Ayam putih bertelur telah lama menjadi primadona di industri peternakan komersial. Bukan sekadar tren, keberadaan ayam ras petelur putih seperti Leghorn atau strain modern lainnya sangat krusial dalam memenuhi permintaan pasar global akan komoditas pangan pokok ini. Warna bulu putih seringkali diasosiasikan dengan efisiensi produksi dan kemampuan adaptasi dalam sistem kandang intensif.
Mengapa Ayam Putih Lebih Dominan?
Secara historis, ayam petelur warna cokelat lebih populer di skala rumah tangga karena dianggap lebih "tradisional". Namun, dalam skala industri besar, ayam putih memegang kendali. Hal ini bukan karena kualitas nutrisi telur yang superior—karena nutrisi telur putih dan cokelat pada dasarnya sama—melainkan karena faktor ekonomi dan genetik. Ayam putih cenderung memiliki efisiensi konversi pakan (FCR) yang lebih baik dan bobot badan yang lebih ringan, yang berarti mereka membutuhkan lebih sedikit energi untuk mempertahankan hidup, sehingga lebih banyak energi yang dialokasikan untuk produksi telur.
Selain itu, telur putih cenderung lebih mudah diproses dan dijual di beberapa pasar karena persepsi keseragaman. Ketika banyak konsumen melihat tumpukan telur yang semuanya seragam dalam ukuran dan warna cangkang, hal ini memberikan kesan kontrol kualitas yang tinggi dari pihak peternak. Dalam lingkungan peternakan modern, di mana kecepatan dan volume adalah kunci, ayam putih bertelur menawarkan kinerja yang teruji dan dapat diprediksi.
Faktor Kunci Keberhasilan Produksi Telur
Untuk memastikan ayam putih terus produktif menghasilkan telur berkualitas, beberapa aspek manajemen harus diperhatikan secara ketat. Manajemen pakan adalah tulang punggungnya. Pakan harus seimbang, kaya akan protein, kalsium (untuk kekuatan cangkang), dan vitamin D. Kekurangan kalsium, misalnya, akan langsung berdampak pada tipisnya cangkang telur, meningkatkan persentase telur pecah saat panen.
Sistem pencahayaan juga memainkan peran vital. Ayam petelur sangat sensitif terhadap durasi cahaya. Durasi penyinaran yang teratur dan cukup (biasanya 16-17 jam per hari setelah masa starter) merangsang hormon reproduksi mereka untuk terus bertelur. Perubahan mendadak pada jadwal pencahayaan dapat menyebabkan stres dan penurunan produksi telur yang signifikan.
Kesejahteraan Ternak dan Hasil Telur
Meskipun banyak ayam putih dipelihara dalam sistem baterai (kandang kawat bertingkat) demi efisiensi ruang, kesadaran akan kesejahteraan ternak (animal welfare) semakin meningkat. Penelitian menunjukkan bahwa lingkungan yang lebih nyaman, bebas stres, dengan ruang gerak yang memadai (seperti sistem kandang postal atau semi-postal) dapat meningkatkan kualitas telur, mengurangi angka kematian, dan bahkan meningkatkan FCR pada jangka panjang.
Kandang yang terlalu padat atau ventilasi yang buruk dapat menyebabkan kenaikan suhu lingkungan. Ayam putih, yang secara genetik cenderung memiliki toleransi panas yang sedikit lebih rendah dibandingkan ras lokal, sangat rentan terhadap stres panas. Stres panas tidak hanya menurunkan nafsu makan tetapi juga sangat mengganggu proses pembentukan cangkang telur, menghasilkan telur dengan cangkang tipis atau bahkan tanpa cangkang sama sekali.
Masa Puncak dan Pergantian Periode
Setiap ayam petelur memiliki siklus produksi. Ayam putih biasanya mulai bertelur pada usia sekitar 18-20 minggu dan mencapai puncak produksi (sekitar 90% atau lebih) pada usia 24 hingga 30 minggu. Produktivitas akan perlahan menurun setelah melewati periode puncak ini. Peternak profesional biasanya memiliki program ‘culling’ (pemisahan ayam yang sudah tidak produktif) atau ‘moulting’ (memaksa ayam mengerami untuk meremajakan organ reproduksi) untuk menjaga efisiensi kandang.
Memahami siklus hidup dan kebutuhan spesifik dari ayam putih bertelur adalah kunci untuk memaksimalkan output sambil menjaga biaya operasional tetap terkendali. Dari genetika unggul hingga manajemen lingkungan yang presisi, semua faktor ini bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap hari, ayam-ayam ini mampu menyumbangkan telur putih berharga ke rantai pasok makanan kita.