Mengungkap Misteri: Penyebab Ayam Mogok Bertelur dan Solusinya
Bagi peternak ayam petelur, pemandangan kandang yang sepi tanpa butiran telur adalah mimpi buruk. Produksi telur yang menurun drastis atau bahkan berhenti total dapat menggerus keuntungan. Namun, sebelum panik, penting untuk mengetahui bahwa ada serangkaian faktor kompleks yang dapat menjadi penyebab ayam tidak mau bertelur. Memahami akar masalahnya adalah langkah pertama menuju pemulihan produktivitas.
1. Faktor Nutrisi dan Pakan yang Tidak Memadai
Nutrisi adalah fondasi utama produksi telur. Ayam petelur membutuhkan keseimbangan makro dan mikro nutrien yang tepat untuk mengoptimalkan fungsi ovarium dan pembentukan cangkang.
Kekurangan Protein: Protein esensial untuk pembentukan kuning telur. Kekurangan protein (biasanya di bawah 16-17% dalam pakan) akan membuat ayam mengurangi atau menghentikan pembentukan telur.
Defisiensi Kalsium: Kalsium sangat krusial untuk membentuk cangkang telur yang kuat. Jika kalsium tidak cukup tersedia, ayam cenderung tidak mampu memproduksi telur dengan cangkang yang layak, dan tubuhnya mungkin menahan telur agar tidak keluar.
Energi Kurang: Energi yang cukup dalam pakan memastikan ayam memiliki cadangan untuk siklus bertelur. Pakan yang terlalu berserat atau rendah kalori akan menyebabkan ayam lesu dan berhenti bertelur.
Kualitas Pakan Buruk: Jamur atau kontaminasi dalam pakan dapat merusak saluran pencernaan dan penyerapan nutrisi, yang secara tidak langsung menghambat produksi.
2. Gangguan Lingkungan dan Manajemen Kandang
Kondisi lingkungan yang tidak nyaman adalah stresor signifikan bagi ayam petelur, yang sangat sensitif terhadap perubahan.
Suhu Kandang Ekstrem: Suhu yang terlalu panas (di atas 30°C) atau terlalu dingin (di bawah 15°C) dapat menyebabkan ayam mengalami stres panas atau dingin. Ketika stres, tubuh ayam akan memprioritaskan kelangsungan hidup daripada produksi telur.
Pencahayaan yang Tidak Konsisten: Ayam membutuhkan durasi cahaya yang cukup (sekitar 14-16 jam sehari) untuk merangsang hormon reproduksi. Perubahan mendadak pada jadwal penerangan seringkali menjadi pemicu utama.
Kepadatan Tinggi: Kandang yang terlalu padat menyebabkan kompetisi pakan/minum, peningkatan amonia, dan stres sosial, yang semuanya menurunkan nafsu makan dan produksi telur.
Gangguan dan Kebisingan: Aktivitas yang terlalu bising atau pergerakan asing di sekitar kandang dapat membuat ayam takut dan enggan masuk ke area bertelur.
3. Masalah Kesehatan dan Parasit
Infeksi penyakit seringkali menjadi penyebab paling serius dan memerlukan penanganan cepat.
Penyakit seperti Newcastle Disease (ND), Infectious Bronchitis (IB), atau Mycoplasma dapat menyebabkan kerusakan pada saluran reproduksi atau organ internal, menyebabkan ayam berhenti bertelur sementara atau permanen. Selain itu, adanya parasit internal seperti cacing dalam jumlah besar akan menyerap nutrisi vital yang seharusnya digunakan untuk pembentukan telur.
4. Fase Siklus Hidup Ayam
Terkadang, ayam tidak bertelur bukan karena masalah, melainkan karena mengikuti siklus biologis normalnya.
Masa Ganti Bulu (Molting): Ketika ayam memasuki masa molting (biasanya setelah periode produksi puncak), mereka akan merontokkan bulu lama dan menumbuhkan bulu baru. Proses ini membutuhkan energi besar, sehingga produksi telur akan berhenti total selama beberapa minggu hingga bulan.
Usia Terlalu Tua: Setiap ayam memiliki puncak produktivitas. Setelah mencapai usia tertentu (biasanya di atas 1,5 hingga 2 tahun), laju produksi secara alami akan menurun secara signifikan.
Ayam Jantan di Kandang: Kehadiran ayam jantan (jago) kadang membuat ayam betina stres atau sebaliknya, membuat mereka bertelur secara tidak teratur.
Langkah Korektif Cepat
Setelah mengidentifikasi potensi penyebab ayam tidak mau bertelur, tindakan korektif harus segera dilakukan. Pastikan pakan memenuhi standar nutrisi harian, periksa ventilasi dan suhu kandang, serta pastikan air minum bersih dan selalu tersedia. Jika kecurigaan mengarah pada penyakit, segera konsultasikan dengan dokter hewan untuk diagnosis dan pengobatan yang tepat. Dengan manajemen yang teliti, produktivitas telur dapat kembali normal.