Ternak ayam potong, atau broiler, merupakan salah satu peluang bisnis peternakan yang sangat menjanjikan. Permintaan daging ayam di Indonesia terus meningkat seiring bertambahnya populasi. Bagi Anda yang baru ingin memulai, jangan khawatir. Dengan perencanaan yang matang dan mengikuti panduan dasar, Anda bisa sukses beternak ayam potong.
Ilustrasi sederhana proses ternak ayam potong.
1. Perencanaan Awal yang Matang
Langkah pertama yang krusial adalah perencanaan. Jangan terburu-buru membeli DOC (Day Old Chick) sebelum kandang siap. Tentukan skala usaha, apakah skala rumahan atau komersial. Untuk pemula, disarankan memulai dari skala kecil (misalnya 500 hingga 1000 ekor) untuk meminimalisir risiko kerugian saat masih belajar.
Pemilihan Lokasi dan Kandang
Lokasi sangat menentukan keberhasilan. Pilih area yang:
- Jauh dari pemukiman padat untuk mencegah penyebaran penyakit.
- Memiliki sirkulasi udara yang baik namun terlindung dari angin kencang.
- Akses mudah untuk transportasi pakan dan pengangkutan ayam.
Jenis kandang yang umum digunakan adalah kandang terbuka (open house). Pastikan lantai kandang ditinggikan dan mudah dibersihkan. Siapkan juga pemanas (brooder) yang sangat penting untuk menjaga suhu DOC pada minggu-minggu pertama kehidupan.
2. Pemilihan Bibit (DOC) Berkualitas
Kualitas DOC adalah fondasi utama. DOC yang sehat akan tumbuh optimal dan cepat mencapai bobot panen. Beli DOC hanya dari penetasan (hatchery) resmi dan terpercaya yang memiliki catatan vaksinasi yang jelas.
Saat memilih, perhatikan:
- Pusar kering dan tidak ada kelainan fisik (seperti kaki bengkok).
- Ayam terlihat lincah dan responsif.
- Bobot rata-rata sesuai standar (sekitar 35-40 gram per ekor).
3. Manajemen Pemanasan (Brooding)
Masa brooding (minggu pertama) adalah masa paling kritis. DOC sangat rentan terhadap perubahan suhu. Suhu ideal di bawah pemanas harus dijaga antara 32-34°C pada hari pertama, dan diturunkan secara bertahap sekitar 0.5°C setiap harinya hingga mencapai suhu lingkungan.
Fasilitas brooding meliputi:
- Brooder (Pemanas): Biasanya menggunakan pemanas gas atau lampu pemanas.
- Peralatan: Tempat pakan dan minum yang memadai untuk jumlah DOC.
- Sekam: Gunakan sekam padi sebagai alas kandang (litter) yang tebalnya sekitar 5-7 cm.
4. Nutrisi dan Pemberian Pakan
Ayam potong membutuhkan pakan dengan kandungan protein tinggi agar cepat besar. Siklus pakan ayam potong dibagi menjadi beberapa fase:
- Starter (0-10 hari): Protein sekitar 22-24%.
- Finisher (11 hari hingga panen): Protein sekitar 18-20%.
Berikan pakan secara ad libitum (sepuasnya) pada fase awal. Pastikan air minum selalu tersedia dan bersih. Pergantian jenis pakan harus dilakukan secara bertahap agar pencernaan ayam tidak kaget.
5. Biosekuriti dan Kesehatan
Penyakit adalah momok terbesar dalam peternakan ayam potong. Biosekuriti yang ketat sangat penting untuk mencegah masuknya patogen ke dalam kandang.
Tindakan biosekuriti meliputi:
- Pembatasan orang yang masuk kandang.
- Penggunaan alas kaki khusus kandang (boot) dan disinfektan (footbath) sebelum masuk.
- Sterilisasi peralatan secara rutin.
Vaksinasi harus dilakukan sesuai jadwal yang dianjurkan, terutama untuk pencegahan Newcastle Disease (ND). Jika ada ayam yang menunjukkan gejala sakit, segera pisahkan dan konsultasikan dengan dokter hewan.
6. Monitoring dan Panen
Pemantauan harian adalah kunci. Catatlah pertambahan berat badan, konsumsi pakan, dan angka kematian (mortalitas). Angka mortalitas yang wajar biasanya di bawah 0.5% per hari.
Ayam potong siap panen biasanya mencapai bobot ideal (sekitar 1.5 hingga 2 kg) dalam rentang waktu 30 hingga 35 hari, tergantung strain DOC yang digunakan dan manajemen pakan yang diterapkan. Saat mendekati masa panen, kurangi pemberian pakan menjelang hari terakhir untuk memastikan kotoran ayam lebih kering saat dikirim ke RPH.
Dengan disiplin dalam penerapan manajemen harian, beternak ayam potong akan menjadi investasi yang menguntungkan bagi pemula.