Sampah organik basah merupakan kategori limbah yang dihasilkan dari sisa-sisa makhluk hidup yang mudah terurai. Dalam konteks pengelolaan sampah di rumah tangga, perkantoran, atau industri makanan, memisahkan sampah organik basah adalah langkah krusial menuju praktik keberlanjutan lingkungan. Karena kandungan airnya yang tinggi dan komposisi kimianya yang reaktif, sampah ini cenderung menimbulkan bau tidak sedap dan cepat membusuk jika tidak ditangani dengan benar.
Secara umum, yang dikategorikan sebagai sampah organik basah adalah material yang mengandung kadar air tinggi dan memiliki potensi besar untuk mengalami dekomposisi biologis secara cepat. Karakteristik ini membedakannya dari sampah organik kering (seperti serbuk gergaji atau daun kering) yang proses pembusukannya lebih lambat.
Pembuangan sampah organik basah bersamaan dengan sampah anorganik (plastik, logam, kertas) menciptakan beberapa masalah lingkungan serius, terutama di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Proses dekomposisi anaerobik (tanpa oksigen) yang terjadi di TPA menghasilkan gas metana (CH4), gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida.
Selain emisi gas, lindi (cairan hasil pelapukan sampah) yang sangat asam dan kaya polutan akan meresap ke dalam tanah dan berpotensi mencemari air tanah. Oleh karena itu, pemisahan adalah kunci pengelolaan yang efektif. Ketika sampah ini terpisah, ia dapat dialihkan ke jalur pengolahan yang tepat.
Pengelolaan yang ideal untuk sampah organik basah adalah memanfaatkannya kembali (upcycling) menjadi produk yang bernilai ekonomis atau berguna untuk pertanian dan energi. Berikut adalah beberapa metode utama:
Ini adalah metode paling umum. Sampah organik basah dicampur dengan bahan penetral kelembaban (curing agent) seperti serbuk gergaji atau daun kering (sampah organik kering). Perbandingan yang tepat (Carbon-to-Nitrogen ratio) sangat penting untuk memastikan dekomposisi berjalan aerobik, menghasilkan kompos kaya nutrisi yang dapat menyuburkan tanah tanpa menimbulkan bau busuk.
Metode ini menggunakan bantuan cacing tanah (biasanya jenis *Eisenia fetida*) untuk mengurai bahan organik. Cacing sangat efisien dalam mengolah sisa makanan dan sayuran menjadi kascing (bekas cacing) yang merupakan pupuk organik berkualitas sangat tinggi. Karena prosesnya terkontrol, vermikompos ideal untuk skala rumah tangga.
Untuk volume sampah organik basah yang besar (misalnya dari restoran atau pasar), teknologi biodigester sangat relevan. Dalam wadah kedap udara, mikroorganisme akan mengurai materi, menghasilkan biogas (campuran metana dan karbon dioksida) yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif untuk memasak atau penerangan. Residu dari biodigester juga masih dapat digunakan sebagai pupuk cair atau padat.
Mengelola contoh sampah organik basah di rumah tidak perlu rumit. Kuncinya adalah wadah terpisah dan mengurangi kelembaban berlebihan sebelum dibuang atau diolah.
Dengan memisahkan dan mengolah sampah organik basah secara mandiri, kita tidak hanya mengurangi beban TPA tetapi juga secara aktif berpartisipasi dalam siklus nutrisi alam, mengubah apa yang tadinya limbah menjadi sumber daya berharga.