Ilustrasi peringatan tentang pentingnya waktu sholat.
Sholat, atau salat, adalah tiang agama dalam Islam. Ia merupakan ibadah wajib yang menghubungkan langsung antara seorang hamba dengan Rabb-nya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kedudukannya yang sangat sentral ini menjadikan kelalaian dalam menunaikannya sebagai dosa besar dengan konsekuensi yang sangat serius, baik di dunia maupun di akhirat. Kaum Muslimin diingatkan berkali-kali melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah tentang betapa bahayanya meremehkan atau meninggalkan ritual fundamental ini.
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda, "Shalat adalah pembeda antara seorang muslim dan seorang musyrik." Hadis ini menggarisbawahi bahwa identitas keislaman seseorang sangat terikat erat pada komitmennya dalam melaksanakan sholat lima waktu. Sholat bukan sekadar ritual formalitas; ia adalah sarana membersihkan diri dari dosa harian, penenang jiwa, serta sarana memohon ampunan dan pertolongan Allah. Ketika tiang ini roboh, bangunan iman diyakini akan ikut runtuh.
Azab bagi yang tidak sholat tidak hanya menunggu di hari kiamat. Dalam banyak riwayat dan tafsir, meninggalkan sholat dengan sengaja, apalagi tanpa uzur syar'i, dapat mendatangkan kegelisahan dan kesulitan dalam kehidupan duniawi. Allah mungkin mencabut keberkahan dari rezeki, waktu, dan segala usahanya. Kehidupan yang dijalani menjadi terasa hampa, penuh kegelisahan, dan jauh dari ketenangan batin. Ini adalah bentuk peringatan awal agar hamba tersebut sadar dan kembali kepada fitrahnya sebagai hamba yang bersujud. Jiwa yang terputus dari sumber cahayanya (sholat) akan terasa gelap dan tersesat.
Konsekuensi terberat menanti di akhirat. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman mengenai ciri-ciri penghuni neraka Saqar, di mana salah satu penyebab utama mereka masuk ke dalamnya adalah karena meninggalkan sholat. Firman Allah dalam Surah Al-Muddatsir ayat 26-27 dengan tegas menyatakan: "Apakah yang memasukkan kamu ke dalam (neraka) Saqar?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." Ayat ini adalah tamparan keras bagi siapa pun yang merasa aman dari ancaman ini.
Bayangkan kengerian diperhadapkan pada pertanyaan pertama kali tentang amal perbuatan di Padang Mahsyar. Jika sholatnya baik, maka amal lain akan menyusul. Namun, jika sholatnya ditinggalkan, maka segala amal kebaikan lainnya akan sia-sia di hadapan Allah. Para ulama sepakat bahwa azab neraka Jahannam adalah balasan yang paling ditakuti bagi mereka yang meninggalkan sholat secara sengaja dan terus-menerus tanpa taubat. Ini bukan sekadar ancaman kosong, melainkan janji Allah yang pasti terjadi bagi mereka yang melanggar perjanjian fundamental tersebut.
Meskipun ancaman dan azab tersebut nyata dan mengerikan, rahmat Allah jauh lebih luas daripada kemurkaan-Nya. Bagi siapa pun yang saat ini menyadari kelalaiannya, pintu taubat selalu terbuka lebar. Segeralah kembali kepada Allah. Mulailah dengan menyesali perbuatan yang telah lalu, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya, dan segera mengganti (qadha) sholat yang telah terlewatkan sesuai kemampuan.
Tidak ada penyesalan yang terlambat bagi orang yang benar-benar bertobat nasuha. Konsistensi dalam menjaga sholat setelah taubat adalah bukti ketulusan hati. Jadikan sholat sebagai prioritas utama, bukan sisa dari kesibukan. Ingatlah bahwa sholat adalah wasiat terakhir Rasulullah sebelum wafatnya. Menjaga sholat adalah menjaga agama, dan menjaga agama adalah kunci keselamatan abadi. Jangan sampai kita termasuk golongan yang baru sadar setelah terlambat, menyesali keindahan sujud yang telah kita sia-siakan di dunia.