Ketika berbicara mengenai organisasi kepemudaan Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU) seringkali menjadi sorotan utama. Dalam struktur NU, terdapat badan otonom yang memiliki peran krusial dalam menjaga keutuhan, keamanan, dan nilai-nilai keislaman, yaitu Barisan Ansor Serbaguna, atau yang lebih dikenal dengan akronim Banser. Namun, sebelum seseorang dapat resmi menjadi anggota penuh Banser, ada sebuah tahapan fundamental yang wajib dilewati, yaitu Diklatsar Banser adalah singkatan dari Pendidikan dan Pelatihan Dasar.
Secara harfiah, Diklatsar adalah program orientasi dan pembekalan awal bagi calon anggota Banser. Ini bukanlah sekadar kegiatan kemping atau perkemahan biasa, melainkan sebuah proses kaderisasi intensif yang dirancang untuk menanamkan ideologi, disiplin, dan pemahaman operasional organisasi. Tujuan utama dari diadakannya Diklatsar Banser adalah untuk mencetak kader yang loyal, militan, namun tetap berlandaskan Ahlussunnah Wal Jama'ah (ASWAJA) ala NU.
Dalam pelatihan ini, peserta tidak hanya dibekali dengan materi fisik dan baris-berbaris, tetapi juga penguatan mental spiritual. Mereka dididik untuk memahami peran Banser sebagai garda terdepan NU, baik dalam konteks menjaga keutuhan bangsa, mengawal ulama, hingga membantu masyarakat sipil dalam situasi darurat. Materi keagamaan menjadi pilar utama, memastikan bahwa setiap anggota Banser bertindak berdasarkan prinsip-prinsip moral Islam yang moderat dan toleran.
Durasi Diklatsar umumnya berkisar antara tiga hingga lima hari, tergantung kebijakan wilayah pelaksanaannya. Program ini disusun secara sistematis mencakup tiga ranah besar: Ideologi, Organisasi, dan Teknik Operasional.
Proses pendaftaran Diklatsar seringkali didahului dengan seleksi administratif, memastikan bahwa calon peserta berasal dari anggota Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) yang telah terdaftar. Tantangan fisik dan mental selama Diklatsar seringkali menguji batas ketahanan peserta, namun ini bertujuan untuk menyaring individu yang benar-benar siap mengemban amanah.
Setelah berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian materi dan dinyatakan lulus, peserta berhak mengenakan seragam Banser dan disahkan menjadi anggota penuh. Namun, kelulusan Diklatsar bukanlah akhir, melainkan awal pengabdian. Mereka kemudian ditempatkan di tingkat Satuan Komando Rayon (Satkoryon) atau Satuan Komando Pimpinan Anak Cabang (Satpimpinan) setempat untuk mengaplikasikan ilmu yang telah didapat dalam berbagai kegiatan nyata, mulai dari pengamanan ibadah, bakti sosial, hingga kegiatan kemanusiaan.
Intinya, Diklatsar Banser adalah gerbang utama yang membentuk karakter seorang anggota Banser. Ini adalah investasi organisasi dalam menciptakan barisan yang solid, disiplin, religius, dan nasionalis, siap melanjutkan warisan para pendiri bangsa dan ulama terdahulu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanpa melalui proses ini, status keanggotaan Banser belum dianggap lengkap dan sah secara struktural.
Proses kaderisasi ini memastikan bahwa organisasi Banser tetap relevan dan memiliki sumber daya manusia yang teruji kualitasnya, siap menghadapi tantangan zaman sembari tetap teguh memegang prinsip dasar yang telah digariskan oleh para leluhur bangsa.