Penyakit Apendiks Adalah: Mengenal Radang Usus Buntu

Ilustrasi Anatomi Apendiks Usus Besar Apendiks

Ilustrasi sederhana posisi usus buntu (Apendiks).

Penyakit apendiks adalah, atau yang lebih umum dikenal sebagai radang usus buntu (apendisitis), merupakan kondisi medis darurat yang terjadi ketika organ kecil berbentuk tabung yang disebut apendiks mengalami peradangan atau infeksi. Apendiks ini melekat pada usus besar dan berada di bagian kanan bawah rongga perut.

Meskipun ukuran apendiks relatif kecil, peradangannya dapat berkembang sangat cepat dan berpotensi mengancam jiwa jika tidak segera ditangani. Memahami apa itu penyakit apendiks, mengapa ia terjadi, serta mengenali gejalanya adalah kunci untuk mendapatkan pertolongan medis tepat waktu.

Apa Itu Apendiks dan Mengapa Bisa Meradang?

Apendiks memiliki fungsi yang belum sepenuhnya dipahami oleh ilmu kedokteran modern, namun diyakini berperan sebagai tempat penyimpanan bakteri baik (reservoir), membantu sistem kekebalan tubuh, atau bahkan sisa organ evolusioner. Peradangan (apendisitis) terjadi ketika saluran penghubung apendiks tersumbat.

Penyebab tersering penyumbatan ini adalah:

Ketika saluran tersumbat, bakteri yang ada di dalam apendiks mulai berkembang biak tanpa terkendali, menyebabkan tekanan, pembengkakan, dan akhirnya peradangan. Jika peradangan berlanjut tanpa intervensi, dinding apendiks dapat melemah dan akhirnya pecah (ruptur), menyebabkan infeksi menyebar ke seluruh rongga perut (peritonitis), suatu kondisi yang sangat berbahaya.

Gejala Khas Penyakit Apendiks

Gejala apendisitis biasanya berkembang secara cepat dalam waktu 12 hingga 24 jam. Mengenali gejala awal sangat krusial. Gejala klasik yang sering dialami meliputi:

1. Nyeri Perut yang Berpindah

Gejala paling menonjol adalah nyeri perut. Awalnya, nyeri mungkin terasa samar dan terpusat di sekitar pusar atau perut bagian atas. Namun, dalam beberapa jam, nyeri akan berpindah dan menetap tajam di kuadran kanan bawah perut (titik McBurney).

2. Mual dan Muntah

Rasa mual dan kehilangan nafsu makan hampir selalu menyertai nyeri. Muntah sering terjadi setelah nyeri dimulai.

3. Demam Ringan

Penderita biasanya mengalami kenaikan suhu tubuh, berkisar antara 37,5°C hingga 38,5°C. Demam tinggi bisa mengindikasikan apendiks telah pecah.

4. Perubahan Pola Buang Air Besar

Beberapa orang mungkin mengalami diare, sementara yang lain mengalami sembelit.

Penting untuk diingat bahwa gejala bisa sedikit berbeda tergantung pada posisi apendiks pada masing-masing individu (misalnya, apendiks retrosekal). Oleh karena itu, nyeri perut yang tiba-tiba dan tidak tertahankan di perut kanan bawah harus selalu dievaluasi oleh profesional medis.

Diagnosis dan Penanganan Medis

Jika dokter mencurigai adanya apendisitis, diagnosis biasanya ditegakkan melalui kombinasi pemeriksaan fisik (termasuk menekan area nyeri), tes darah untuk melihat peningkatan sel darah putih (sebagai tanda infeksi), dan tes pencitraan seperti USG atau CT scan.

Penanganan utama untuk penyakit apendiks yang terkonfirmasi adalah operasi pengangkatan apendiks, yang dikenal sebagai apendektomi.

Apendektomi

Operasi ini umumnya dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Saat ini, apendektomi paling sering dilakukan menggunakan teknik minimal invasif (laparoskopi). Prosedur laparoskopi menggunakan sayatan kecil, sehingga waktu pemulihan cenderung lebih cepat dibandingkan operasi terbuka.

Pada kasus yang sangat jarang terjadi atau jika apendiks sudah pecah dan menyebabkan peritonitis luas, operasi terbuka mungkin diperlukan untuk membersihkan area rongga perut dari nanah dan infeksi. Setelah operasi, antibiotik akan diberikan untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

Kesimpulannya, penyakit apendiks adalah keadaan darurat bedah yang ditandai oleh peradangan usus buntu, paling sering disebabkan oleh penyumbatan. Nyeri perut kanan bawah yang progresif, mual, dan demam adalah sinyal utama bahwa seseorang memerlukan penanganan medis segera untuk menghindari komplikasi serius seperti peritonitis.

🏠 Homepage