Memelihara ayam petelur adalah investasi yang menguntungkan, asalkan produktivitasnya maksimal. Inti dari keberhasilan peternakan ini terletak pada kemampuan ayam untuk rajin ayam petelur bertelur secara konsisten dengan kualitas cangkang yang baik. Mencapai puncak produksi telur bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari manajemen pemeliharaan yang cermat, mulai dari nutrisi, lingkungan, hingga kesehatan ternak.
1. Nutrisi Adalah Kunci Utama
Faktor paling signifikan yang mempengaruhi produksi telur adalah pakan. Ayam petelur membutuhkan komposisi nutrisi yang sangat spesifik, terutama setelah mereka mencapai masa puncak produksi (sekitar usia 20 minggu). Persentase protein, kalsium, dan energi harus seimbang. Kekurangan kalsium adalah penyebab utama cangkang telur tipis atau bahkan ayam tidak bertelur sama sekali karena tubuhnya gagal memproduksi cukup materi cangkang.
Pastikan pakan komersial yang Anda gunakan memang diformulasikan khusus untuk ayam petelur (layer feed). Suplemen kalsium tambahan, seringkali dalam bentuk tepung kerang atau batu kapur halus (grit), sangat direkomendasikan untuk ditambahkan secara terpisah, terutama di sore hari, karena proses pembentukan cangkang terjadi saat ayam beristirahat di malam hari.
2. Manajemen Kandang yang Optimal
Lingkungan kandang sangat mempengaruhi tingkat stres ayam, yang secara langsung menghambat proses bertelur. Ayam yang stres akan mengurangi asupan pakan dan air, sehingga produksi menurun drastis.
- Pencahayaan (Light Management): Ayam membutuhkan durasi cahaya yang cukup (idealnya 14-16 jam per hari) agar hormon reproduksi bekerja maksimal. Penambahan lampu di pagi dan sore hari sangat membantu menjaga ritme produksi, terutama saat musim hujan atau hari mendung.
- Suhu dan Ventilasi: Jaga suhu kandang tetap nyaman (idealnya antara 20°C hingga 25°C). Ventilasi yang buruk menyebabkan penumpukan amonia, yang mengganggu pernapasan dan memicu stres panas. Pastikan kandang memiliki sirkulasi udara yang baik tanpa menimbulkan angin kencang langsung mengenai ayam.
- Kepadatan Ternak: Kandang yang terlalu padat menyebabkan persaingan pakan, peningkatan suhu internal, dan penyebaran penyakit. Idealnya, berikan ruang yang cukup agar ayam dapat bergerak bebas dan mengakses tempat pakan/minum tanpa berebut.
3. Ketersediaan Air Bersih dan Segar
Air menyusun sekitar 70% dari isi telur. Dehidrasi sekecil apa pun akan segera berdampak pada produksi. Ayam petelur minum dua kali lebih banyak daripada ayam pedaging. Oleh karena itu, air minum harus selalu tersedia dalam jumlah cukup, bersih, dan segar. Periksa nipple drinker atau wadah minum setidaknya dua kali sehari. Air yang keruh atau terkontaminasi bakteri akan menurunkan nafsu minum dan kesehatan usus ayam.
4. Kesehatan dan Program Vaksinasi
Penyakit adalah musuh utama peternak. Wabah seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), atau Marek’s Disease dapat menghentikan produksi telur dalam sekejap. Penting untuk mengikuti program vaksinasi yang ketat sesuai anjuran dokter hewan setempat. Selain vaksinasi, kontrol parasit internal (cacing) dan eksternal (kutu) secara rutin sangat krusial untuk memastikan ayam menyerap nutrisi secara maksimal.
5. Pemilihan Bibit dan Fase Pemeliharaan
Produksi telur sangat bergantung pada ayam bibit yang Anda pilih. Pastikan Anda membeli DOC (Day Old Chick) atau pullet (ayam dara siap telur) dari strain unggul yang memiliki catatan produktivitas tinggi. Fase starter dan grower (masa pertumbuhan sebelum bertelur) harus dikelola dengan baik untuk memastikan ayam mencapai bobot badan ideal saat memasuki masa bertelur. Pemberian pakan yang terlalu tinggi protein pada masa grower dapat menyebabkan ayam menjadi terlalu besar dan justru menurunkan efisiensi produksi saat dewasa.
Dengan memperhatikan detail-detail manajemen ini—nutrisi yang tepat, lingkungan yang nyaman, air yang cukup, kesehatan terjamin, serta pemilihan bibit yang berkualitas—maka target ayam petelur bertelur secara maksimal dan konsisten dapat tercapai dalam operasional peternakan Anda.