Peringatan Keras Mengenai Shalat

Shalat, atau salat, adalah tiang agama dalam ajaran Islam. Kewajiban ini ditegaskan berulang kali dalam Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Meninggalkannya, baik secara sengaja maupun karena kelalaian yang berlarut-larut, adalah dosa besar yang membawa konsekuensi berat, baik di dunia maupun di akhirat. Memahami konsekuensi dari perbuatan ini—yakni potensi azab orang yang meninggalkan shalat—adalah langkah penting untuk menjaga keimanan kita.

Kedudukan Shalat yang Sangat Tinggi

Islam dibangun di atas lima pilar utama, dan shalat berdiri sebagai pilar kedua setelah syahadat. Tidak ada ibadah lain yang memiliki urgensi dan penekanan seberat shalat. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an tentang pentingnya menjaga shalat tepat waktu. Meninggalkan shalat berarti meruntuhkan pondasi agama seseorang. Para ulama telah sepakat bahwa orang yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya (kufur), sementara yang meninggalkannya karena kemalasan atau kelalaian (fasik) akan menghadapi ancaman hukuman yang pedih.

Waktu Terlewat

Ancaman dan Konsekuensi Dunia Akhirat

Konsekuensi dari mengabaikan shalat sangat serius. Dalam kehidupan duniawi, orang yang lalai shalat sering kali dijauhkan dari ketenangan hati dan keberkahan hidup. Hidup terasa sempit dan penuh kegelisahan, karena mereka telah memutus hubungan utama mereka dengan Sang Pencipta.

Adapun di akhirat, ancaman yang menanti jauh lebih mengerikan. Salah satu gambaran mengenai azab orang yang meninggalkan shalat disebutkan dalam QS. Maryam ayat 59: "Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang buruk), yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan keinginannya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan." Ayat ini menunjukkan bahwa menyia-nyiakan shalat adalah ciri dari generasi yang sesat dan akan menanggung akibatnya.

Lebih keras lagi, terdapat riwayat dari Rasulullah SAW yang menggambarkan kondisi orang-orang yang meninggalkan shalat di hari kiamat. Mereka akan dipanggil dengan nama yang menghinakan dan akan merasakan kesulitan yang luar biasa saat menghadapi hisab (perhitungan amal). Mereka akan ditanya, "Apa yang membuat kalian terjerumus ke dalam neraka Saqar?" Mereka menjawab, "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat." Jawaban ini secara eksplisit menempatkan shalat sebagai pembeda utama antara penghuni surga dan neraka bagi sebagian besar umat Islam.

Shalat sebagai Penolong di Hari Kiamat

Sebaliknya, bagi orang yang menjaga shalatnya, ibadah ini akan menjadi cahaya dan penolong. Shalat adalah amalan pertama yang akan dihisab. Jika shalatnya baik, maka amalan lain akan mudah dihisab. Jika shalatnya rusak, maka amalan lainnya juga akan rusak. Meninggalkan shalat berarti menghilangkan kesempatan emas untuk mendapatkan syafaat dan keringanan saat hisab berlangsung. Memikirkan azab orang yang meninggalkan shalat seharusnya memotivasi kita untuk segera memperbaiki kualitas dan kuantitas shalat kita, bukan untuk merasa takut semata, melainkan untuk kembali kepada ketaatan.

Setiap muslim harus menjadikan shalat sebagai prioritas mutlak. Segala kesibukan dunia, bisnis, atau urusan rumah tangga tidak boleh dijadikan alasan untuk menunda apalagi meninggalkan kewajiban suci ini. Waktu shalat telah ditetapkan secara ilahi, dan mematuhinya adalah bukti nyata keimanan dan kecintaan kita kepada Allah SWT.

Oleh karena itu, marilah kita renungkan betapa berharganya lima waktu shalat yang kita miliki. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari ketika peringatan mengenai azab orang yang meninggalkan shalat telah menjadi kenyataan pahit yang tidak terhindarkan.

🏠 Homepage