Angkatan Laut merupakan komponen vital dalam sistem pertahanan negara, bertugas menjaga kedaulatan maritim, menegakkan hukum di laut, serta melaksanakan operasi kemanusiaan. Untuk menjalankan mandat besar ini, Angkatan Laut disusun dalam struktur organisasi yang berlapis dan terspesialisasi. Memahami berbagai satuan yang ada sangat penting untuk mengerti bagaimana kekuatan maritim dikelola dan digerakkan.
Struktur umum Angkatan Laut biasanya terbagi berdasarkan wilayah komando (seperti Armada) dan berdasarkan fungsi operasional (seperti kapal permukaan, kapal selam, atau marinir). Setiap satuan memiliki peran, alutsista, dan misi spesifik yang saling melengkapi untuk menciptakan kekuatan laut yang utuh.
Pada tingkat tertinggi, Angkatan Laut sering kali dipimpin oleh Panglima Tertinggi yang berada di bawah struktur komando pertahanan negara. Di bawahnya, terdapat Komando Utama yang fokus pada wilayah geografis atau fungsi strategis. Komando Wilayah, atau yang sering disebut Armada, adalah tulang punggung operasi maritim. Armada bertanggung jawab atas seluruh kegiatan militer di wilayah laut yang telah ditetapkan, mencakup patroli rutin, kesiapan tempur, dan operasi keamanan perbatasan laut.
Pembagian wilayah ini memastikan respons yang cepat terhadap ancaman lokal. Setiap Armada biasanya membawahi beberapa Gugus Tempur Laut (Guspurla) dan Pangkalan Utama (Lantamal) yang berfungsi sebagai basis logistik dan dukungan operasional bagi kapal-kapal yang beroperasi di area tersebut.
Ini adalah 'wajah' dari Angkatan Laut. Satuan Kapal Permukaan terdiri dari berbagai jenis kapal perang yang dirancang untuk tugas spesifik. Mereka diklasifikasikan berdasarkan fungsi utama mereka dalam peperangan laut modern:
Kapal Selam mewakili kekuatan strategis dan elemen kejutan. Satuan ini membutuhkan personel dengan kualifikasi sangat tinggi karena sifat operasinya yang tersembunyi dan berisiko tinggi. Tugas utama kapal selam adalah pengintaian rahasia (ISR), penanggulangan kapal musuh di kedalaman (ASW), dan terkadang penempatan pasukan khusus secara senyap. Karena kompleksitas dan biaya perawatannya, jumlah satuan kapal selam biasanya sangat terbatas namun memiliki dampak strategis yang besar.
Korps Marinir sering dianggap sebagai komponen amfibi Angkatan Laut. Berbeda dengan satuan kapal, Marinir adalah kekuatan tempur darat yang spesialisasi dalam operasi dari laut ke pantai (operasi amfibi). Mereka adalah ujung tombak dalam proyeksi kekuatan dari laut ke daratan. Satuan Marinir juga sering ditugaskan untuk operasi pertahanan pangkalan laut, operasi keamanan vital, hingga operasi kontraterorisme di wilayah pesisir.
Selain tiga pilar utama di atas (Kapal Permukaan, Kapal Selam, dan Marinir), terdapat satuan pendukung penting lainnya yang memastikan seluruh sistem Angkatan Laut berfungsi optimal. Ini mencakup:
Keseluruhan tatanan satuan Angkatan Laut, dari kapal induk (jika ada) hingga prajurit Kopaska, bekerja dalam sebuah rantai komando yang terintegrasi. Sinergi antar satuan ini adalah kunci keberhasilan dalam menjaga samudra biru nusantara tetap aman dan berdaulat dari ancaman manapun.