Di antara beragam jenis sayuran polong-polongan yang menghiasi meja makan kita, buncis kuning seringkali menjadi bintang kejora yang underrated. Berbeda dari saudaranya yang hijau, buncis kuning menawarkan visual yang cerah dan tekstur yang unik. Meskipun sering kali dianggap sebagai varietas hias, buncis kuning—atau sering disebut juga wax bean—memiliki segudang manfaat nutrisi dan rasa yang lembut, menjadikannya pilihan menarik bagi para pecinta kuliner dan pekebun rumahan.
Secara visual, perbedaan paling mencolok tentu saja adalah warnanya. Buncis hijau mengandung klorofil tinggi, yang memberikannya warna hijau khas. Sementara itu, buncis kuning kehilangan pigmen klorofil tersebut selama pematangan, yang diekspos oleh karotenoid, menghasilkan warna emas terang hingga kuning pucat. Perbedaan warna ini bukan sekadar estetika; ia juga memengaruhi persepsi rasa.
Dari segi tekstur, buncis kuning cenderung memiliki kulit yang lebih halus dan tidak berserat dibandingkan beberapa varietas buncis hijau. Hal ini membuat mereka sering disukai karena teksturnya yang lebih renyah (crisp) saat dimasak sebentar (blansir) namun juga sangat lembut saat ditumis dalam waktu yang lebih lama. Mereka juga terkenal karena tidak berubah menjadi cokelat kehijauan saat direbus, mempertahankan kilau kuningnya yang menarik.
Meskipun memiliki perbedaan warna, profil nutrisi buncis kuning sangat sebanding dengan buncis hijau. Mereka adalah sumber serat makanan yang sangat baik, yang penting untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan dan membantu mengatur kadar gula darah. Serat juga memberikan rasa kenyang lebih lama, mendukung program manajemen berat badan.
Buncis kuning juga kaya akan vitamin dan mineral penting. Vitamin C, yang dikenal sebagai antioksidan kuat, banyak terkandung di dalamnya, membantu meningkatkan sistem imun tubuh. Selain itu, mereka menyediakan folat (vitamin B9), yang esensial untuk pembentukan sel baru, serta zat besi dan magnesium. Warna kuningnya sendiri mengindikasikan keberadaan karotenoid yang bermanfaat bagi kesehatan mata.
Bagi Anda yang gemar berkebun, buncis kuning adalah komoditas yang relatif mudah ditanam. Mereka menyukai kondisi sinar matahari penuh dan tanah yang kaya bahan organik serta memiliki drainase yang baik. Tanamlah biji langsung di tanah setelah suhu tanah menghangat, biasanya setelah risiko embun beku terakhir berlalu.
Seperti buncis pada umumnya, buncis kuning dapat tumbuh merambat (vining) atau tegak (bush). Varietas yang merambat memerlukan ajir atau teralis agar tanaman bisa memanjat tinggi. Pastikan Anda menyediakan penyangga yang kokoh. Pemeliharaan utama meliputi penyiraman yang teratur, terutama saat pembungaan dan pembentukan polong. Jangan biarkan tanah mengering total.
Salah satu kesalahan umum dalam memasak buncis adalah memasaknya terlalu lama, yang dapat menghilangkan tekstur renyahnya dan membuat warnanya kusam. Untuk buncis kuning, teknik blansir singkat diikuti dengan membilas air es sangat direkomendasikan jika Anda ingin menyajikannya sebagai salad dingin atau lauk sederhana.
Buncis kuning sangat serasi dipasangkan dengan bawang putih, minyak zaitun, dan sedikit perasan lemon. Dalam masakan Asia, mereka dapat ditumis dengan saus tiram atau kecap ikan. Keunikan teksturnya juga membuatnya cocok ditambahkan ke dalam sup atau tumisan yang membutuhkan sedikit tekstur gigitan tanpa mendominasi warna hidangan lain.
Kesimpulannya, buncis kuning bukan sekadar pengganti visual buncis hijau. Ia adalah sayuran serbaguna dengan profil nutrisi yang solid dan rasa yang lembut namun tetap memuaskan. Memasukkannya ke dalam menu mingguan Anda adalah cara cerdas untuk menambah keragaman warna dan nutrisi pada diet harian.