Dalam dunia peternakan unggas, istilah "ayam alas" merujuk pada berbagai jenis ayam yang dipelihara terutama untuk tujuan produksi daging, telur, atau keduanya, dan seringkali dibudidayakan di lantai kandang (alas) tanpa sistem baterai. Pemilihan jenis ayam alas sangat krusial karena akan menentukan efisiensi produksi, kesehatan ternak, dan pada akhirnya, keuntungan peternak.
Secara umum, ayam alas dapat diklasifikasikan berdasarkan peran utamanya dalam sistem pemeliharaan. Meskipun tidak ada klasifikasi baku tunggal untuk istilah "ayam alas" itu sendiri, dalam konteks peternakan modern di Indonesia, pengelompokan sering didasarkan pada tujuan komersial dan genetik ayam tersebut.
Ini adalah jenis ayam alas yang paling umum ditemukan dalam skala industri. Ayam broiler dirancang untuk mencapai bobot panen dalam waktu sangat singkat, biasanya kurang dari 40 hari. Pertumbuhannya sangat cepat, didukung oleh genetika modern dan nutrisi yang terformulasi ketat. Meskipun efisien, mereka memerlukan manajemen kandang yang sangat baik, termasuk kontrol suhu dan ventilasi optimal agar kondisi alas kandang tetap kering dan sehat. Pemilihan alas (litter) yang tepat sangat penting untuk mencegah penyakit pernapasan dan masalah kaki.
Ayam petelur alas dipelihara untuk menghasilkan telur konsumsi dalam jumlah besar. Terdapat dua tipe utama dalam kelompok ini: Layer Strain Tinggi dan Layer Strain Medium.
Contoh klasiknya adalah Leghorn. Ayam ini memiliki bobot badan relatif ringan, namun memiliki puncak produksi telur yang sangat tinggi. Meskipun seringkali dipelihara dalam sistem baterai, banyak peternak skala kecil atau organik memilih memelihara mereka di alas kandang (kandang postal) untuk mendapatkan label telur organik atau bebas kandang (cage-free).
Contohnya adalah ISA Brown atau Lohmann. Ayam ini menawarkan keseimbangan antara produksi telur dan kemampuan adaptasi terhadap sistem alas yang lebih sederhana. Mereka umumnya lebih kuat dan lebih tahan terhadap stres lingkungan dibandingkan strain ringan.
Kualitas alas (sekam, serbuk kayu) sangat memengaruhi kebersihan telur. Telur yang jatuh di alas kotor rentan terkontaminasi bakteri dan memerlukan pembersihan intensif, mengurangi nilai jual.
Ini adalah inovasi dalam budidaya ayam lokal. Ayam Kampung Super (Joper) adalah hasil persilangan yang bertujuan menggabungkan keunggulan ayam lokal (rasa daging yang disukai pasar tradisional) dengan kecepatan tumbuh ayam ras. Mereka masih dipelihara di alas kandang, namun masa panennya jauh lebih pendek daripada ayam kampung murni, biasanya bisa dipanen dalam 2,5 hingga 3 bulan.
Ayam Joper sangat populer karena daya tahannya yang lebih baik terhadap penyakit dibandingkan broiler komersial, sekaligus menawarkan pengembalian modal yang lebih cepat dibandingkan ayam kampung tradisional.
Jenis ayam alas ini biasanya mencakup ayam-ayam yang belum banyak mengalami rekayasa genetik komersial, seperti ayam buras (burung ras), ayam kampung murni, atau ayam ras lokal yang telah beradaptasi dengan iklim spesifik. Pemeliharaan jenis ini seringkali bersifat semi-intensif atau ekstensif, di mana ayam diberi kebebasan lebih untuk mencari makan di area alas atau halaman.
Meskipun laju pertumbuhannya lambat dan produksi telurnya tidak setinggi ayam ras komersial, daya tahan tubuhnya kuat, dan dagingnya seringkali dianggap memiliki kualitas premium atau cita rasa otentik oleh konsumen tertentu. Mereka adalah pilihan ideal bagi peternak yang fokus pada pasar produk alami atau berkelanjutan.
Keputusan memilih jenis ayam alas harus didasarkan pada beberapa faktor utama:
Memahami karakteristik setiap jenis ayam alas akan memaksimalkan efisiensi kandang postal Anda dan mengurangi risiko kegagalan dalam budidaya unggas.