Flu, atau influenza, adalah infeksi virus yang sangat umum terjadi, terutama saat pergantian musim. Selain gejala klasik seperti demam, sakit tenggorokan, dan badan pegal, banyak penderita flu mengalami gejala yang mengganggu indra penciuman: mereka mendadak tidak bisa mencium aroma (anosmia) atau indra penciuman berkurang (hiposmia).
Kehilangan kemampuan mencium bau bisa sangat membingungkan dan membuat frustrasi. Bagaimana mungkin hidung terasa mampet, tetapi masalah utamanya adalah hilangnya sensasi bau? Memahami mekanisme di balik fenomena "flu tapi tidak bisa mencium aroma" ini sangat penting untuk penanganan yang tepat.
Indra penciuman kita sangat bergantung pada dua hal utama: saluran udara yang terbuka dan sel reseptor olfaktori yang berfungsi normal. Ketika Anda terserang flu, virus menyerang saluran pernapasan, menyebabkan peradangan hebat di hidung dan sinus.
Ini adalah penyebab yang paling mudah dikenali. Virus flu menyebabkan selaput lendir di hidung dan sinus membengkak (kongesti). Pembengkakan ini secara fisik menghalangi molekul bau (odoran) dari udara untuk mencapai bagian atas rongga hidung, tempat reseptor penciuman berada. Ibaratnya, pintu menuju sensor aroma tertutup rapat oleh peradangan.
Lebih dari sekadar penyumbatan, virus influenza sendiri diketahui mampu menginfeksi dan merusak sel epitel penciuman di dalam rongga hidung. Ketika sel-sel ini rusak atau meradang parah akibat respon imun tubuh terhadap virus, kemampuan mereka untuk mengirimkan sinyal bau ke otak menjadi terganggu atau berhenti sama sekali. Ini menjelaskan mengapa beberapa orang masih bisa mencium bau kuat meskipun hidungnya tidak terasa terlalu mampet.
Inflamasi yang disebabkan oleh flu meningkatkan produksi lendir. Cairan kental ini dapat melapisi reseptor penciuman, bertindak sebagai penghalang kimiawi yang mencegah molekul bau berinteraksi efektif dengan reseptor saraf. Kondisi ini seringkali disertai dengan sensasi rasa yang juga terganggu, karena indra penciuman menyumbang sekitar 80% dari apa yang kita rasakan sebagai 'rasa'.
Penting untuk membedakan hilangnya bau akibat flu dengan kondisi kronis seperti polip hidung, rinitis alergi parah, atau anosmia permanen (seperti yang kadang terlihat setelah infeksi COVID-19 yang lebih parah).
Karena hilangnya bau saat flu sebagian besar disebabkan oleh pembengkakan dan lendir, fokus pengobatan adalah meredakan peradangan dan menjaga saluran hidung tetap terbuka.
Gunakan dekongestan oral atau semprot hidung. Namun, semprot dekongestan hidung tidak boleh digunakan lebih dari tiga hari berturut-turut untuk menghindari efek *rebound* (rhinitis medikamentosa) yang justru memperparah penyumbatan.
Membilas rongga hidung dengan larutan garam steril (neti pot atau semprotan nasal saline) adalah cara yang sangat efektif. Ini membantu mengencerkan lendir tebal dan membersihkan iritan serta virus dari area reseptor.
Minum banyak cairan hangat membantu menjaga lendir tetap encer. Menghirup uap air panas dari semangkuk air mendidih atau mandi air hangat juga bisa membuka saluran pernapasan sementara waktu, memungkinkan molekul bau mencapai reseptor.
Tubuh memerlukan energi maksimal untuk melawan virus. Istirahat yang cukup akan mempercepat pemulihan peradangan di seluruh sistem pernapasan, termasuk area hidung.
Meskipun hilangnya bau akibat flu biasanya akan pulih seiring kesembuhan, ada beberapa kondisi yang memerlukan perhatian profesional:
Kesimpulannya, ketika flu membuat Anda tidak bisa mencium aroma, jangan panik. Ini adalah respons alami tubuh terhadap infeksi virus di saluran pernapasan bagian atas. Dengan penanganan gejala yang tepat dan waktu pemulihan, indra penciuman Anda seharusnya akan kembali normal seiring dengan membaiknya kondisi flu Anda.