Istilah "anyang-anyangan" mungkin terdengar familiar bagi banyak orang. Secara umum, kondisi ini merujuk pada sensasi tidak nyaman saat buang air kecil (BAK), ditandai dengan keinginan untuk sering berkemih meskipun urine yang keluar hanya sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Sensasi ini sering kali disertai rasa nyeri atau perih. Memahami apa yang anyang anyangan disebabkan oleh berbagai faktor sangat penting untuk menentukan penanganan yang tepat.
Penyebab Paling Umum: Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Penyebab paling dominan dan sering dijumpai dari gejala anyang-anyangan adalah Infeksi Saluran Kemih atau yang lebih dikenal sebagai ISK. ISK terjadi ketika bakteri, biasanya jenis Escherichia coli (E. coli) yang berasal dari saluran pencernaan, masuk dan berkembang biak di sepanjang saluran kemih.
Saluran kemih meliputi uretra, kandung kemih, ureter, hingga ginjal. Namun, pada kasus ISK yang menyebabkan anyang-anyangan, infeksi umumnya terbatas pada uretra (uretritis) atau kandung kemih (sistitis). Peradangan pada lapisan kandung kemih inilah yang mengirimkan sinyal palsu ke otak, membuat penderitanya merasa kandung kemih selalu penuh dan mendesak untuk dikosongkan, padahal volume urine yang tersisa mungkin minim.
Faktor risiko ISK meliputi:
- Anatomi wanita yang memiliki saluran uretra lebih pendek, memudahkan bakteri mencapai kandung kemih.
- Kebersihan area genital yang kurang terjaga.
- Menahan kencing terlalu lama.
- Penggunaan alat kontrasepsi tertentu atau perubahan flora vagina.
Ilustrasi sederhana: Kandung kemih mengalami iritasi, menyebabkan dorongan untuk BAK yang sering.
Penyebab Lain yang Mungkin Mendasari
Meskipun ISK adalah tersangka utama, ada beberapa kondisi medis lain yang dapat menyebabkan gejala anyang-anyangan. Penting untuk mengetahui bahwa anyang anyangan disebabkan oleh kondisi ini juga memerlukan diagnosis medis:
1. Batu Ginjal atau Batu Kandung Kemih
Batu yang terbentuk di ginjal atau kandung kemih dapat mengiritasi dinding saluran kemih saat batu tersebut bergerak atau ketika ukurannya cukup besar untuk menghalangi aliran urine. Iritasi ini memicu refleks sering berkemih yang terasa menyakitkan.
2. Penyakit Menular Seksual (PMS)
Beberapa PMS, seperti klamidia atau gonore, dapat menyebabkan peradangan parah pada uretra (uretritis). Gejala uretritis sangat mirip dengan ISK ringan, termasuk rasa perih saat BAK dan dorongan untuk berkemih yang kuat meskipun urine yang keluar sedikit.
3. Kondisi Prostat (Pria)
Pada pria, pembesaran prostat jinak (BPH) sering menjadi penyebab utama. Prostat yang membesar akan menekan uretra, menghalangi pengosongan kandung kemih secara tuntas. Akibatnya, sisa urine tertinggal dan kandung kemih menjadi lebih sensitif, memicu sensasi ingin terus-menerus BAK.
4. Kandung Kemih Terlalu Aktif (OAB)
Kandung kemih terlalu aktif (Overactive Bladder/OAB) adalah kondisi di mana otot detrusor (otot dinding kandung kemih) berkontraksi secara tidak normal dan tiba-tiba, meskipun kandung kemih belum penuh. Ini menimbulkan urgensi buang air kecil yang mendadak dan sering, yang sering disalahartikan sebagai gejala infeksi.
5. Iritasi Non-Infeksi
Iritasi juga bisa berasal dari faktor eksternal. Penggunaan sabun tertentu, deterjen pakaian yang keras, atau bahkan konsumsi minuman yang bersifat diuretik kuat seperti kafein dan alkohol dapat mengiritasi lapisan sensitif kandung kemih, menyebabkan gejala mirip anyang-anyangan tanpa adanya infeksi bakteri.
Kapan Harus Segera ke Dokter?
Sementara gejala ringan mungkin mereda dengan istirahat dan hidrasi yang cukup, penting untuk mencari bantuan medis jika gejala anyang-anyangan disertai tanda-tanda bahaya. Jika kondisi ini disebabkan oleh infeksi bakteri yang tidak diobati, bakteri dapat menyebar ke ginjal, menyebabkan pielonefritisāsuatu kondisi serius yang ditandai dengan demam tinggi, menggigil, dan nyeri punggung bawah.
Kesimpulannya, gejala anyang-anyangan adalah sinyal bahwa ada iritasi atau inflamasi di saluran kemih Anda. Mengetahui apakah anyang anyangan disebabkan oleh bakteri, batu, atau masalah struktural adalah langkah pertama menuju pemulihan yang efektif dan tuntas. Jangan menunda pemeriksaan jika gejala berlangsung lebih dari satu atau dua hari.