapa transfusi yang aman harus selalu memastikan kecocokan Rh, terutama untuk penerima wanita usia subur, guna mencegah penyakit hemolitik pada janin (Eritroblastosis Fetalis) pada kehamilan berikutnya.

Donor Universal dan Resipien Universal

Prinsip kecocokan ini melahirkan konsep donor universal dan resipien universal. Darah golongan O Rh negatif (O-) sering disebut sebagai donor universal karena sel darah merahnya tidak memiliki antigen A, B, maupun D. Artinya, darah ini aman ditransfusikan kepada hampir semua golongan darah tanpa memicu reaksi aglutinasi akut. Sebaliknya, darah AB Rh positif (AB+) dianggap sebagai resipien universal karena plasmanya tidak mengandung antibodi anti-A, anti-B, maupun anti-D, sehingga dapat menerima transfusi dari hampir semua golongan darah.

Namun, perlu ditekankan bahwa dalam praktik klinis modern, transfusi idealnya harus sedapat mungkin menggunakan golongan darah yang sama (se-tipe). Penggunaan donor universal hanya dilakukan dalam keadaan darurat ketika pemeriksaan golongan darah lengkap tidak sempat dilakukan. Pemahaman yang solid mengenai interaksi antara antigen di permukaan sel darah merah dan antibodi di plasma adalah kunci utama dalam menjaga keamanan setiap prosedur transfusi darah.

🏠 Homepage