Ilustrasi Apang Kukus yang baru matang.
Di tengah pesatnya perkembangan kuliner modern, ada beberapa penganan tradisional yang berhasil mempertahankan pesonanya, salah satunya adalah Apang Kukus. Jajanan pasar yang satu ini mungkin terdengar asing bagi sebagian kalangan, namun bagi masyarakat Sunda di Jawa Barat, apang kukus adalah nostalgia manis yang selalu dirindukan.
Apang kukus adalah kue tradisional yang cara pembuatannya memanfaatkan proses pengukusan (steaming). Secara visual, kue ini sering kali berbentuk bundar dengan bagian atasnya yang merekah indah, menyerupai bunga yang mekar. Warna dominan kue ini cenderung putih atau sedikit krem, tergantung pada bahan dasar yang digunakan, meskipun variasi modern kini sering menambahkan pewarna alami seperti daun pandan atau kunyit.
Nama "Apang" sendiri dalam bahasa Sunda bisa diartikan sebagai kakak laki-laki atau merujuk pada bentuknya yang biasanya dicetak dalam cetakan kecil. Proses pengukusan memberikan tekstur yang sangat khas—lembut, kenyal, namun tidak lengket saat digigit. Berbeda dengan kue tradisional yang dipanggang atau digoreng, kelembutan apang kukus menjadikannya camilan yang sangat ramah di segala usia.
Secara tradisional, bahan utama untuk membuat apang kukus sangat sederhana namun memerlukan ketelitian dalam takaran. Bahan-bahan dasarnya meliputi:
Kunci utama kelezatan apang kukus terletak pada proses fermentasi ragi. Adonan harus diistirahatkan dalam waktu yang cukup agar ragi bekerja sempurna. Hasilnya adalah gelembung udara halus yang akan membuat kue mengembang sempurna saat terkena uap panas.
Meskipun sederhana, membuat apang kukus yang ‘mekar’ sempurna membutuhkan teknik yang cermat. Jika uap yang dihasilkan terlalu sedikit, kue akan bantat. Sebaliknya, jika api terlalu besar tanpa kontrol, bagian luarnya bisa terlalu keras sementara dalamnya belum matang merata. Cetakan yang digunakan biasanya terbuat dari aluminium atau tembaga dengan cekungan bulat kecil.
Proses pengukusan harus dilakukan di atas air yang sudah mendidih sempurna dan tekanan uap yang stabil. Setelah adonan dituang ke dalam cetakan, pengukusan biasanya memakan waktu antara 15 hingga 25 menit, tergantung ukuran kue. Saat tutup panci dibuka, pemandangan apang kukus yang merekah dengan guratan cantik di permukaannya adalah kepuasan tersendiri bagi pembuatnya.
Saat ini, apang kukus tidak hanya bertahan sebagai jajanan pasar. Banyak pengusaha kuliner mencoba memodifikasi resepnya agar lebih menarik bagi generasi muda. Beberapa inovasi yang muncul antara lain:
Meskipun demikian, daya tarik utama apang kukus tetaplah pada rasa otentik dan teksturnya yang lembut. Kue ini adalah representasi sempurna dari kekayaan kuliner Indonesia—mengolah bahan-bahan sederhana menjadi hidangan yang kaya rasa dan penuh makna. Mencicipi apang kukus hangat, ditemani secangkir teh tawar di sore hari, adalah cara sederhana untuk menghargai warisan leluhur.
Bagi Anda yang ingin mencobanya, jangan ragu untuk mencari penjual jajanan pasar tradisional. Apang kukus membuktikan bahwa cita rasa terbaik seringkali datang dari kesederhanaan dan proses yang penuh kesabaran.